PPP dan Parliamentary Threshold

Selasa, 02 April 2024 08:45 WIB

Penulis:redaksi

ppp.jpg
Lambang Partai Persatuan Pembangunan (Istimewa)

Oleh: Sil Abus*

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan hasil pemilu, pemilihan presiden (pilpres)dan anggota legislatif (pileg) melalui rekapitulasi penghitungan suara secara nasional, dari 18 parpol yang mengikuti kontestasi politik tahun ini (2024).

Sebanyak 8 partai yang mencapai ambang batas parlemen (parliamentary Threshold/PT) yaitu 4%, dan 10 partai yang gagal memenuhi syarat itu, dan dipastikan gagal memperoleh kursi di parlemen.

Dari 8 partai yang lolos tersebut, PDIP menjadi partai yang memperoleh suara terbanyak sebesar 25.387.279(16,73%)'

Diikuti oleh partai Golongan karya (Golkar) sebanyak 23.208.654 (15,29%) suara.

Diposisi ketiga ditempati oleh Partai Gerindra dengan perolehan suara sebanyak 20.071708 suara (13,22%).

Posisi keempat diraih oleh Partai PKB, partai yang dipimpin oleh calon wakil presiden 02 Muhaimin Iskandar memperoleh suara sebanyak 16.115.655 suara (10,61%).

Dan partai Nasdem yang mengusung Anis Baswedan menjadi capres menempati posisi kelima dengan perolehan suara sebanyak 16.115.655(10,61%).

Dan diurutkan keenam diraih oleh PKS dengan perolehan suara sebanyak 13.781353(8,42%).

Dan diposisi ketujuh diraih oleh Partai Demokrat dengan perolehan suara sebanyak 11.283.160 suara (7,43%). 

Dan diposisi buncit diraih oleh PAN dengan perolehan suara sebanyak 10.984.003 suara (7,24%). PPP gagal memenuhi syarat ambang batas parlemen yaitu 4%.

Partai yang ditunggangi oleh Sandiaga Uno tersebut gagal mempertahankan posisinya di parlemen. PPP hanya menempati posisi ke 9 dibawa partai PAN, dengan suara sebanyak 5.878.777 suara atau 3,87%.

Hasil perolehan suara tersebut membuat PPP gagal mengirim wakilnya ke parlemen.

Ironisnya PPP merupakan partai lama yang selalu memperoleh kursi di parlemen justru anjlok ditahun ini(2024)

Partai yang lahir sejak 1973 merupakan partai hasil fusi parpol oleh pemerintahan Soeharto pada masa orde Baru.
PPP merupakan hasil fusi parpol yang berideologi Islam seperti partai Nahdlatul ulama, partai muslim Indonesia, partai syarikat Islam Indonesia,dan partai Islam perti.

Kehadiran seorang Sandiaga Uno tidak memberikan efek positif bagi PPP. Justru harus terdegradasi dari parlemen.

Tidak lolosnya PPP ke parlemen menyisakan tugas yang cukup besar. PPP harus berbenah diri agar tetap solid dan tidak terjadi faksi.

PPP harus bisa mengubah dirinya dari partai lama menjadi partai modern yang kental dengan anak muda.

*Oleh: Sil Abus, aalah Guru SDN Liligan, Yahukimo Papua.

**Isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.