HOMILI, Minggu Panggilan Sedunia, 21 April 2024

Sabtu, 20 April 2024 11:19 WIB

Penulis:redaksi

goris nule.jpg
Pater Gregor Nule SVD (Dokpri)
YESUS, GEMBALA YANG BAIK

(Hari Minggu Panggilan Sedunia: Kis 4:8-12; 1Yoh 3:1-2; Yoh 10:11-18)
Ilustrasi. 
Sebelum berkecamuk perang dunia II, di sebuah kota pelabuhan di Prancis Selatan ada sekelompok buruh bongkar barang yang terkenal kasar, jorok dan terkadang sangat brutal.

Pada suatu hari datanglah seorang pemuda yang simpatik dan mudah tersenyum mau bekerja di situ. Ia tidak mudah terpengaruh oleh perilaku dan sikap kasar buruh-buruh lain. Akibatnya ia ditertawakan, dianggap sombong dan sok suci.

Tetapi, ia tidak memperdulikan kata-kata mereka, termasuk olokan-olokan itu. Ia selalu baik dengan semua dan memperjuangkan kepentingan umum bahkan sampai melupakan urusan dan kepentingannya sendiri. Maka buruh-buruh lain mulai segan, kagum dan menghormatinya

Ternyata kehadiran dan contoh hidupnya  telah membawa perubahan luar biasa. Suasana pelabuhan itu mulai terasa lain. Para buruh menjadi ramah, sopan, dan bertanggungjawab dalam tugas hariannya.

Tetapi, nasib malang menimpa mereka. Buruh muda yang terkenal  baik hati dan simpatik itu mati tertindih balok kayu ketika sedang membongkar dan memindahkan balok-balok dari kapal ke darat.

Semua rekan kerja dan petugas pelabuhan mengerumuni dan menangisi jenasahnya. Mereka sungguh merasa sangat sedih lantaran kehilangan dia yang sungguh baik hati.

Ketika jenasahnya dimandikan mereka menemukan sebuah medali yang tergantung di lehernya. Di balik medali itu tertulis nama aslinya. Ternyata ia seorang IMAM KATOLIK.

Pada saat itu semua buruh sadar bahwa seorang suci, ramah dan penuh belaskasihan telah hidup dan berbagi bersama mereka yang kasar, jorok dan bermulut kotor. Dan ia telah mengalahkan egoisme mereka dan menaburkan  cinta dalam hati mereka.”

Refleksi
Injil hari ini menampilkan Yesus sebagai Gembala yang baik. Yesus berkata,”Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik menyerahkan nyawanya untuk domba-dombanya”, (Yoh 10:11).

Yesus juga mempertentangkan seorang gembala dengan seorang upahan. Seorang upahan yang bukan gembala dan bukan pemilik domba-domba segera meninggalkan domba-domba apabila menghadapi ancaman bahaya. Ketika serigala atau pencuri datang seorang upahan akan lari mengamankan diri. Ia tidak perduli terhadap nasib domba-domba. Ia tidak bertanggungjawab atas tugasnya. Karena yang ia utamakan adalah upah, bukan keselamatan domba-domba.

Sebaliknya, seorang gembala bekerja untuk kepentingan domba. Ia menyerahkan seluruh waktu dan perhatiannya untuk kebaikan domba-dombanya. Ia rela berkorban dan mati demi keselamatan domba-dombanya. Ia merasa memiliki dan senasib dengan domba-dombanya.

Karena itu, seorang gembala sejati bekerja bukan karena upah, melainkan karena cinta dan belaskasihan kepada domba-dombanya.

Bagi orang kristen, Yesus adalah gembala yang baik.  Ia telah berjuang mati-matian mengorbankan segala-galanya untuk kepentingan kita, domba-dombaNya. Ia juga berusaha menyelamatkan dan menghidupi domba-domba-Nya sehingga kita tidak menderita dan hidup berkekurangan. Hanya bersatu dan bersama Yesus dapat kita hidup dalam kelimpahan.

Hari ini Allah memanggil kita untuk melanjutkan karya kegembalaan Yesus dalam hidup sehari-hari di keluarga, komunitas biara, kantor, sekolah, masyarakat dan paroki, sebagai imam, suster, bruder, bapak dan ibu keluarga, sebagai guru, pegawai atau dalam  jabatan apa pun.

Ada dua tawaran, entah mau menjadi gembala yang baik, atau  menjadi seorang upahan.

Jika kita memilih menjadi  gembala dan pemimpin yang baik, maka kita mesti hidup baik dan benar bagi orang-orang yang dipercayakan kepada kita. Kita mengajar dengan kata-kata, sikap dan perbuatan nyata. Atau, mengajar dengan teladan hidup, sebagaimana pekerja dalam ilustrasi di atas.  

Syarat menjadi gembala yang baik menurut santo Yohanes adalah mengenal Allah dan menjadi anak-anak Allah.

Mengenal Allah berarti mencintai dan mengimani Allah. Sedangkan, menjadi anak-anak Allah pertama-tama merupakan kasih karunia dan pemberian dari Allah. Sebab martabat tertinggi yang dikaruniakan kepada semua anak Allah yakni menjadi sama seperti Kristus. “Sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya”, (1Yoh 3:2).

Tetapi, bagi kita menjadi anak-anak Allah berarti suatu tuntutan dan perjuangan terus-menerus untuk selalu mengatakan “ya” kepada kehendak Allah, dan “tidak” kepada segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah. Menjadi anak-anak Allah berarti hidup baik dan benar sesuai dengan ajaran dan perintah-perintah Allah.

Atau pilihan lain yaitu menjadi tipe gembala dan pemimpin yang hidup seperti seorang upahan. Seorang upahan hanya bekerja untuk kepentingan dan kebaikan sendiri. Ia bisa buat apa saja, asalkan keinginannya tercapai. Kata-katanya manis dan janjinya muluk, tetapi sikap dan perbuatannya bisa saja jahat dan memuakkan.

Ia memanfaatkan kesempatan untuk memperkaya diri, dan mengancam kalau mengalami hambatan, tantangan dan kesulitan dalam mengusahakan rencana dan keinginannya. Ia bisa saja menggunakan cara-cara yang tidak jujur dan tidak wajar untuk mencapai tujuannya.

Sebagai pengikut Kristus sejati, kita hendaknya mengikuti Yesus Kristus, sang Gembala utama. Artinya, kita mau hidup seperti Dia dan bersedia diubah olehNya. Kita berusaha menjadi gembala dan pemimpin yang baik bagi orang lain di sekitar kita. Kita pasrahkan diri dan hidup demi kepentingan dan kebaikan sesama, tanpa syarat dan tanpa menuntut balasan apa pun. Semoga! Amen! 
Kewapante, Minggu, 21 April 2024
P. Gregorius Nule, SVD