Kisah Unik 'Watu Timbang Raong' di Kengko-Rego, Kecamatan Macang Pacar, Manggarai Barat

Jumat, 17 Desember 2021 09:42 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

Watu Timbang Raong, di wilayah Kengko-Rego, Desa Rego, Kecamatan Masang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat.
Watu Timbang Raong, di wilayah Kengko-Rego, Desa Rego, Kecamatan Masang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. (Leonsius)

NUSA Tenggara Timur (NTT),  khususnya Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) memiliki  banyak panorarama alam yang indah, yang pantas dijadikan sebagai obyek wisata. Namun, belum semua obyek wisata tersebut  sudah diperkenalkan kepada wisatawan Nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Salah satu destinasi wisata yang belum diperkenalkan secara luas adalah Watu Timbang Raung. 

Watu Timbang Raung berada bagian pantai utara dari Kabupaten Mabar, tepatnya ada di wilayah Kengko-Rego, Desa Rego, Kecamatan Macang Pacar.

Menurut bahasa lokal,  "Watu" artinya batu, "Timbang" artinya menimbang, sedangkan "Raung" artinya utang. Jadi "Watu Timbang Raung" dapat diterjemahkan sebagai ‘tempat mengadili orang yang memiliki utang.’ 

Batu itu berada di atas bukit, dengan ketinggian ratusan meter, dan berada di tengah hutan rimba di sekitar wilayah Kengko-Rego. Konon, pada zaman dahulu,  Watu Timbang Raung dijadikan sebagai tempat mengadili orang yang berutang. 

Watu Timbang Raung (Foto:Leonsius Naltan Jajin)

Hikayat Watu Timbang Raung

Dahulu kala ada seorang petani yang tidak mampu membayar utang padinya, sehingga pemilik padi merasa jengkel dan kesal karena sudah bertahun-tahun tidak dapat dibayar oleh petani yang berambut gondrong itu. 

Ia adalah seorang lelaki yang bugar dan kuat. Suatu ketika kemarahannya kepada  sang petani memuncak dan tak tertahankan lagi. Ia  akhirnya melaporkan si petani berambut gondrong itu  kepada tua adat setempat untuk disidangkan secara adat. Namun, sidang adat itu tidak mencapai kata sepakat.

Pemilik padi akhirnya memberi solusi. Ia mengusulkan agaar sang petani tidak perlu melunasi utangnya, asalkan petani berambut gondrong itu bersedia memanjat tebing batu hingga ke atas puncaknya.

Di atas ujung bagian barat batu tersebut, ada bagian yang berbentuk seperti meja kecil atau meja kereden. Dia harus duduk di sana dan harus rono  atau membersikan rambut dengan isi kelapa yang berminyak.

Akhirnya  tantangan itu diterima.  Dengan demikian, utang padi dianggap selesai ketika si rambut gondrong selesai melaksanakan tatangan tersebut. 

Ketika hari yang telah disepakati telah tiba atau dalam bahasa Manggarai: Rapak Leso Reke, si rambut gondrong itu pun memanjant tebit dengan membawa Leke  atau tempurung kelapa yang sudah diisi dengan kelapa yang sudah kunyah, sisir dan cermin dibawa pula. 

Ketika tiba di puncak ia terus ke ujung barat batu yang berbentuk meja sebagaimana disebutkan di atas. 

Selama memanjat tebing batu itu yang tingginya mencapai ratusan meter itu, si rambung godrong tidak mau melihat ke bawah. Pasalnya, jika dia melihat ke bawah dia akan merasa gamang, dan bisa terjatuh akibat dari gravitasi bumi.

Ternyata si rambut gondrong sanggup mencapai puncak batu tersebut. Ia kemudia duduk di meja kecil atau kereden yang berada di bagian ujung barat, serta membasahi rambut dengan rono atau air kelapa tadi.

Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu sangat heran dan kagum dengan keberanian dan kekuatan yang dimiliki oleh petani yang berambut gondrong tersebut. Banyak pula orang yang menangis ketika menyaksikan proses pembayaran utang padi dengan cara yang ‘sangat menatang’ seperti itu.

Begitu ia selesai membersihkan rambut dengan rono, tiba-tiba air matanya jatuh di kedua belah pipinya. Ia pun merasa sangat sedih dengan keadaan dirinya. Oleh karena miskin akhirnya ia tidak bisa membayar utangnya.

Begitu banyak air matanya sehingga seperti tampak seperti sungai yang mengalir. Hingga kini di bagian bawah batu atau Watu Timbang Raung tersebut ada mata air. 

Batu itu kemudian diberi nama ‘Watu Timbang Raung’. Artinya batu untuk mengadili orang yang berutang. 

Tentu hal ini memiliki makna yang sangat sederhana. Begitu kira-kira kisah yang sangat misterius dari ‘Watu Timbang Raung’ atau ‘Batu Penghapus Utang’.  Cerita tersebut  masih dikisahkan oleh banyak orang di seluruh pelosok Manggarai Barat, terutama para milenial di Kampung Kengko Desa Rego.

Keunikan Watu Timbang Raong

Selain memiliki kisah yang misterius, ‘Watu Timbang Raong’ juga memiliki keunikan tersendiri.

Pada bagian atas dari Watu Timbang Raong, boleh percaya boleh juga tidak, terdapat bagian batu yang berbentuk sangat unik. mirip ‘Jerigen dan Corong.’ 

Sementara bagian bBatu yang berbentuk meja di bagian atas, hanya bersandar pada batu besar yang letaknya di atas tebing batu yang tingginya puluhan meter dari lembah

Untuk mencapai batu tersebut,  pengunjung  harus memilih dua jalan. Yaitu jalan yang ekstrem, dan jalan yang paling ekstrem. 

Jalan yang ekstrem adalah kita harus lewat dari belakang batu ini dan melewati banyak lubang-lubang yang sangat dalam. 

Jalan yang paling ekstrem adalah jika kita menaiki batu ini dari depan atau dari bawah mata air. Artinya, pengunjung harus punya nyali yang tinggi, karena harus menggunakan tali seleng untuk menaiki batu timbang raong.

Seperti itulah keunikan dari Batu Timbang Raong atau batu penghapus utang yang terletak ditengah hutang rimba wilayah Kengko-Rego.

Oleh: Leonsius Naltan Jajin. ***