Invasi Rusia ke Ukraina Mengerek Harga Batu Bara ke Titik 400 Dolar AS per Ton

Kamis, 03 Maret 2022 05:15 WIB

Penulis:redaksi

Coal barges are pictured as they queue to be pulled along Mahakam river in Samarinda, East Kalimantan province, Indonesia, August 31, 2019.jpg
Kapal tongkang batu bara terlihat mengantre untuk ditarik di sepanjang sungai Mahakam di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, 31 Agustus 2019. (Reuters)

JAKARTA (Floresku.com) – Konflik geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina turut mengerek harga komoditas dengan julukan emas hitam itu. Per hari ini Rabu, 2 Maret 2022 pukul 19:20 WIB harga batu bara di pasar berjangka ICE Newcastle telah terbang menyentuh level US$400 per ton atau mencetak rekor tertingginya sepanjang masa.

Secara kumulatif di tahun 2022, harga batu bara internasional di pasar ICE Newcastle kini tercatat telah mengalami lonjakan kenaikan hingga hingga sebesar 153% (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan harga pada pembukaan perdagangan di awal tahun sebesar US$157,5 per ton.

Kenaikan harga yang terjadi pada komoditas emas hitam itu disebabkan oleh pecahnya konflik geopolitk antara rusia dan ukraina yang ditandai dengan dilancarkannya serangan operasi militer khusus ke wilayah ukraina oleh pihak rusia pada minggu lalu.

Serangan oleh Rusia itu menimbulkan kecaman dari dunia internasional ditandai dengan adanya pemberian sederet sanksi berat secara ekonomi kepada Rusia. Salah satu sanksinya adalah penghapusan bank Rusia dari sistem pembayaran internasional atau SWIFT (Society Worlwide Interbank Financial Telecommunication) oleh Amerika beserta sekutunya.

Sederet sanksi yang dijatuhkan ke Rusia itu menyulut kekhawatiran dunia dalam hal kelancaran pasokan batu bara yang dapat berpotensi menyebabkan adanya krisis energi internasional. Hal itu mengingat Rusia juga merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia.

Menanggapi itu, beberapa negara kini telah melakukan sejumlah langkah antisipasi dengan membuka kembali beberapa pembangkit listrik batu bara yang sebelumnya telah ditutup seperti yang dilakukan oleh Italia dan Jerman.  Sementara negara-negara di Asia saat ini juga tengah berebut untuk menemukan pasokan alternatif menggantikan batu bara dari Rusia.

Ketua Umum Asosiasi Pemasok Batu Bara dan Energi Indonesia atau Aspebindo memproyeksikan bahwa harga batu bara dunia masih akan terus mengalami kenaikan seiring dengan memanasnya konflik hubungan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

“Harga masih akan terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu kedepan,” jelas Anggawira kepada trenasia.com Rabu, 2 Maret 2022.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gajah Mada Fahmy Radhi mengingatkan kepada para pengusaha agar tetap memperhatikan kewajiban pemenuhan dalam negerinya melalui Domestic Market Obligation (DMO) ditengah melonjaknya harga batu bara dunia saat ini.

"Namun, pengusaha jangan serakah dan harus tetap penuhi ketentuan DMO dari 25% produksi dengan harga US$70 per metrik ton agar krisis batubara PLN tidak terjadi lagi," terang Fahmy kepada Trenasia.com Rabu, 2 Maret 2022.

Menurutnya hal itu untuk mencegah terjadinya kembali krisis batu bara yang sebelumnya juga sempat melanda pada awal tahun yang berujung pada adanya kebijakan pelarangan ekspor batu bara selama sebulan penuh pada bulan Januari 2022.

Adapun, melansir dari laman Trading Economics, membaranya harga batu bara yang terjadi saat ini justru diproyeksikan perlahan akan mereda hingga berada pada level US$227,58 per ton-nya sampai dengan akhir kuartal pertama di tahun ini. Hal itu atas kalkulasi dari sejumlah indikator makro global dan ekspetasi para analis. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Farhan Syah pada 03 Mar 2022