Tuhan
Sabtu, 03 Februari 2024 12:23 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
TUHAN MEMBERI HARAPAN KEPADA ORANG YANG PATAH HATI
(Minggu Biasa VB: Ay 7:1-4.6-7; 1Kor 9:16-19.22-23; Mrk 1:29 – 39)
Sering orang memiliki sikap dan tanggapan berbeda-beda ketika mengalami penderitaan, sakit yang berkepanjangan, masalah yang tak kunjung selesai, kegagalan dalam usaha, atau macam-macam kesulitan lain dalam hidup.
Ada yang melihat semua masalah itu sebagai teguran atau peringatan dari Tuhan. Ada yang dengan tenang menjalaninya dan berusaha mencari jalan keluar.
Tetapi, ada pula yang mencari kambing hitam lalu mempersalahkan atau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, bahkan Tuhan dituduh sebagai penyebabnya.
Ayub adalah seorang saleh yang hidup menurut perintah-perintah Tuhan.
Tetapi ia menghadapi banyak tantangan dan kesulitan. Ia menderita pelbagai jenis penyakit, dan macam-macam malapetaka silih berganti menimpa keluarga dan anak-anaknya.
Melihat kenyataan itu, tetangga-tetangga sepertinya mengoloknya dengan berkata, “Mengapa Allah membiarkan orang yang saleh ini menderita”?
Pernyataan ini sungguh melukai hati Ayub karena mereka seolah-olah menghakiminya sebagai orang yang tidak benar dan berdosa. Sebab menurut mereka, penyakit, penderitaan dan malapetaka yang dialami Ayub dan keluarganya merupakan kutukan dan hukuman dari Tuhan. Tuhan menghukum mereka karena dosa dan kejahatan Ayub.
Tetapi, Ayub tidak berkecil hati, apalagi putus asa. Ia tidak pernah menjauhkan diri dari Allah. Ia selalu berharap dan percaya kepada Allah.
Baginya Allah adalah satu-satunya pembela manusia dan pemandu hidup,(Ay 19:25). Ayub yakin bahwa Allah tidak pernah menghukum, mengutuk apalagi membalas kejahatan dan dosa manusia dengan penyakit dan malapetaka.
Selain itu, bagi Ayub hidup manusia merupakan sebuah misteri. Dan tidak seorang pun mampu menyelami peristiwa-peristiwa yang dialami manusia, entah suka maupun duka, keberhasilan maupun kegagalan.
Maka sikap yang diminta adalah percaya dan berpasrah penuh kepada penyelenggaraan Tuhan.
Bukti cinta dan belaskasihan Allah yang sungguh besar bagi manusia kita dengarkan dalam warta Injil Markus hari ini.
Yesus menunjukkan kasih yang sungguh besar kepada orang-orang sakit dan menderita. Yesus membebaskan ibu mertua Petrus dari demamnya. Dia bukan saja menyembuhkan dengan kata-kata, melainkan dengan satu sentuhan.
”Sambil memegang tangannya, Yesus membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya”, (Mrk 1:31).
Tindakan Yesus ini menunjukkan tugas penyelamatanNya yakni membangkitkan orang dari lumpur dosa, dari penyakit dan kematian untuk hidup yang baru, yaitu hidup tanpa derita dan bahagia selamanya.
Sedangkan, ibu mertua Petrus yang melayani Yesus dan murid-muridNya setelah disembuhkan melukiskan tanggung jawab umat Allah untuk melayani Yesus dan umat Allah setelah diselamatkan dari dosa, maut dan penyakit.
Kita mengalami keselamatan bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk pelayanan bagi orang lain.Pesan apa yang dapat kita ambil dari bacaan-bacaan hari ini.
Ayub adalah sosok yang tabah dalam penderitaan, setia dan sungguh percaya akan kebaikan Allah. Ketika alami masalah ia semakin mendekatkan diri pada Allah.
Akibatnya ia mendapatkan kembali pemulihan kesehatannya, hatinya diteguhkan dan semua yang hilang diperolehnya kembali. Inilah buah iman dan harapan teguh.
Kita pun hendaknya belajar untuk tetap teguh dalam iman dan harapan kepada Allah dan kebaikanNya ketika mengalami penyakit, penderitaan, malapetaka dan kegagalan, atau kematian yang menimpa orang-orang yang kita kasihi.
Ingatlah, ketika kita selalu bersatu dengan Allah dalam situasi apa pun maka kasih dan rahmatNya pasti akan meneguhkan hati yang rapuh dan lemah, serta memulihkan kembali yang rusak dan hilang.
Tetapi, sering terjadi bahwa ketika orang alami masalah dalam hidup, ia memilih menutup diri dan menjauhkan diri dari Tuhan dan sesama. Ia sepertinya marah terhadap Tuhan, tidak berdoa, tidak pergi ke gereja untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan menerima sakramen-sakramen. Akibatnya ia bisa saja semakin tertekan, stres, patah hati dan putus asa.
Ingatlah, Tuhan selalu menghibur orang yang patah hati (Mzm 147:3). Maka datanglah kepada Tuhan untuk mendapatkan keteguhan dan kelegaan hati.
Kita belajar dari filosofi alam. Sekali pun fajar tertutup awan gelap, tetapi fajar tidak pernah terlambat bersinar. Begitu pula dengan janji Tuhan, tidak datang terlalu cepat atau sangat terlambat, tetapi selalu tepat pada waktunya. Segalanya indah pada waktunya.
Dan ketika kita mulai merasa lelah dan ingin berhenti, taruhlah janji Tuhan di dalam hati. Ingatlah bahwa di balik setiap hal yang terjadi, menyenangkan ataupun membawa kepedihan, tak satu hal pun yang sia-sia dan tidak berarti apa-apa di dalamnya.
Karena di dalam semuanya tersembunyi rencana Allah yang mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi Dia.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita sehingga senantiasa bertumbuh dalam iman dan harapan. Amen.
Kewapante, 04 Februari 2024
P. Gregorius Nule, SVD> ***