Pesan Inspiratif: Orang yang Layak Mengalami Kebahagiaan di Surga

Senin, 04 November 2024 23:23 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

gorisnnbaru.jpg
Pater Gregor Nule (Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule SVD

Hampir kita semua pernah  ikut merencanakan sebuah pesta atau pernah mendapat undangan untuk mengikuti suatu perjamuan.  

Undangan biasanya direncanakan secara matang tentang siapa yang diundang dan kapan undangan disebarluaskan. Undangan tidak dibuat asal-asalan karena bisa terjadi ada yang terlupakan.

Orang yang menerima undangan juga merasa dihormati tuan pesta atau merasa diri penting. Ia juga merasa bangga dan tentu saja berusaha menghadiri undangan itu.

Yesus berbicara tentang undangan untuk menghadiri perjamuan di surga. Undangan itu diberikan kepada semua orang. Undangan itu bersifat wajib.

Tetapi, ketika perjamuan itu siap dimulai, tidak ada seorang undangan pun yang mau 2datang. Semua punya alasan untuk batal. Alasan mereka pun beraneka ragam.

Ada yang mau urus ladang baru, atau lembu-lembu yang baru dibeli atau lewatkan waktunya bersama pasangan karena mereka baru saja menikah (bdk.Luk 14:18-20).

Ternyata urusan-urusan pribadi dan keluarga serta urusan perut  membatalkan keterlibatan  dalam perjamuan yang telah siap. Dan tentu saja sungguh menyakiti hati tuan pesta.

Undangan dialihkan kepada orang miskin, cacat, buta dan lumpuh. Dan yang terkahir undangan bersifat paksaan kepada siapa saja bahkan di persimpangan jalan. Karena prinsipnya adalah ruangan perjamuan mesti penuh.

Inilah misteri kerajaan Allah. Semua orang diundang untuk ambil bahagian dalam perjamuan surga. Tetapi, yang terakhir yang dianggap layak adalah kaum difabel dan orang miskin.

Memang hanya kelompok difabel dan orang miskin yang layak karena mereka sungguh rendah hati dan berpasrah penuh pada Allah.

Mereka tidak memiliki kekuatan dan andalan lain kecuali Allah. Dengan kata lain, kaum difabel dan orang miskin hanya mengandalkan Allah dalam hidup sehari-hari.

Sebagai orang.kristen  kita mesti yakin bahwa orang yang berbahagia hanyalah orang yang dijamu dalam kerajaan Allah.

Untuk itu kita mesti belajar dari kaum difabel dan orang miskin yang.rendah hari, tidak ingat.diri, dan penuh kepasrahan kepada Allah.

Kita juga mesti sadar bahwa kekayaan dunia hanya punya nilai untuk kehidupan sekarang, tetapi tidak menjamin kehidupan kekal.

Semoga Tuhan memberkati kita selalu.

Kewapante, 5 November 2024. ***