Sudah Berjalan 5 Tahun, SMPN 11 Ruteng di Manggarai Hanya Miliki 1 Ruangan Belajar Sendiri

Sabtu, 23 April 2022 09:43 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

wabup 2.jpg
Kepala sekolah dan kepala desa serta tenaga pengajar pada smpn 11 Ruteng dan SDI Bea Kakor saat post bersama menanti kedatangan Wabup Manggarai (Jivansi)

RUTENG (Floresku.com) - Meski sudah berusia 5 (lima) tahun,  SMPN 11 Ruteng yang berlokasi di Desa Bea Kakor, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai hanya  memiliki satu ruangan kelas milik sendiri.  Akibatnya,  sebagian besar kegiatan  belajar-mengajar  dilakukan  di ruangan kelas Sekolah Dasar Inpres Bea Kakor.  Mereka ‘nebeng’ atau meminjam ruang kelas milik  SD Inpres Bea Kakor.

Kenyataan miris ini diungkapkan sendiri oleh  Yasintus Ratu, Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Ruteng.

Dalam sambutannya di hadapan Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut yang berkunjung ke SMP II Ruteng, Jumat 22 April 2022 Yasintus mengatakan bahwa usia sekolah SMP Negeri 11 Ruteng saat ini sudah mencapai lima tahun. Namun, sampai dengan saat ini hanya memiliki satu ruangan kecil saja. 

Padahal, lanjut Yasintus, jumlah peserta didik yang ada di SMPN 11 Ruteng saat ini sudah mencapai angka 434 orang siswa. 

Rinciannya, 210 siswa laki laki dan 224 siswi perempuan. Sementara peserta yang mengikuti ujian akhir sekolah saat ini ada 136 orang peserta, dengan rincian: 73 orang laki-laki dan 63 orang perempuan.

"Kami ini di lingkungan Kakor, Desa Bea Kakor ini adalah sebuah 'mbaru gendang'; 'woleng wongka one leles para le'. mengapa 'woleng wongka one'? mbaru gendang kami adalah gedung SDI Bea Kakor. Wongkanya adalah wongka milik SDI Bea Kakor dengan wongka SMP Negeri 11 Ruteng," ungkap Yasintis Ratu.

"Celong-celong lami ite. Bo kali ca wongka ite. Begitu poli iset ngara wongka ga hitu po one amit celong. Ai toe dian kole eme rani tau gami rumbu wongka hitu ca. Tentunya menjadi kurang elok," sambungnya.

Pada bagian akhir sambutannya, Yasintus Ratu menyampaikan harapannya agar Wakil Bupati Manggarai bisa melihat dan memperhatikan kondisi riil yang ada di SMP Negeri 11 Ruteng tersebut.

"Harapan kami, Bapak Wakil Bupati dengan Bapak Kepala Dinas PPO bisa melihat dan memperhatikan kondisi riil yang kami alami disini. Ruangan kerja kami akan tampak 'kungkur kenek' atau bertumpuk-tumpuk; di situ ruangan kerja kepala sekolah, di situ ruangan guru, di situ ruangan perpustakaan, di situ ruangan tamu, di situ ruangan tata usaha sekalian sudah ini menjadi satu kesatuan. 'Nekarabo' Bapak Wakil Bupati dengan Bapak Kepala Dinas PPO sepertinya ini akan menjadi keluh kesah kami. Namun tetap dengan harapan Paulus yang menanam, Apolos yang menyiram dan Tuhanlah yang akan memberi kehidupan," pungkasnya.

Wabup Heri dan rombongan disambut secara adat Manggarai, mulai dari adat 'tuak curu' dan pengalugan hingga adat 'tuak kapu'. (Foto: Jivansi)

Merespon keluhan yang disampaikan Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Ruteng tersebut, Wakil Bupati Manggarai, Heribertus Ngabut mengatakan, kalau begini modelnya, tentu akan mengganggu impian dunia pendidikan untuk melahirkan generasi-generasi peserta didik yang cerdas. 

"Karenanya, pada hari ini kita coba untuk melihat bersama persoalan yang ada; bagaimana nasib anak-anak kalau modelnya begini, termasuk sarana dan prasarananya," ungkap Wabup Heribertus.

Sebagai informasi, Wabup Heri mengunjungi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 11 Ruteng , pada Jumat 22 April 2022.

Wabup Heri memantau proses pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah (UAS) di SMPN 11 Ruteng, Jumat 22 April 2022 (Foto: Jivansi)

Dalam kunjungan tersebut Wabup Heri didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai, Fransiskus Gero.

Mereka datang untuk meninjau proses pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah (UAS) di SMPN 11 Ruteng. 

Selain itu,  mereka memantau kondisi fisik bangungan dan lingkungan di sekitar sekolah. 

Kehadiran Wabup Heri dan rombongan tersebut disambut secara adat Manggarai, mulai dari adat 'tuak curu' dan pengalugan hingga adat 'tuak kapu' oleh Kepala Sekolah SMPN 11 Ruteng dan Kepala Desa Bea Kakor serta para guru dan aparat desa setempat.  (Jivansi).***