HOMILI, Pater Gregor Nule, SVD: Minggu, 13 Agustus 2023, Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga

Sabtu, 12 Agustus 2023 07:29 WIB

Penulis:redaksi

goris.jpg
Pater Gregor Nule SVD (Dokpri)
BERSAMA MARIA KITA BELAJAR UNTUK SETIA DAN BERSYUKUR

 (Hari Raya SP Maria Diangkat ke Surga: Why 11:19a;12:1-6a.10a;1 Kor 15:20-26; Lk 1:39-56) 

Ilustrasi: 

Seorang kepala tukang yang ada di atas atap rumah ingin berkontak dengan seorang anak buahnya  yang  bekerja di lantai dasar. 

Setelah berkali-kali  memanggil dengan suara keras, pembantu itu tidak bisa mendengar karena fokus pada pekerjaan dan bisingnya alat bangunan. 

Kepala tukang tetap berusaha agar pembantunya dapat melihat ke atas, maka dilemparnya dengan uang keping perak bernilai Rp 1000, yang jatuh tepat di bahu kirinya. Ia memungut uang itu, memasukkannya ke saku baju dan melanjutkan pekerjaannya. 

Kepala tukang lemparkan lagi uang kertas senilai Rp 100.000,- dan jatuh di sebelah kiri sang pembantu. Dia mengambil  uang itu dan cepat-cepat memasukkannya ke dalam saku celana tanpa  melihat ke mana-mana, bahkan ia lebih giat lanjutkan pekerjaannya. 

Akhirnya sang kepala tukang melemparkan sepotong kayu yang tepat mengenai kepala si pembantu. Karena merasa sakit maka ia mulai menengadah ke atas untuk melihat apa yang terjadi dan sekaligus berkontak dengan kepala tukang. 

Refleksi:

Cerita ini mungkin  sejalan dengan pengalaman kita. Tuhan selalu ingin menyapa kita dengan cara yang sangat bervariasi.  Tetapi sering kita terlalu sibuk dengan urusan rutin sehari-hari tanpa memperdulikan sapaan-sapaan Tuhan. 

Kita diberi rezeki entah sedikit atau pun banyak, sering kita lupa untuk menengadah ke atas dan bersyukur kepada Allah, bahkan lebih sering kita tidak mau tahu dari mana rezeki itu datang. 

Mungkin sebaliknya kita lebih banyak mengeluh dan bersungut-sungut apabila yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan. Dan banyak kali kita  sombongkan diri ketika kita dapat dalam jumlah yang berkelimpahan. 

Banyak orang dan mungkin termasuk kita juga baru mulai  melihat ke atas, berpaling kepada Tuhan ketika mengalami “lemparan sepotong kayu”, atau musibah, bencana alam, penyakit, penderitaan dan kematian. Saat itulah baru kita menoleh kepada Allah dan mungkin mengajukan macam-macam pertanyaan. 

Ilustrasi:  Maria Diangkat ke Surga

Hari raya Maria Diangkat ke Surga menjadi kesempatan istimewa bagi kita untuk belajar dari Maria tentang bagaimana menghayati hidup dan panggilan sebagai orang beriman sejati. 

Maria adalah seorang wanita biasa dan sederhana yang percaya penuh pada kehendak Allah. Ia menerima panggilan untuk menjalankan misi ilahi menjadi ibu Tuhan dan melahirkan Yesus Kristus, juru selamat dunia. 

Tetapi, hidup sebagai ibu Tuhan tidak selalu berjalan lancar dan mulus. Maria alami banyak sekali tantangan dan kesulitan. Dan ketika ia tidak paham dan mengalami jalan buntu, satu sikap bijaksana yang dimiliki adalah “menyimpan semua perkara di dalam hati” (bdk.Luk 2:51)  dan merenungkannya. Maria bertahan hingga mencapai akhir yang penuh kebahagiaan dan kemuliaan bersama dengan Puteranya di surga karena ia selalu berserah penuh pada Allah dan  percaya pada kehendakNya. Dalam segala hal Maria selalu mengulangi fiatnya, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:39). 

Peristiwa Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya pertama-tama merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah dan sekaligus ganjaran atas iman yang dihayati secara konsisten sepanjang hidupnya. 

Iman dan penyerahan Maria kepada Allah dan kehendak keselamatan yang ditencanakan Allah bagi manusia dan dunia terungkap lewat “magnificat”, atau lagu pujian Maria. 

Mari kita renungkan dua point dari lagu pujian Maria dan ambil pesannya untuk kehidupan kita.                                            

Pertama, “Jiwaku memuliakan kebesaran Tuhan” (Lk 1:46). Maria selalu bersyukur dan memuliakan karya agung Tuhan di dalam hidupnya. 

Mungkin berbeda dengan kita.  Banyak kali kita cenderung  memperhatikan dan menekankan hal-hal negatif dalam hidup. Akibatnya kita bersikap pesimistis. Kita memenuhi hati, pikiran dan mulut kita dengan keluhan-keluhan. 

Kita belajar dari Maria untuk senantiasa memandang Allah dalam setiap peristiwa hidup. Dan magnificat adalah sebuah doa pujian yang memungkinkan hati kita untuk selalu terbuka terhadap Allah dan kehendakNya serta mensyukurinya, sebagaimana Maria sendiri. 

Kedua, Maria memuliakan,“Allah penyelamat, Allah mahakuasa, dan Allah mahakudus”, (bdk, Lk 1:49). Inilah ungkapan iman Maria kepada Allah sebagai penyelamat yang mahakuasa dan mahakudus. Kekuasaan dan kekudusan inilah yang menjadi alasan kebahagiaan dan kebanggaan Maria akan Allah yang diimaninya. 

Tetapi,  kekuasaan Allah sungguh berbeda dengan kekuasaan yang dipahami dan dipraktekkan oleh manusia pada umumnya. Kekuasaan Allah membebaskan, menguduskan dan menyelamatkan. Sebaliknya, kekuasaan manusia sering menekan, mengintimidasi dan menginjak-injak orang lain, khususnya mereka yang kecil dan lemah. 

Maria menegaskan dalam Magnificatnya, “Allah telah menurunkan orang-orang yang sombong dan  berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang sederhana dan rendah hati; Ia telah melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, tetapi menyuruh pergi orang kaya dengan tangan kosong”, (Lk 1:52). 

Melalui magnificat, Maria, gadis kecil, sederhana dan tidak terkenal ini sepertinya mau menggugat kesombongan dan keserakahan  orang-orang yang menganggap diri hebat dan para penguasa yang suka menindas orang lain. 

Semoga lagu pujian Maria yang kita doakan setiap saat menghancurkan kesombongan kita dan sekaligus membantu kita untuk berjuang melawan kuasa-kuasa yang tidak benar dan tidak adil di dalam lingkungan hidup keluarga, komunitas biara, masyarakat dan negara kita.

Sejarah keselamatan membuktikan bahwa Allah tidak pernah mengecewakan manusia. Ia selalu ingat akan perjanjianNya dan melaksanakannya. Allah tidak pernah ingkar janji. 

Karena itu, mari  bersama Bunda Maria kita berpegang teguh pada kata-kata ini, “Aku yakin akan sabdaMu, Tuhan”, sebagai harapan dan kekuatan kita dalam situasi apa saja, baik dalam keadaan bahagia maupun dalam situasi malam gelap  atau situasi sulit. 

Mari kita belajar dari Bunda Maria untuk  setia melaksanakan janji-janji kita sebagai orang-orang yang terbaptis, imam, biarawan - biarawati dan sebagai pasangan suami-isteri. Karena kesetiaan pada janji dan komitmen merupakan  jaminan dan jalan pasti kepada kebahagiaan sejati. 

Semoga Bunda Maria mendoakan kita. Amen. 

P. Gregorius Nule, SVD

Kewapante, Minggu, 13 Agustus 2023. ***