Tuhan
Sabtu, 02 Agustus 2025 18:51 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
(Minggu Biasa XVIII: Pkh 1:2.2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21)
PADA suatu hari seorang bijak meminta kepada seorang tukang emas yang sudah tua renta untuk membuat cincin dan menuliskan sesuatu pada cincin itu. Sang bijak berpesan, “Tulislah sesuatu yang menjadi kesimpulan dari pengalaman dan perjalanan hidupmu supaya bisa menjadi pelajaran bagi hidupku”.
Berbulan-bulan si tukang emas itu merenung sambil mengukir cincin itu. Ia berkata dalam hati, “kalimat apa yang patut ditulis pada cincin emas yang kecil itu”.
Akhirnya ia menulis sepotong kalimat yang berbunyi,”This too shall pass”. “Yang ini pun akan berlalu”, dan menyerahkan cincin itu kepada sang bijak.
Dengan tersenyum sang bijak membaca tulisan kecil di cincin itu tanpa paham sedikit pun makna tulisan itu.
Tetapi pada suatu ketika taktala menghadapi persoalan hidup yang pelik, tak sengaja ia membaca tulisan itu, “Yang ini pun akan berlalu”. Lalu ia pun menjadi lebih tenang. Ketika menghadapi kematian anak sulung. Ia begitu terpukul. Tetapi, dalam hati ia berkata, “This too shall pass”.
Dan tatkala ia sedang bersenang-senang ia pun tak sengaja membaca tulisan itu, “Yang ini pun akan berlalu”. Lantas ia menjadi lebih rendah hati.
Bacaan-bacaan suci hari ini menegaskan bahwa segala sesuatu bersifat sementara. Tidak ada yang kekal di atas bumi. Cepat atau lambat semuanya akan berubah, beralih dan berakhir.
Pengkotbah secara pesimis melihat seluruh kenyataan hidup. Baginya segala sesuatu adalah sia-sia. Sebab seluruh hidupnya penuh dengan kesedihan dan penderitaan.
Tetapi,satu-satunya kekuatan dan harapan adalah takut akan Allah. Artinya, iman dan kepasrahan penuh pada Allah menjadi jaminan yang menghantar kepada hidup yang sejati bersama Allah.
Santo Lukas menampilkan sisi lain pemahaman orang tentang makna hidup. Lukas menampilkan tipe orang sukses yang begitu mengandalkan harta kekayaan yang diperoleh dari hasil kerjanya.
Ia melihat kekayaannya sebagai satu-satunya andalan hidup yang menjamin ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan.
Tetapi, di luar dugaannya Tuhan bersabda kepadanya, “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari dirimu, dan bagi siapakah nanti apa yang telah engkau sediakan itu?”, (Luk 12:20).
Sebagai peziarah harapan kita hendaknya membangun sikap positif serta keyakinan bahwa iman akan Allah, Penyelenggara hidup segala makhluk, adalah satu-satunya jaminan keselamatan sejati.
Maka tidak ada sesuatu apa pun di dunia ini yang abadi. Ketika alami masalah sulit, penderitaan dan bahkan kematian orang-orang yang kita kasihi, kita mesti jalaninya tanpa keluh kesah, menggerutu, lalu menyalahkan Allah dan mengkambinghitamkan orang lain.
Demikian juga tatkala kita sedang bersenang-senang karena sukses dalam rencana dan usaha, memperoleh apa yang kita inginkan, mendapatkan banyak harta kekayaan atau menjadi pemenang dalam suatu kompetensi. Kita mesti nikmati dan jalaninya dengan penuh rasa syukur, baik kepada Allah maupun sesama.
Kita tidak boleh lupa diri. Sebab apa pun yang kita hadapi dan alami saat ini semuanya akan berlalu.
Karena itu, saya ingin mengakhiri renungan hari ini dengan 6 teka-teki berikut:
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!
Kewapante, Minggu, 03 Agustus 2025. ***