Ekonomi Indonesia
Jumat, 08 Desember 2023 14:15 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh: Maxi Ali*
HARI ini, Jumat, 08 Desember 2023, Kabupaten Nagekeo genap berusia 17 tahun. Ini adalah usia menjelang kedewasaan -apabila dibadingkan dengan apa yang dialami seorang manusia.
Sebab, pada usia ke-17 secara fisik dan psikis,se orang anak manusia siap menjadi mandiri, lepas dari ‘ketergantungan penuh’ dari orang tuanya.
Itulah sebabnya, di banyak negara, seorang anak manusia baru legal untuk menikah, di atas usia 17. Kecuali Malaysia yang melegalkan perempuan menikah pada usia 16 tahun, dan Iran yang melegalan anak laki-laki berusia 13 tahun menikah. (Bdk.- iligentias.com.)
Sebetulnya, dalam banyak kasus, banyak anak manusia berusia 17 tahun, belum bisa mandiri secara finansial, masih perlu sokongan orang tua, terutama ia sedang menjalani sekolah.
Bagi sebuah pemerintahan daerah seperti Nagekeo, usia 17 boleh disebut masih muda alias belum dewasa.
Tanda-tanda ‘kemudaan’nya itu setidaknya dapat dilihat dari data statistik yang membentuk profilnya.
Menurut statistik jumlah penduduk Kabupaten Nagekeo pada tahun 2022 adalah 166.154 Jiwa terdiri dari 82.479 Laki –laki dan 83.675 Perempuan, bertambah hanya 459 jiwa dari tahun 2021: sebesar 165.695 jiwa.
Penambahan penduduk sebesar 0.28 persen terjadi diduga karena kelahiran dan migrasi penduduk ke dalam daerah untuk mencari pekerjaan.
Sebab, sebagai daerah otonomi baru, Kabupaten Nagekeo masih memiliki peluang pekerjaan baik disektor pemerintahan maupun swasta.
Bertolak dari cara menghitung angka Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Population Density) yaitu ‘total penduduk dibagi luas wilayah’, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Nagekeo masih rendah yaitu 117 jiwa/km2, artinya masih banyak lahan yang kosong’.
Biasanya, semakin ‘tua’ sebuah wilayah kabupaten, jumlah penduduknya semakin banyak, sehingga tingkat kepadannya meningkat.
‘Kemudaan’ Kabupaten Nagekeo juga tercermin dari beberapa data statistik yang menjadi elemen dasar pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM ) yaitu umur panjang dan hidup sehat; pengetahuan dan standar hidup layak.
Dalam hal angka harapan hidup penduduk Nangekeo pada tahun 2022 adalah 67,56 tahun, sedikit beringsut dari tahun 2021: 67,25 tahun, dan tahun 2020: 67,13 tahun.
Angka tersebut lebih rendah enam tahun dibandingkan angka harapan hidup Indonesia pata tahun 2022 yang sebesar 73,70 tahun.
Dalam hal pengetatahuan (pendidikan), penduduk Nagekeo juga belum tampak ‘dewasa’ pula. Rata-rata lama sekolah (tahun) 2020-2022 hanya 7,90 tahun. Artinya, tingkat pendidikan rata-rata hanya kelas 8 atau kelas II SMP atau sekolah sederajad.
Berkenaan dengan standar hidup layak, penduduk Nagekeo juga masih belum ‘dewasa’ juga. Besaran pengeluaran per kapita per tahun berluktuasi pada kisaran angka 8,3 jutaan rupiah lebih.
Rinciannya, tahun 2020: Rp 8,302 juta, tahun 2021: Rp 8,254 juta, dan tahun 2022: Rp 8,433 juta. Jadi, pada tahun 2022, angka pengeluara setiap penduduk Nagekeo per bulan adalah Rp 702.750 atau per hari Rp 23.425. Masih cukup jauh di bawah angka pengeluaran per kapita per bulan penduduk Indonesia pada September 2022 sebesar Rp 1,39 juta atau sebesar Rp 46,3 ribu per hari.
Sebagai warga dari sebuah daerah otonom muda, penduduk Nagekeo harus selalu mengencangkan ikat pinggangnya erat-erat karena kondisi perekonomian masih berjalan seret.
Pada sisi lain Pemerintah Daerah harus menahan diri untuk tidak jor-joran melakukan pembangunan infrastruktur fisik lantaran ‘isi dompet Pemda’ belum cukup tebal.
Ini bukan sekadar berdalih atas lambannya gerak maju pembangunan di kabupaten yang berslogan ‘The Heart of Flores’ itu.
Bagi yang jarang menengok data statistik, bisa jadi belum ‘ngeh’ bahwa Nagekeo benar-benar belum ditopang oleh kekuatan finansial yang memadai.
Ibarat anak muda 17-an yang ‘sekolahan’ yang bergantung secara finansial pada orangtua/walinya, Nagekeo memang secara administratif pemerintahan bersifat otonomi. Namun, secara finansial Nagekeo masih bergantung pada pemerintah pusat.
Betapat tidak, per tahun 2021 lalu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Nagekeo hanya sebesar Rp 33,276 miliar. Setelah ditambah dengan pendapatan transfer dari pemerintah pusat, dana perimbangan, dana desa dan dana lain-lain, total pendapatan Kabupaten Nagekeo per tahun 2021 adalah Rp700, 70 milyar. (Lihat Tabel).
Tabel Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Nagekeo Tahun 2021
Realisasi Penerimaan Pemerintah Kabupaten Nagekeo Menurut Jenis Penerimaan (Ribu Rupiah), 2018-2020
Dalam kondisi keuangan yang masih terbatas demikian, apa yang dilakukan olehi Pemerintah Kabupaten, khususnya Bupati Kepala Daerah?
“Dengan jumlah PAD sekitar 33 miliar dan total penerimaan daerah sebesar Rp 700 miliar per tahun, kami memang harus realistis untuk tidak berambisi melakukan pembangunan infrastruktur fisik,” ujar Bupati Johanes Don Boso Do dalam sebuah perbincangan dengan penulis, pada pertengahan Juni 2023 lalu.
Makanya, katanya lebih lanjut, kami lebih fokus pada pembangunan sumber daya manusia, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan.
Di bidang pendidikan Pemkab Nagekeo sangat intens dengan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Platform Merdeka Mengajar (PMM), Rapor Pendidikan, dan program INOVASI.
Pemkab juga terus membangunan kemitraan berbagai pemangku kepentingan pendidikan supaya terus berkolaborasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sebagai upaya untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas.
Menurut Bupati Dono, sebagai upaya mendukung IKM, Pemerintah Kabupaten Nagekeo telah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra, antara lain: INOVASI, Yayasan Sulinama dengan program literasi bahasa ibu sebagai bahasa transisi pembelajaran, Taman Bacaan Pelangi dengan program literasi melalui perpustakaan ramah anak, Wahana Visi Indonesia dengan sanitasi sekolah berbasis Kesetaraan Gender, Disabilitas dan Inklusi Sosial, dan Yayasan Plan International Indonesia terkait pembelajaran berbasis sarana Informasi dan Teknologi di Sekolah Dasar.
Kabupaten Nagekeo menjadi salah satu kabupaten mitra dari INOVASI sejak akhir 2019. Kemitraan ini berangkat dari kerisauan terhadap situasi pendidikan di Nagekeo. Melalui program yang difasilitasi oleh INOVASI, berbagai cara inspiratif untuk meningkatkan kecakapan fondasi belajar siswa kelas awal (literasi, numerasi, dan karakter) mampu dilakukan oleh para guru.
Pendekatan Reading Camp adalah salah satu cara yang dipraktikkan dalam program dampingan INOVASI. Esensi dari IKM dan PMM adalah asesmen dan TaRL atau Teaching at the Right Level, sebuah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak yang berawal dari assessment. Guru pun menggunakan TaRL berbasis hasil assessment awal dan assessment berkala selama proses pembelajaran.
Tidak kalah penting, adalah praktik penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran terutama di kelas awal SD/MI, untuk membantu siswa memahami pembelajaran dengan lebih baik sekaligus bertransisi ke Bahasa Indonesia.
“Ini sebuah upaya inklusif untuk mempermudah siswa yang berbahasa Nage dan belum menguasai bahasa Indonesia agar juga dapat merasakan pembelajaran yang berkualitas,” ujarnya.
Upaya ini telah dilakukan bekerja sama dengan INOVASI sejak tahun 2020, dan hal ini merupakan hal yang sangat menarik yang turut menjadi agenda kunjungan pemantauan kali
‘Memang, fokus pembangunan seperti itu beresiko. Karena kemajuannya tidak dapat dilihat orang secara kasat mata. Orang merasa seperti tidak ada yang dilakukan oleh Pemda. Tapi, hemat saya, salah langkah strategis untuk membangun daerah dengan kondisi keuangan yang terbatas ini, kita justru dipacu untuk mengembangkan bidang-bidang yang kemajuannya invisble, tapi memiliki dampak jangka panjang untuk warga masyarakat,” ujarnya.
Bupati Don mengakui bahwa dalam hal kualitas sumber daya manusia dan kekuatan ekonomi, Kabupaten Nagekeo, masih jauh berada di belakang kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.
Meski demikian, ada beberapa hal yang geliatnya mulai kelihatan. Di bidang literasi misalnya, Nagekeo adalah salah satu yang berada di atas rata-rata Provinsi NTT.
Di bidang kesehatan, Nagekeo memiliki tenaga dokter spsialis yang paling lengkap, paling tidak sedaratan Flores.
Lalu, apa yang membuat Bupati Don sebagai pemimpin tertinggi Pemkab Nagekeo tetap optimistis membangun Nagekeo?
Atau kualitas pemimpin seperti apa yang mesti dimilik Kabupaten Nagekeo agar bisa membawa Nagekeo ‘muda’ terus bertumbuh menjadi semakin maju dan ‘kuat’?
“Kunci untuk membangun daerah dengan kondisi seperti Nagekeo ini, adalah bekerja dengan hati yang tulus,” kata Bupati Don.
Ke depan, lanjutnya, siapa pun yang dipercayakan untuk memimpin Nagekeo harus memiliki ‘hati yang tulus itu.
“Saya sendiri merasa sangat bersyukur karena lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang mewarisi nilai-nilai. Dari ayah yang adalah seorang guru, saya mendapat teladan dan inspirasi untuk menjalani tugas apa saja, secara tulus hati. Makanya, ketika saya mulai melayani orang banyak, entah sebagai dokter, kepala rumah sakit dan sekarang sebagai bupati, saya menajalani dengan sikap seperti itu: melayani yang tulus. Jadi, tak ada ambisi-ambisi lain selain membuat orang lain menjadi lebih baik.Jadi, selama warga mempercayakan saya memimpin kabupaten ini, saya akan jalani dengan kepercayaan itu dengan hati tulus,” ujarnya.
Terlepas dari berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat, kunjungan kerja Presiden Jokowi pada Selasa, 5 Desember 2023 lalu adalah ‘kado’ untuk HUT yang ke-17 Kabupaten Nagekeo.
Ketika berada di lokasi pembangunan Bendungan Mbay/Lambo, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pembanguan bendungan beserta irigasi adalah dalam rangka strategi besar Pemerintah mencapai ketahanan pangan dan kedaulatan pangan nasional.
Bendungan Mbay, kata Presiden, memiliki luas genangan 499,55 hektare yang bersumber dari Sungai Aesesa.
Dengan kapasitas tampung sebesar 51,74 juta m3, Bendungan Mbay diproyeksikan untuk pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) Mbay Kanan dan Kiri hingga 6.100 hektare, sehingga produksi beras dapat menigkat 250 persen.
Sementara itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, ketersediaan air menjadi kunci pembangunan di Nagekeo yang memiliki curah hujan lebih rendah dibanding daerah lain.
“Pembangunan bendungan juga harus diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena air-nya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," kata Menteri Basuki.
Meski diprokyeksikan selesai akhir tahun 2024, pembangunan Bendungan Mbay adalah sebuah ‘kado istimewa’ bagi Kabpaten Nagekeo yang ber-HUT ke-17 tahun, hari ini.
Betapa tidak, Nagekeo yang secara finansial masih belum kuat, diberkati dengan sebuah proyek pembangunan ‘raksasa’: Bendungan Mbay/Lambo.
Sesuai kontrak. Proyek ini telah dimulai sejak 2021 melalui dua paket pekerjaan dengan nilai kontrak Rp1,47 triliun. Paket I dikerjakan oleh kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk - Bumi Indah (KSO), sedangkan Paket II oleh PT Brantas Abipraya.
Semoga, Nagekeo selalu diberkati oleh Yang Ilahi sehingga menjadi kabupaten yang membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. ***