Selama 2020, 155 Juta Orang di Dunia Kelaparan, dan Akan Bertambah Tahun Ini

Sabtu, 08 Mei 2021 00:13 WIB

Penulis:redaksi

kelaparan2.jpg
Konflik sosial berkepanjanan di Yaman menyebabkan warga hidup dalam ketahanan pangan yang rendah (Foto;ANSA)

JAKARTA (Floresku.com) -Setidaknya 155 juta orang menghadapi tingkat krisis kerawanan pangan pada tahun 2020 karena konflik, peristiwa cuaca ekstrem, dan guncangan ekonomi yang sebagian terkait dengan Covid-19. Ini meningkat 20 juta dibandingkan tahun sebelumnya, 2019, ketika 135 juta orang di 55 negara dan wilayah menghadapi krisis pangan akut, yang merupakan tahun rekor kerawanan pangan akut.

Negara-negara yang terkena dampak paling parah tahun lalu adalah Burkina Faso, Sudan Selatan, dan Yaman. Di luar Afrika, Yaman, Afghanistan, Suriah, dan Haiti termasuk di antara 10 krisis pangan terburuk tahun lalu.

Angka-angka suram dalam Laporan Global terbaru tentang Krisis Pangan (GRFC) 2021 yang dirilis oleh Jaringan Global Melawan Krisis Pangan (GNAFC) pada hari Rabu (5/5) adalah peringatan keras bahwa faktor-faktor tersebut terus mendorong jutaan orang ke dalam kerawanan pangan akut pada 2021ini .

Sementara konflik akan tetap menjadi pendorong utama krisis pangan pada 2021, laporan itu mengatakan, Covid-19 dan tindakan penahanan terkait serta cuaca ekstrem akan terus memperburuk kerawanan pangan akut di negara-negara yang rapuh.

Afrika
Menurut jaringan Uni Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa serta lembaga pemerintah dan non-pemerintah, negara-negara di Afrika tetap “terpengaruh secara tidak proporsional”. Konflik menjadi faktor utama yang mendorong hampir 100 juta orang menjadi rawan pangan akut, diikuti oleh guncangan ekonomi (40 juta) dan cuaca ekstrim (16 juta).

Aliansi GNAFC, yang berkomitmen untuk mengatasi akar penyebab krisis pangan, menunjukkan bahwa negara-negara yang terkena dampak paling parah adalah Burkina Faso, Sudan Selatan, dan Yaman. 

Menurut Integrated Food Security Phase Classification (IPC), skala global umum untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan dan besarnya kerawanan pangan dan malnutrisi, di 3 negara ini, sekitar 133.000 orang berada di IPC5, tingkat kebutuhan tertinggi. Mereka membutuhkan tindakan segera "untuk mencegah kematian yang meluas dan hilangnya mata pencaharian", kata laporan itu.

Setidaknya 28 juta orang lainnya “satu langkah lagi dari kelaparan”, IPC4, di 38 negara dan wilayah, di mana tindakan mendesak menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian, dan mencegah penyebaran kelaparan. Hampir 98 juta orang yang menghadapi kerawanan pangan akut pada tahun 2020 - atau dua dari tiga - berada di benua Afrika.

Di luar Afrika
Di luar Afrika, Yaman, Afghanistan, Suriah, dan Haiti termasuk di antara 10 krisis pangan terburuk tahun lalu. Laporan Global tentang Krisis Pangan juga mencatat bahwa 39 negara dan wilayah pernah mengalami krisis pangan dalam lima tahun terakhir. Di negara dan wilayah ini, populasi yang terpengaruh oleh tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi (IPC3 atau lebih buruk) meningkat dari 94 menjadi 147 juta orang, antara 2016 dan 2020, kata jaringan global tersebut. Ia menambahkan bahwa di 55 negara dan wilayah krisis pangan yang dicakup oleh laporan tersebut, lebih dari 75 juta anak di bawah lima tahun mengalami stunting dan setidaknya 15 juta menunjukkan tanda-tanda wasting pada tahun 2020.

Mengakhiri lingkaran setan
Dalam komentarnya di laporan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres berkata, “Konflik dan kelaparan saling memperkuat. Kita perlu mengatasi kelaparan dan konflik bersama untuk menyelesaikannya… Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mengakhiri lingkaran setan ini. Mengatasi kelaparan adalah dasar untuk stabilitas dan perdamaian. "

Lebih dri satu dekade

Sesungguhnya  sudah lebih dari satu dekade  terakhir,  bangsa-bangsa di dunia, terutama di negara-negara berkembang mengalami  masalah pangan yang semakin akut akibat  sistem pertanian yang buruk dan  gagal panen karena berbagai alasan. 

Masalah ketahanan pangan menjadi kian kritis  karena bencana alam seperti kebakaran dan  banjir bandang   serta cuaca ekstrem sebagai dampak dari  pemanasan global.  Pertanian menopang mata pencaharian lebih dari 2,5 miliar  penduduk dunia dan  kebanyakan dari mereka berada di negara berkembang  yang berpenghasilan rendah.

Menurut Laporan Global tentang Krisis Pangan, "Pandemi Covid-19 telah mengungkapkan kerapuhan sistem pangan global. Pandemi tersebut telah memunculkan kesadaran akan kebutuhan akan sistem yang lebih adil, berkelanjutan, dan tangguh untuk memberi makan secara bergizi dan konsisten kepada 8,5 miliar orang pada tahun 2030." (MAP Dari berbagai sumber.)Ke