Indonesia
Sabtu, 26 Agustus 2023 20:01 WIB
Penulis:redaksi
KUWU (Floresku.com) - Berbagai peristiwa tentang pemanasan global (global warming), banjir, tanah longsor, kekeringan yang berkepanjangan, es di kutub utara dan selatan mencair, naiknya permukaan laut, kekurangan makanan, kehilangan spesies dan aneka problem menggelisahkan lain merupakan fenomena tak terbantahkan seiring dengan kemajuan dunia dan kemerosotan moral sebagian besar manusia dewasa ini.
Faktor penyebab paling mendasar yang menghiasi forum diskusi, baik formal maupun nonformal, serta acapkali dikampanyekan adalah pola dan gaya hidup manusia yang tidak mendukung keberadaan bumi yang berkelanjutan.
Anthroposentrisme (paham yang mengatakan bahwa manusia sebagai pusat dari segala yang ada di bumi) telah mengubah pola pikir dan melanggengkan perilaku ketamakan manusia terhadap alam sebagai sesama yang seharusnya dijaga kelestariannya. Betapa tidak?.
Pohon-pohon hutan ditebang, pembuangan sampah sembarangan marak terjadi, pola konsumsi berlebihan, penggunaan pupuk kimia, penembakan species binatang secara membabi-buta, dan sederet kejahatan terhadap alam lainnya menjadi potret buram kelangsungan ekosistem di bumi.
Berkaca pada fakta destruktif di atas, Yayasan Ayo Indonesia bekerja sama dengan Komunitas Local Champion (KLC) Momang Lino terus memberikan perhatian dan bergiat mengampanyekan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap problem perubahan iklim.
Mereka menyadarkan berbagai pihak, seperti: masyarakat, pemerintah, Gereja, dan lembaga pendidikan agar merefleksikan serentak menyadari perilaku buruk manusia terhadap bumi dan segala isinya.
Hal ini tentunya penting sebab upaya menyelamatkan bumi tak cukup oleh satu-dua pihak, tapi harus bergandengan tangan dengan semua orang.
Sejalan dengan itu, Pada Sabtu, 26 Agustus 2023, Yayasan Ayo Indonesia yang diwakili oleh Eni Setiowati dan Victorianus Aprilius menggandeng Komunitas Local Champion (KLC) Momang Lino yang diwakili oleh Clarentina Cholin dan Elfryd Budiman menyambangi SMAS St. Klaus Kuwu, Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Program Goes to School dari dua lembaga ini dikemas dalam acara seminar yang bertemakan “Perubahan Iklim, Dampaknya, serta Adaptasi dan Mitigasi dari Kalangan Muda.”
RD Valerianus Paulinus Jempau selaku kepala SMAS St. Klaus Kuwu dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan seminar ini menyampaikan syukur dan terima kasih untuk perhatian dan keberpihakan Yayasan Ayo Indonesia dan Komunitas Local Champion yang telah membuka cakrawala berpikir warga SMAS St. Klaus Kuwu tentang perubahan iklim yang telah, sedang, dan akan terus terjadi.
”Kami sadar bahwa membangun kemitraan merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan demi kemajuan dan mengimplementasikan visi-misinya,” tandas Imam Keuskupan Ruteng ini.
Lebih lanjut kepala sekolah yang sering disapa Romo Lerry ini menegaskan bahwa kegiatan seminar ini juga merupakan dasar dan langkah awal dari pengimplementasian Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kurikulum Merdeka yang dimulai pada tahun ajaran 2023/2024, terutama tema Gaya Hidup Berkelanjutan yang digodok semester ini untuk kelas X.
“Namun, seminar ini bukan hanya untuk kelas X, melainkan untuk semua warga sekolah sehingga harus menjadi kesadaran dan gaya hidup bersama demi menjaga bumi yang tetap layak dihuni, dan perubahan iklim menjadi problem yang harus dicegah dan diatasi bersama,” pungkas imam yang pernah menjadi kepala SMP St. Stefanus Ketang dan SMAS St. Familia Wae Nakeng ini.
Pada bagian akhir, RD Lerry menyampaikan harapannya agar Yayasan Ayo Indonesia dan Komunitas Local Champion selalu bergandengan tangan bersama SMAS St. Klaus pada waktu yang akan datang.
Kepada warga sekolah, ia mengharapkan agar warga sekolah selalu bercermin pada moto sekolah, yakni Cerdas Berintegritas.
"Cerdas Berintegritas berarti cerdas yang utuh dalam jati diri sehingga tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas dalam berbagai dimensi, seperti cerdas secara spiritual, emosional, karakter/sikap/kata-kata dan tindakan, cerdas juga dalam berkomunikasi dengan sesama, yakni manusia dan alam. Apa yang kita lakukan hari ini merupakan langkah awal yang menjadi dasar kreativitas dan kolaborasi kita ke depan," ungkapnya.
"Semoga apa yang menjadi komitmen bersama tidak hanya hitam di atas putih, tapi, hati kita menjadi putih di tengah ancaman hitamnya hati banyak manusia yang tidak mencintai bumi ini," lanjutnya.
Sementara itu, Ibu Eni Setyowati membuka seminar dengan memantik pengetahuan dan menyalakan semangat siswa-siswi sebagai kaum muda dengan bertolak dari kisah Greta Thunberg, seorang aktivis yang mengampanyekan isu-isu terkait perubahan iklim dan pemanasan global mengajak orang-orang muda untuk meneladani gadis kecil itu dengan melakukan menyelamatkan lingkungan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.
"Saya mengajak adik-adik sekalian juga bisa ikut ambil bagian dalam menyelamatkan lingkungan, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar," ujarnya.
Pada tempat yang sama, dua anggota Komunitas Local Champion (KLC) Momang Lino, Elfryd dan Ratni yang menjadi pemateri utama seminar ini pada awal materinya menggali pengetahuan siswa-siswi tentang arti perubahan iklim dan contoh konkretnya.
Keduanya juga mengajak kaum muda SMAS St. Klaus Kuwu untuk menyadari dan memahami bersama langkah konkret untuk mencegah/mitigasi perubahan iklim melalui diskusi.
Komitmen Bersama
Pada akhir, para pemateri mempresentasikan hasil karya pendampingan para local champion dalam bentuk video di berbagai tempat dan kelompok dampingan.
Di samping itu juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama antara pemateri seminar dengan pihak sekolah yang diwakili oleh kepala sekolah, ketua OSIS dan Komunitas Sankla Earth Lovers (Komunitas Para Pencinta Alam Sankla).
Komitmen itu berisi beberapa point, yaitu melakukan upaya pencegahan serta penanggulangan perubahan iklim di sekolah dalam bentuk kampanye di media sosial dan secara offline, memilah dan mengolah sampah menjadi sampah organik yang akan menjadi pupuk organik, dan sampah anorganik didaur ulang untuk menghasilkan kerajinan dan karya siap pakai.
Selain itu, warga SMAS St. Klaus Kuwu juga akan melakukan bakti sosial pemungutan sampah di tempat umum di luar sekolah, menanam pohon, serta menanam sayur dan bunga yang dikembangkan menggunakan pupuk organik. Tak hanya itu, sekolah akan memilih duta lingkungan hidup sekolah setelah melakukan banyak kegiatan dan seleksi. (SP/Jivansi)
9 bulan yang lalu