SOROTAN: Senja dan Lapo Tuak: Mulak Hosai

Minggu, 22 Agustus 2021 19:29 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

BATAK.JPG
SOROTAN: Senja dan Lapo Tuak: Mulak Hosai (Screenshoot youtube)

Oleh Martin Sihombing*

“LAPO, bar ala Batak Toba memegang peranan penting dalam kehidupan sosial orang Batak Toba,” tulis Basyral Hamidy Harahap dan Hotman Siahaan dalam Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.
                                **

Senja, yang dirundung mendung, terasa hangat. Duduk di lapo tuak khususnya. Banyak suara, banyak pendapat. Ditambah lagi bernyanyi bersama. Lapo tuak...Handit ma galas ma mi dorguk ma tuak mi...

Seperti lrik Lagu Tusor (Tuak Sore), Beta Dongan Beta Hamu Lae yang dinyanyikan Vico Pangaribuan:

Beta dongan beta hamu lae
beta beta hita minum tua
tu lapo ni amantta
amatta sitaronggal
tuak-tuak tambul na pinggol-pinggol

Amang tabo nai amang sodap nai
sombu tagas mulak hosai
rap marende ma hita tapiltik ma gitar i
taendehen ma ende na tabo

Handit ma galas ma mi dorguk ma tuak mi
sagalas dua galas cantik na minumi
sirup ma tuak mi hilhil tambul nai
bolokkon ma sude arsak ni rohami

Tusor tusor tusor
tuak sore-sore tabo nai
tusor tusor tusor
tuak sore-sore tabo nai

                              **
"Dalam semua kehidupan, bersenang-senang dan tertawa.  Hidup itu untuk dinikmati, bukan hanya untuk dijalani," ujar  Gordon B. Hinckley, Presiden Gereja ke-15 yang lahir di Salt Lake City pada tanggal 23 Juni 1910. Gordon B. Hinckley dipersiapkan sejak masa mudanya untuk menjadi nabi. Setelah lulus dari Universitas Utah, dia dipanggil untuk melayani misi ke Inggris Raya. Setelah dia kembali, dia memulai pelayanan seumur hidup bagi gereja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lapo berasal dari kata lepau. Dahulu istilah ini merujuk kepada beranda di belakang rumah yang dipergunakan sebagai dapur. Di Sumatra, tempat ini selalu identik dengan rumah makan.

Sesuai dengan aksen Batak, lepau terlafal menjadi lapo. Tradisi lapo Batak lahir dari konsep pemukiman Batak tradisional (huta) yang ada di Tanah Batak, sekitaran Danau Toba, Tapanuli Utara. tulis Historia.id.

Menurut Lolita Susan Ginzel, laki-laki Batak pada masa lampau sesudah lelah bekerja di sawah ataupun ladang kerap berkumpul melepas lelah sembari marnonang (bercakap-cakap). Saat itu, dari pihak keluarga biasanya ada saja yang datang untuk menyuguhkan tuak –minuman khas Batak dengan kadar alkohol rendah– untuk menghangatkan badan.

Namun seiring makin ciutnya lahan pertanian, justru berbanding terbalik dengan bertambahnya populasi. Suguhan tuak gratis pun tidak memungkinkan lagi. Tempat-tempat berkumpul yang ada sebelumnya beralih fungsi menjadi kegiatan komersil .

“Maka timbullah istilah lapo yang berasal dari kata lepau yang berarti kedai tempat berjualan,” tulis Lolita dalam skripsi antropologi berjudul “Lapo Tuak Arena Interaksi Sosial bagi Masyarakat Batak Toba” di Universitas Indonesia.

Lapo juga tempat berdiskusi, membahas apa saja, baik masalah politik, ekonomi, sosial, nomor undian togel, dan terpenting, memperbincangkan serta menjaga tradisi dan adat di tengah gempuran arus modernitas. Lapo tuak merupakan ruang publik yang dihiasi dengan jalinan keakraban antar-peminum yang bahkan tidak saling kenal, dan justru kerap melahirkan hubungan kekeluargaan tatkala dimulainya martarombo: tradisi menerangkan asal muasal, marga, maupun silsilah di kalangan penutur Batak.
Meminjam istilah  Ria Manurung,"Lapo tuak dapat membangun gerakan sosial di masyarakat."

Ini seperti Agora. Pada masa Yunani Klasik, dalam iklim sejuk demokrasinya, ada sebuah tempat untuk pertemuan terbuka yang terkenal disebut dengan Agora. Kata "agora" berasal dari istilah Yunani kuno ageirein, yang berarti "berkumpul bersama" dan dibuktikan pada awal abad kedelapan SM.  Ini biasanya diterjemahkan sebagai "perakitan," "tempat perakitan," dan "pasar."  

Agora adalah komponen penting dari semua desa dan kota Yunani di seluruh Mediterania.  Menurut Herodotus (1.153), raja Persia Cyrus II menganggap agora sebagai satu-satunya karakteristik yang paling menentukan dari pemukiman perkotaan.  Bagi Homer (Od. 9.112-5), agora tidak hanya merupakan bagian konstituen dari lingkungan perkotaan tetapi juga menandakan suatu bentuk keteraturan dan peradaban.

Tuak itu sendiri  dikenal sebagai minuman olahan dari air bunga kelapa. "Di daerah Batak Toba, tuak yang dihasilkan dari nira aren (bago) penyadapnya disebut paragat, yang berasal dari kata agat, yaitu sejenis pisau yang digunakan untuk menyadap nira dari gula aren (bagot), " tulis arkeolog Ery Soedewo dalam sebuah jurnal. Food Trails in Archaeology berjudul Local Genius Nusantara Product Named Tuak (2009).

Artis dan komposer terkenal Nahum Situmorang adalah salah satunya. Lapo dan tuak menjadi positif.  "Lagu-lagunya banyak diciptakan saat menghabiskan waktu nongkrong di lapo.  Lagunya yang berjudul Lisoi menggambarkan betapa lapo adalah tempat melepas lelah."

Amang tabo nai amang sodap nai
sombu tagas mulak hosai
rap marende ma hita tapiltik ma gitar i
taendehen ma ende na tabo ....

“Menyanyi adalah salah satu persiapan menuju surga.”  -Joseph Gurney Bevan-

 *Martin Sihombing adalah jurnalis tinggal di Jakarta.