jokowi
Jumat, 24 Mei 2024 06:16 WIB
Penulis:Redaksi
Oleh Justino Djogo,MA.MBA, Direktur Eksekutif Forum Dialog Nusantara/FDN
Polemik dan bahkan menjurus ke desas-desus yang menghebohkan kancah politik Nusantara pasca terpilihnya Prabowo sebagai Presiden RI ke 8 adalah kemana langkah pak Jokowi, Presiden RI ke 7 setelah 20 Oktober 2024 pagi.
Terbaru, bahkan di Rekernas PDIP akhir Mei 2024 ini, pun ada selentingan bahwa petinggi partai banteng moncong putih tak akan mengundang pak Jokowi. Kita tidak sedang memancing dalam air keruh namun kasat mata terpampang pandangan jurang politik antara PDIP dan Jokowi. Bagaimana jurang itu terbentuk, mestinya beberapa retakan ego mereka sedikit bisa kita lihat sebelum pencawapresan Gibran RR sang putra Jokowi.
Kalau memang tak ada tempat lagi bagi Jokowi di PDIP, apakah semudah itu bergabung apalagi mengobok-obok partai lain agar mempertahankan eksistensinya?
Jelas tidak.
Langkah politik Jokowi tak akan sesembrono itu.
Tapi mungkin saja para dayang dan pembeo disekitarnya.
Nah, atas.dasar inilah, bukan isapan jempol belaka bahwa Jokowi ingin masuk parpol yang sudah mapan khususnya parpol anggota KIM.
Mungkin kehebohan selama ini tentang GRR berlanjut jika PDIP benar mencampakanya. Apalagi sang pemenang pileg di Senayan adalah PDIP. Lawan tandingnya KIM yang mengusung PS -GRR. Benang kusut PDIP dan Jokowi, juga GRR mesti segera terurai.
Kita tunggu diplomasi tunggang kuda di Hambalang, pak PS dan Puan Maharani bisa menjadi alasan PDIP sedikit luluh hati dan mendukung PS secara nyata. Tak harus masuk kabinet . Minimal sedikit mengurangi beban psikologis GRR dan tentu saja Jokowi jika PS dan Megawati akhirnya bisa semeja menikmati nasi goreng kesukaan PS yang disiapkan Megawati.
Menyala Nusantara kita....
Jadi, yang merasa risau ya para dayang -dayang Jokowi.
PS punya Gerindra dan GRR tak punya. Lalu apa yang akan dilakukan Jokowi demi anaknya. Dia tak ingin anaknya seperti nahkoda di kapal yang bukan miliknya sendiri.
Godaan kekuasaan para pembantu dan dayang-dayang Jokowi bukan isapan jempol belaka. Ada benarnya. Operasi senyap, bahkan memanfaatkan persuasi di media massa juga dibarengi pernyataan seperti pengkultusan Jokowi, seperti tak ada orang lain lagi.
Banyak elemen promosi. Sedikit dibaluti dan dibumbui dengan isu IKN dan infrastruktur yang belum rampung. Seolah -olah figur Jokowi harus tetap ada di masa pemerintahan Prabowo- Gibran.
Tentu saja Jokowi harus berada dalam parpol jika mau berperan nyata atau sedikit mengendalikan PS dalam pemerintahannya kelak. Padahal, kembali ke PDIP kecil kemungkinannya. Jurang antara keduanya makin menganga lebarnya dan sakit hati keduanya pun seperti tak dapat disembuhkan tabib politik manapun.
Maukah Jokowi memimpin PSI bersama sang putra bungsu, Kaesang,... Jokowi berpikir realistis tak akan berdampak banyak. Apalagi PSI tidak lolos ke Senayan.
Saya tidak yakin bahwa Jokowi akan menghilang dari peredaran politik bangsa ini.
Namun, tidak mudah Jokowi 'mengambil alih' parpol yang sudah mapa. Setelah pelantikan PS GRR 20 Oktober 2024 nanti, Jokowi bukan siapa-siapa lagi dalam konteks cengkraman kekuasaan. Dia tidak lagi menggengam kekuasaan itu.
Dalam perspektif ini dapat disimpulkan bahwa hanya dengan membentuk partai politik baru bagi Jokowi untuk meneruskan cakar politiknya seperti didambakan para dayang-dayang Jokowi.
Saya berpandangan, lebih baik Jokowi melahirkan parpol baru untuk legacy nya sendiri.
Saya pun tidak ingin berandai andai bahwa kelak parpol besutan Jokowi dapat mempreteli apalagi mencabik cabik dinding partai sekuat PDIP kelak, sebagai partai asal yang mengantarnya dari Wali Kota Solo menjadi Presiden RI dua periode melalui jalur toll politik. Sekali lagi, jalur toll itu terulang bagi GRR melalui KIM.
Sayangnya, dalam membentuk parpol tak ada jalan toll bagi Jokowi. Ia harus tertatih mengawasi bayi parpolnya sendiri.
Saya hanya berpikir logis dan realistis, bahwa gaya dan political style Jokowi itu sah-sah saja. Bahasa gaulnya politik sayang anak. Persis yang pernah diungkapkan secara jenaka oleh Prof. Yusril IM. bahwa kita sedang menyaksikan gaya politik sayang anak dari segelintir petinggi politik.
Kita lihat nanti apa yang akan dilakukan Jokowi setelah 20 Oktober 2024 nanti.Minimal kita boleh membayangkan dan bahkan sedikit mengintip apa isi mimpi beliau agar tetap eksis dalam konstelasi politik Nusantara, baik dengan atau tanpa parpol bentukannya sendiri. (justino.djogo@yahoo.com). ***
sebulan yang lalu