Bank Mandiri
Senin, 26 Agustus 2024 17:26 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MENYONSONG Pilkada Nagekeo 2024, tak sedikit orang ‘nyinyir’ kalau Bupati Johanes Don Bosco Do dan Wakil Bupati Marianus (Don-Marianus) yang memimpin pada periode 2018-2023 tidak berbuat apa-apa, tak membawa perubahan bagi perekonomian Nagekeo.
Sejatinya, dalam era moderen, apalagi era dgital yang berbasis ‘data besar’ (big data), sepertinya sudah ‘ketinggalan zaman’ bila orang ;menyinyir'', mencoba mengukur kinerja ekonomi suatu kabupaten, bertolak dari pengamatan, pengalaman apalagi perasaan hati sendiri.
Lagi pula, menurut teori ekonomi, pengamatan, pengalaman dan peraaan hati bukanlah basis analisis yang valid untuk menilai ataupun mengukur kinerja pemerintahan, termasuk pemerintahan daerah.
Makanya, terkesan jenaka, apabila setelah melihat atau mengalami sendiri bahwa ada sejumlah keluarga mengalami kekurangan pangan (makanan), tidak punya cukup sandang (pakaian) atau pun tidak punya papan (rumah) yang layak huni, seseorang kemudian mengklaim bahwa kondisi ekonomi Nagekeo tidak bertumbuh, bahkan merosot.
Indikator mengukur kinerja ekonomi
Lalu, apa sebenarnya basis untuk mengukur kondisi perekenomian di sebuah wilayah administrasi pemerintahan kabupaten? Atau, apa saja indikator untuk menilai keadaan ekonomi Kabupaten Nagekeo?
Mengutip laman resmi Bank Dunia, terdapat setidaknya 10 indikator yang menjadi basis yang valid untuk mengukur kondisi dan pertumbuhan ekonomi di sebuah wilayah administrasi pemerintahan, termasuk wilayah pemerintahan kabupaten, seperti Nagekeo.
Indikator-indikator yang dimaksud adalah angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB); pertumbuhan PDRB; pertumbuhan PDRB per kapita atau pendapatan per kapita; investasi; tingkat pengangguran; perdagangan; konsumsi rumah tangga; indeks harga konsumen; dan investasi.
Penting untuk memahami bahwa tidak ada satu indikator tunggal yang dapat mencakup semua aspek pertumbuhan atau sebaliknya penurunan kondisi ekonomi.
Namun, pengukuran atas kondisi ekonomi selalu berdasarkan analisis menyeluruh melibatkan kombinasi dari 10 indikator tersebut.
Sederhananya, ‘kesehatan’ atau pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nagekeo diukur dari seberapa banyak warganya yang bekerja, memproduksi barang dan jasa, dan mengonsumsi ataupun memperdagangkannya. Tentu saja, hal itu didukung oleh indikator investasi yang yang memungkinkan adanya kegiatan ekonomi yang membuka lapangan pekerjaan.
PDRB Nagekeo
PDRB adalah indikator kunci pertumbuhan ekonomi kabupaten.
Secara sederhana PDRB adalah nilai total barang dan jasa yang dihasilkan seluruh warga Kabupaten Nagekeo dalam satu periode waktu tertentu.
Tingkat pertumbuhan PDRB mencerminkan perubahan persentase dalam nilai PDB dari satu periode ke periode lainnya. Pertumbuhan positif menunjukkan bahwa ekonomi bertumbuh.
E-book ‘Kabupaten Nagekeo dalam Angka 2024’ dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nagekeo 2023 memperlihatkan, nilai PDRB Kabupaten Nagekeo atas dasar harga konstan bertumbuh dari Rp 1,38 trilun (2020) menjadi Rp1,50 triliun (2023).
Kemudian, nilai PDRB Kabupaten Nagekeo atas dasar harga berlaku, naik Rp1,50 trilun (2020) menjadi Rp2,67 triliun (2023).
Data statistik tersebut mengandung makna bahwa meski berada di bawah tekanan pandemi Covid-19 selama tahun 2020-2021, Don-Marianus masih mampu menggerakkan perekonomian Nagekeo, sehingga nilai PDRB atas dasar harga konsta naik Rp 0,12 trilun, dan nilai PDRB atas dasar harga berlaku meningkat Rp 0,40 triliun. (Lihat Grafik 1)
Grafik 1: Pertumbunan PDRB Kabupaten Nagekeo berdasarkan harga Konstan dan harga Berlaku (2019-2023)
BPS Nagekeo kemudian menyebutkan, pertanian, kehutanan dan perikanan menjadi sektor penyumbang terbesar (53,2 persen) bagi pertumbuhan PDB Nagekeo, disusul sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jamninan sosial wajib (21,4 persen) perdagangan (6,0 persen), konstruksi (5,9 persen) serta informasi dan komunikasi (4,6 persen) dan lain-lainnya (8,9 persen). (Lihat Grafik 2).
Grafik 2: PDRB Kabupaten Nagekeo Berdasarkan Sektor, Tahun 2023
PDRB Nagekeo per kapita
BPS Nagekeo juga mengungkapkan terjadi pertumbuhan cukup besar dalam bidang PDRB per kapita.
Disebutkan, PDRB Nagekeo per kapita atas dasar harga konstan Rp8,63 juta (2020) naik menjadi Rp9,00 juta (2023). Sedangkan PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku meningkat dari Rp14,22 juta (2020) menjadi Rp16,08 juta (2023).
Pertumbuhan nilai PDRB per kapita sebagaimana disebutkan di atas menjadi salah satu tanda tanda bahwa terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat Nagekeo.
Tingkat konsumsi rumah tangga Nagekeo
Indikator pertumbuhan ekonomi yang cukup lazim digunakan adalah konsumsi rumah tangga.
Tingkat konsumsi oleh rumah tangga dapat memberikan gambaran tentang kepercayaan konsumen dan keadaan perekonomian.
Sedangkan indikator pengeluaran riil per kapita juga menggambarkan kemampuan daya beli masyarakat yang didekati dengan kebutuhan standar minimal untuk dapat hidup layak.
Data BPS NTT menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran riil masa masyarakat Nagekeo pada tahun 2023 sekitar Rp 8,71 juta, naik Rp 487 ribu atau meningkat sebesar 5,93 persen, dari Rp 8,22 juta pada tahun 2018.
Sementara itu, ‘Kabupaten Nagekeo dalam Angka 2024’ menyebutkan, rata-rata pengeluaran per kapita peduduk Nagekeo adalah Rp 823.489 per bulan pada tahun 2023, naik dari Rp709.168 per bulan pada tahun 2022, atau hampir dua kali lipat dari rara-rata pengeluaran per kapita per bulan untuk penduduk di bawah garis kemiskinan.
Dari angka pengeluararan riil sebesar Rp8,71 juta itu, sebesar 52 persen atau Rp4,53 juta dipakai untuk memenuhi kebutuhan makanan, seperti membeli padi-padian, persen), rokok, dan manakan dan minuman jadi.
Sisanya, 48 persen atau Rp4,18 juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan non-makanan di antaranya untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pajak, pengutan dan asuransi.
Yang menarik, dalam kurun tahun 2018-2023, pengeluaran riil per kapita masyarakat Nagekeo masih lebih tinggi dibandingkan pengeluaran riil per kapita di tingkat Provinsi NTT, dan berada di urutan ketiga tertinggi di antara delapan kabupaten sedaratan Flores, setelah Ende dan Ngada. (Lihat Tabel 1)
Tabel1: Rata-rata Pengeluaran Riil Per kapita Kabupaten Sedaratan Flores (2018-2023
Angka pengeluaran riil per kapita Nagekeo yang meningkat dalam periode 2018-2023 menggambarkan bawah daya beli masyarakat Nagekeo yang menjadi semakin kuat.
Pada sisi lain angka tersebut juga mencerminkan bahwa pemerintah Nagekeo telah menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan.
“Semakin mudah masyarakat untuk memperoleh pendapatan maka semakin meningkat daya belinya,” begitu kata Ekonom Universitas Indonesia, Telisa Falianty kepada media, beberapa waktu lalu.
Menurut Telisa, dengan pendapatan yang lebih baik maka kemampuan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan keluarga dapat tercapai. Demikian pula sebaliknya.
Investasi di Nagekeo
Indikator pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nagekeo juga dapat dilihat dari sisi pertumbuhan investasi. Sebab, tingkat investasi, baik dalam bentuk investasi pemerintah, swasta, ataupun asing dapat menunjukkan dinamika positif dari aktivitas ekonomi sekaligus bukti keyakinan investor dan pelaku ekonomi akan prospek ekonomi Nagekeo.
Meski masih dalam iklim ekonomi secara nasional (juga global) belum pulih benar dari dampak pandemi Covid-19, iklim investasi Nagekeo tampak mulai kondusif.
Dinas Penanaman Modal Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Nagekeo dalam Angka (2024) mencatat bahwa jumlah nilai investasi sektor primer bertumbuh dari Rp 90,04 miliar (2022) menjadi Rp129,37 miliar (2023).
Investasi di sektor sekunder merosot dari Rp137,30 (2022) menjadi Rp123,25 miliar (2023). Lalu, investasi sektor tersier di naik dari Rp403,99 miliar (2022) menjadi Rp 478,39 (2023). (Lihat Tabel 3).
Tabel 3: Jumlah nilai investasi sektor tersier di Kabupaten Nagekeo, 2022-2023 (rupiah)
Dinas Penanaman Modal Kabupaten Nagekeo juga menyebutkan, pada 2022 dan 2023 pemerintah Kabupaten Nagekeo menargetkan nilai investasi masing-masing sebesar Rp 50 miliar.
Realisasinya selalu melampaui target, dimana pada tahun 2022 mencapai 145,13 miliar dan tahun 2023 sebesar Rp 62,18 miliar.
Tingkat pengangguran di Nagekeo
Tingkat pengangguran mencerminkan seberapa banyak angkatan kerja yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Penurunan tingkat pengangguran biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebuah indikator yang untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap di pasar kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.
Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja. TPAK mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah.
BPS Nagekeojuga memperlihatkan bahwa dalam periode 2018 -2023, angka TPT dan TPAK mengalami perbaikan yang cukup signifikan. (Lihat Tabel 2).
Tabel 2: TPT dan TPAK Kabupaten Nagekeo (2018-2023)
Angka-angka tersebut, terutama angka TPAK, mengindikasi bahwa Don-Marianus telah bekerja baik sehingga jumlah tenaga kerja Nagekeo berusia di atas 15 tahun yang aktif dalam kegiatan eknomi terus semakin banyak, dari hanya 68 persen pada tahun2018 menjadi 76,86 persen pada tahun 2023.
Bertumbuh positif
Secara bersama-sama, berbagai indikator di atas menegaskan bahwa kondisi ekonomi Nagekeo selama era Don-Marianus (2018-2023) mengalami pertumbuhkan positif.
Sejumlah warga Nagekeo yang ditemui Floresku.com secara daring maupun luring merasakan hal itu.
Mereka merasa bersyukur karena di tengah bahaya pandemi global, Covid-19 selama kurang lebih dua tahun (2020-2021), Don-Marianus tidak kehilangan akal, sebaliknya mampu menemukan strategi yang tepat untuk membuat roda ekonomi tetap bergulir.
‘Selama pandemi, sesuai panduan dari pemerintah pusat, Pak Don dan saya berusaha mengadakan sejumlah program untuk terus menggerakan perekonomian. Sebagai contoh, kami mengadakan pogram Padat Karya untuk pembangunan fisik saluran serta sarana dan prasarana yang melibatkan 41 kelompok Petani Pemakai Air (P3A) irigasi persawahan di Kabupaten Nagekeo,’ ungkap Marianus Waja.
Ketua P3A KM 1.5 Kiri, Osan Ari Asso mengatakan program padat karya yang saat ini sedang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Nagekeo memang sangat dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya kelompok petani di KM 1.5 Kiri di desa Aeramo.
Menurut Osan, para petani di KM 1.5 Kiri merasakan betul manfaat dari program perbaikan saluran iriasi tersebut.
“Kalau sebelumnya dari lahan sawah setengah hektare kami hanya memenen sekitar 5 karung padi, maka setelah irigasi ini dibenahi, hasil panen bisa mencapai 20 karung,” kata Osan sebagaimana dikutip Florespedia.com, 2 Desember 2020.
Memang, pandemi Covid-19 sempat membuat kondisi ekonomi Nagekeo lesuh. Pada tahun 2020 angka pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 0,49 persen.
Namun, berkat sejumlah program strategis yang dilakukan Don-Marianus, dan melalui kolaborasi yang kuat dengan seluruh ANS dan warga masyarakat, sesuai semboyan ‘To’o Jogho Waga Sama' , ekonomi Nagekeo segera bangkit lagi pada tahun 2021, lalu bisa bertumbuh secara stabil pada tahun 2022 dan 2023.(Lihat Grafik 3).
Grafik 3: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nagekeo (2018-2023)
Kondisi ekonomi Nagekeo yang kembali bangkit dan mulai stabil itu dibenarkan oleh penelitian yang dilakukan Maria Fransiska Ghei, Agus Arnol Nale dan Novi Theresia dari Universitas Nusa Cendana Kupang.
Dalam laporan hasil penelitian yang dipublikasikan melalui Jurnal Tirtayasa Ekonomika, Vol. 18, No.2, Oktober 2023, mereka menyatakan, kondisi ekonomi Nagekeo bisa cepat pulih dari krisis karena pemerintahan Don-Marianus menciptakan pusat-pusat pertumbuhan di tujuh kecamatan di seluruh wilayah kabupaten.
Namun, dari tujuh kecamatan yang ada, ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Aesesa dan Boawae teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan yang memiliki fungsi/fasilitas yang paling tinggi.
Di dua kecamatan tersebut terjadi interaksi/gravitasi kegiatan masyarakat (engagement) dalam jumlah tertinggi.
Di Aesesa Development Center terjadi engagement mencapai 1.206.408,27, sedangkan di Boawae Development Center terjadi engagement sebesar 1.434.281,18.
Menurut ketiga peneliti tersebut, selain memperlihatkan tingginya mobilitas sosial, jumlah engagement yang besar berdampak positif pada perputaran roda ekonomi.
Jadi, dari data dan fakta di atas, tak diragukan lagi bahwa Don-Marianus telah membawa perubahan nyata bagi pereknomian Nagekeo.
Makanya, tak mengherankan, di berbagai desa dan kampung, media ini selalu menjumpai warga masyarakat yang berkata penuh harap, bahkan mendoakan agar Don-Marianus kembali mendapatkan amanat rakyat dalam Pilkada 27 November nanti.
Hendi Bhala, warga lansia dari Kampung Lelawete dengan tegas berkata: ‘Kami rakyat kecil berdoa, moga-moga Bapa Don dan Bapa Marianus kembali jadi bupati dan wakil bupati,” ujarnya.
Yohanes yang akrab disapa Om Nani dari Kampung Dhoki di Kecamatan Mauponggo mengatakan hal serupa.
‘Mudah-mudahan Don-Marianus terpilih lagi supaya bisa meneruskan apa yang sudah bagus mereka kerjakan,” ucapnya.
Harapan dan doa senada disampaikan oleh Gaspar dari Kampung Nangamboa 2, Desa Nata Ute, Kecamatan Nangarroro.
‘Doa dari rakyat yang berhati untuk, untuk calon pemimpin yang juga tulus, tentu akan didengarkan oleh TuhanYang Mahakuasa,” ujar pria yang akrab disapa Gasa itu. (Silvia/map/Tim redaksi). ***
19 hari yang lalu