Yesus
Minggu, 23 Mei 2021 20:23 WIB
Penulis:Redaksi
Oleh P Kons Beo SVD
(Sta Perawan Maria, Bunda Gereja, St Damianus Nam Myonghyok, St David I dari Skotlandia, St Lusia Pak Hui-sun, Sta Magdalena Kim Ob-i, St Petrus Kwon Tug-in, St Vinsensius dari Lèrins)
Bacaan I Kejadian 3:9-15.20, atau Kisah Para Rasul 1:12-14
Mazmur 87:1-2.3.5.6.6-7
Injil Yohanes 19:25-34
Dan dekat Salib Yesus berdiri Ibu-Nya
DI DERITA itu ada lagi kelemahan. Di dekat salib ada ketakberdayaan seorang perempuan. Apa arti kehadiran Maria di tengah kekerasan prajurit-prajurit Romawi di arena penyaliban Golgota? Benarkah demikian?
NAMUN sesungguhnya, justru di tengah derita Salib itu, Sang Bunda hadir dalam kekuatannya. Itulah hati penuh kelemahlembutan. Wajah yang menyapa. Kehadiran yang meneguhkan. Dorongan yang memberi harapan untuk kuat bertahan.
DI MANAKAH para murid lainnya saat Tuhan di puncak derita Golgota? Yesus 'kehilangan' para muridNya. Dia 'dibiarkan' bertarung maut sendirian oleh siapapun yang pernah dijumpai dalam ziarah Kasih-Nya. Di salib, Tuhan menjadi lemah oleh sekian banyak 'ketiadaan.'
TETAPI, Yesus tak ditinggalkan oleh sebuah hati yang mengasihi. Dia tetap disertai oleh kebundaan seorang ibu. Yang menyertaiNya pada tapak-tapak terberat di kisah hidup.
Sang Bunda setia hingga kaki salib.
SIAPAPUN tak mungkin lepas dari kisah-kisah terberat dalam hidup. Yang bisa surutkan semangat. Bisa menggiring kepada keputusasaan. Kita bisa saja terlilit oleh sikap, mental, atau cara berpikir yang justru menekan suasana hati agar tak kembali ceriah.
KITA mesti menemukan sosok yang tepat untuk meneguhkan. Untuk menaruh kembali bara api pengharapan dalam jalan hidup ini. Sehebat apapun seseorang, tak pernah berarti bahwa ia bebas dari 'area golgota.' Dari kisah-kisah tersalib.
BILA masih mungkin, tetaplah kita memandang, atau setidaknya teringatlah kita akan Bunda penuh kelembutan. Yang sungguh meneguhkan.
Verbo Dei Amorem Spiranti
St Maria Bunda Gereja, doakanlah kami!
Tuhan memberkati.
Amin