Meninggal dunia
Sabtu, 16 Oktober 2021 22:15 WIB
Penulis:redaksi
Editor:Redaksi
RUTENG (Floresku.com) - Usai misa pentahbisan 9 orang imam yang digelar di Gereja Katedral Ruteng, Uskup Emeritus Mgr. Mikhael Angkur OFM mendampingi RD Ignasius Azevedo Viarez dalam acara ramah tamah yang digelar di lapangan sepak bola Wae Mbeleng, Desa Benteng Kuwu, Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai pada Kamis 14 Oktober 2021.
Dalam sambutannya, Uskup Mikhael mengatakan bahwa memasuki hari pertama sebagai imam, Romo Ignasius Azevedo Viarez tentunya belum sepenuhnya mengetahui bagaimana seharusnya bekerja di kebun Tuhan.
"Toe woleng ata duat one ca uma, kut dapat hasil one mose (Tidak berbeda jauh dengan orang yang bekerja di suatu kebun agar mendapatkan hasil dalam hidup). Demikian juga menjadi seorang imam. Dengan menjadi seorang imam, Romo Ignasius juga perlu belajar menjadi imam yang baik. Become a priest means to learn become a priest," ungkapnya.
Saya, lanjut Uskup Emeritus Mgr. Mikhael Angkur OFM, sangat senang bahwa Frater Ignasius Azevedo Viarez sudah jadi seorang romo sekarang. Dan hari ini, pesan saya tidak lain bahwa menjadi seorang imam itu tidak mudah. Apalagi kalau pikir, bagaimana menghayati imamat 60 tahun ke depan.
"Saya, 60 tahun sebagai seorang Fransiskan. Dan sampai sekarang, belum menjadi Fransiskan yang baik. Saya 55 tahun menjadi imam namun sampai sekarang masih belajar menjadi imam. Saya hampir 30 tahun menjadi uskup, namun saya masih belajar menjadi uskup yang baik," cetus Mgr. Mikhael.
Lebih lanjut, Mgr. Mikhael mengatakan bahwa di Labuan Bajo, dirinya juga mengurus kebun. Meski demikian, dirinya juga bekerja di kebun Tuhan; melayani umat dalam bidang rohani.
"Saya keliling Indonesia untuk beri ret-ret pada imam-imam karena saya juga mendapat tugas yang berat dari KWI pada waktu peralihan," ungkapnya.
Bacaa juga: Viral di Medsos Video Bernada Provokasi, Masyarakat Adat Terlaing Minta Polres Mabar Tangkap Doni Parera
Selama delapan tahun, masih kata Uskup Mikhael, tugas saya adalah mendampingi semua kaum religius di Indonesia. Jumlah mereka adah 8 ribu orang. Namun, dari 8 ribu tersebut, hanya 80 imam projo, yang lain adlah imam tarekat. Ada banyak yang dari luar negri.
Meski demikian, puji Tuhan, dengan jumlah yang ada dan bahkan lebih sekarang ini, imam projo tumbuh di tanah indonesia.
"Dan waktu itu, karena saya dari Manggarai dan lama tinggal di daerah Jawa dalam kurun waktu 60 tahun, saya harus menghadapi situasi bagaimana seorang dari luar Jawa bisa hidup di tengah tanah Jawa dengan baik," ungkapnya.
Lebih jauh, Mgr. Mikhael mengatakan, di antara semua keuskupan, Keuskupan Ruteng yang paling banyak jumlah umatnya. Kurang lebih hampir 800 ribu orang. Sekarang sudah ada hampir 85 paroki. Jadi, kita ungkapkan kegembiraan kita sebagai sikap kita terhadap adanya imam.
Baca juga: PON XX Papua dalam Kenangan Warga Flobamora Timika
Mengakhiri pembicaraannya, Uskup Mikhael berpesan kepada Romo Ignasius Azevedo Viarez supaya menjadi seorang imam berarti rela merendahkan diri dan rela menerima keadaan sederhana.
"Bagi saya, perihal mencuci baju sendiri ataupun juga kerja kebun, itu sudah biasa saya lakukan. Umur saya tahun ini kurang 2 bulan lagi, 85 tahun. Saya sudah 55 tahun menjadi imam. Sebagai uskup 27 tahun. Jadi profinsial OFM, tiga periode. Pernah juga jadi anggota DPRD di tanah Papua. selama dua periode di DPRD II, dan satu periode di DPRD. Ya, waktu 'kan belum banyak orang berpendidikan. Saya imam pertama yang bekerja di sana (Papua, red). Kudut anggom agu nggao ata papua maka seorang imam dilibatkan. Meski demikian, saat itu, saya tetap imam dan tinggal di Paroki. Karena itu, sampai hari ini saya masih sebagai seorang imam. Saya juga masih uskup," ungkapnya. (Jivansi) ***