RENUNGAN KATOLIK, Senin, 26 Juli 2021: "Keturunan mereka akan lestari untuk selama-lamanya...." (Sirak 44:15)

Senin, 26 Juli 2021 09:42 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

RENUNGAN KATOLIK.JPG
Ilustrasi: Keluarga kudus Nasaret (Pax Et Bonum)


(Pekan Biasa XVII - St Yohakim dan Sta Ana)

Bacaan I Putra Sirakh 44:1.10-15
Mazmur 132:11.13-14.17-18
Injil Matius 13:16-17

"Keturunan mereka akan lestari untuk selama-lamanya...."
(Sirak 44:15)

MARI pulang ke garis keturunan kita. Keluarga besar kiranya adalah mata rantai indah dan mulia. Tak terputuskan. 
Dan kita sendirilah mata rantai indah dan mulia itu.

SIAPAPUN kita pasti terbilang dalam satu rumpun keluarga. Dalam  tubuh jasmani kita ada darah yang mengalir. Dan bahkan ada ciri fisik tertentu yang bisa gariskan keserupaan.

TETAPI di atas segalanya, dalam garis keturunan itu, mengalirlah kebajikan. Ada kisah, ada kekuatan, serta  ada kemuliaan garis keturunan yang dipaket dalam 'cerita-cerita yang diwariskan.'

KETURUNAN tak boleh hanya kokoh dalam mempertahankan hak-hak leluhur yang  diwariskan turun-temurun. Tetapi, kelestarian keturunan nampak pula dalam kewibawaan nilai dan perbuatan baik yang senantiasa terawat.

"Kebijaksanaan mereka diceritakan oleh bangsa-bangsa, dan para jemaah mewartakan pujian mereka" (Sir 44:15). Dalam garis keturunan memang mesti ada pedagogi hati demi nilai: sabar, hormat, solider, tanggungjawab, saling menerima, belaskasih, rendah hati, keakraban, pengampunan, serta kesederhanaan.

BILA nilai-nilai itu sungguh jadi cahaya kehidupan, maka yakinlah tak akan ada ribut-ribut untuk 'baku ambil ade-kaka' yang tidak ada guna-gunanya. Sebaliknya, garis keturunan itu bakal sungguh kalem dan berwibawa saat mereka tahu di mana batas hak dan kewajibannya.

TETAPI perlu juga dibangun komunikasi yang tulus dan terbuka serta berterus terang. Jangan lewat pintu belakang.  Sebab kehancuran bisa terjadi dalam keluarga karena adanya pintu-pintu belakang dan juga muka belakangnya.

SAAT Bunda Maria terpilih jadi Ibunda Sang Penebus, maka dapat dibayangkan betapa luar biasanya Yohakim dan Ana, kedua orangtuanya,  yang mendidik, mendampingi dan membesarkannya.

SIAPAPUN kita, di suatu saat nanti, akan masuk dalam daftar panjang kisah-kisah leluhur. Akan kah jalan hidup kita kini, di sini dan hari-hari ini, dan di sepanjang hidup ini nantinya bisa menjadi satu kenangan yang lestari?

SETIDAKNYA mari kita berjuang terus, dalam jatuh dan bangunnya, agar generasi berikut, garis keturunan itu bisa berdendang penuh teduh:

"Ceritakan kembali riwayat yang indah waktu dahulu...."

Berbahagialah Anda yang sungguh miliki riwayat yang indah....
Tinggal Anda berani untuk ampuni saudaramu yang tak punya riwayat yang indah. Itulah hidup kekeluargaan. Dalam semangat kristiani.

Verbo Dei Amorem Spiranti

St Yohakim dan Sta Ana, doakanlah kami.

Tuhan memberkati.
Amin.