Ino Ndore dan Pasang Surut Usaha Giling Batang Pisang untuk Pakan Ternak Babi

Senin, 03 April 2023 15:09 WIB

Penulis:redaksi

mesin.jfif
Ino sedang mengoperasikan mesin penggilingan batang pisang disaksikan Natus, salah satu pelanggannya, di Aekana, Senin (3/4). (MAP)

NANGARORO (Floresku.com) – Peluang usaha di daerah Flores semakin bervariasi. Aktivitas yang pada masa lalu, tidak pernah dibayangkan menjadi ‘peluang usaha’, belakangan menjadi ‘sebuah peluang usaha’ yang cukup menjanjikan.

Salah satu contohnya adalah ‘peluang usaha penggilingan batang pisang untuk dijadikan pakan ternak babi.’

Salah seorang warga yang melirik peluang usaha ini adalah Nobertus Palino Ndore,. Piara beusia 35 tahun, berasal dari Desa Woewutu, Kecamatan Nangaroro.

Investasi 10 juta rupiah 

Ino, -begitu lelaki beristri dan beranak satu itu akrab disapa,- mengisahkan, usaha penggilingan batang pisang yang dilakoninya selama enam tahun belakangan,  lahir dan berkembang secara kebetulan.

“Enam tahu silam saya memilihara sejumlah ekor babi. Mesin penggilangan ini, awalnya saya beli untuk mendukung usaha perternakan babi milik pribadi. Untuk memudahkan pengadaan pakan babi,  saya memutuskan membeli mesin penggilingan batang pisang,” ujar Ino.

Mesin ini, katanya lagi, saya beli dengan harga 10 juta rupiah, sekitar enam tahun lalu.

“Saya membelinya di Ende,” ungkapnya.

Ketika melihat bahwa mesin ini cukup memudahkan pengadaan pangan ternak babi, para tetangga dan sahabat mulai memesan atau meminta untuk menggiling batang pisang untuk ternak mereka juga.

“Nah, karena pesanannya terus bertambah banyak, saya pun memfokuskan perhatian untuk melayani pesanan. Untuk setiap batang pisang saya kenakan biaya sebesar Rp5000,” katanya.

Pernah meraup Rp 1 juta per hari

Ino mengatakan, usaha penggilingan batang pisang sebetulnya cukup menjanjikan. 

Antara tahun 2018 hingga 2020, warga di sini (Kecamatan Nangaroro, red) sangat giat berternak babi. Setiap rumah tangga, memiliki empat hingga ekor babi. 

Artinya,, kebutuhan untuk pengadaan pakan ternak babi sangat tinggi. Pakan ternak babi yang paling mudah didapatkan adalah cincangan batang pisang.

“Makanya, waktu itu saya harus bekerja tujuh hari dalam seminggu untuk melalyani pesanan para pelanggan yang datang dari beberapa kampung di sekitar, mulai dari kampung-kampung di desa saya sendiri, hingga ke beberapa kampung di Nangaroro, Nangamboa, bahkan Nanggapanda. Dalam sehari saya bisa menggiling hingga lebih dari 200 batang pisang," ungkapnya.

Ino menggantikan pisau mesinnya, usai menggiling enam batang pisang milik Natus, pelanggan di Aekana, Nangaroro (Foro: MAP).

 "Jadi, waktu itu, sebelum adan virus babi, dalam sehari, saya bisa meraup penghasilan lebih dari satu juta rupiah per hari. Itu belum dikurangi biaya operasional sekitar Rp 100 ribu untuk  membeli bensin sekitar Rp4,5 liter bagi mesin penggilingan, bensin untuk sepeda motor,dan biaya makan-minum,” ungkapnya lagi.

Ino menuturkan, menggiling batang pisang dalam jumlah sebanyak itu, tidak mudah. Dibutuhkan kesiapan fisik dan mental yang cukup tinggi. 

“Makanya, waktu itu saya jalan ke rumah-rumah pelanggan ditemani seorang rekan, supaya bergantian mengangkat batang pisang ke mesin penggilingan. Kalau sendirian saja saya tak mampu,” ujarnya.

Sebetulnya, jelas Ino pula, di wilayah ini (Nangaroro dan sekitarnya, red), ada beberapa orang yang memiliki mesin penggilingan batang pisang. 

Namun, mereka tidak bertahan mengoperasikannya. Pertama, karena jumlah permintaan yang merosot seiring dengan gangguan virus babi. 

Kedua, karena mereka tidak kuat secara fisik untuk mengangkat batang-batang pisang, saat proses penggilimgan berlangsung.

“Akhirnya, mereka memutuskan menjual kembali mesin penggilingannya,” katanya.

Hanya dua hari per minggu

Ino mengaku, semenjak virus babi merebak tahun 2021 lalu, jumlah hewan ternak babi merosot tajam, karena banyak babi yang mati.

Akibatnya warga masyarakat merasa kecewa dan tak berani untuk memulai berternak babi lagi.

“Makanya, sejak awal tahun 2022 hingga sekarang ini, saya hanya melayani pesanan pelanggan, dua hari dalam seminggu. Jumlah batang pisang yang hendak digiling juga merosot, paling banyak 50 batang  per hari, dan  paling sedikit 30 batang," imbuhnya.

"Meski pun demikian,  saya tetap menjalani usaha ini, karena sudah mendapat kepercayaan dari para pelanggan,” ujarnya lagi.

Ino berharap, mudah-mudahan ke depan, virus babi tidak ada lagi, sehingga warga masyarakat kembali mau berternak babi.

Sementara itu,  Donatus Djo (Natus), warga Kampung Aekana, Nangaroro yang menjadi salah satu pelanggan Ino, mengatakan bahwa dirinya merasa sangat terbantu dengan kehadiran jasa penggilingan batang pisang.

‘Tanpa mesin, dan banyak kegiatan lain, saya hanya bisa mengiris satu batang pisang per hari. Banyak tenaga terkuras dan waktu yang terbuang untuk mengiris batang pisang. Namun, dengan adanya mesin penggilingan, saya bisa menghemat waktu dan tenaga, sehingga bisa melakukan kegiatan yang lain,” ujarnya. *** (MAP).