Australia
Senin, 02 Januari 2023 23:34 WIB
Penulis:redaksi
JAKARTA (Floresku.com) – “Marselinus Wangu’, ‘Ora et Labora’ untuk Togo. Demikian tajuk artikel di Rubrik Soso, Harian Umum Kompas, Kamis, 29 Desmber 2022.
Penulis, wartawan Kompas, Kornelis Kewa Ama membuka artikelnya begini: “Menjadi misionaris katolik di negara miskin Togo, Afrika barat, bukan perkara mudah bagi pastor Marselinus Wangu SVD. Selama 26 tahun menjalankan tugasnya, Marsel tidak hanya menjalankan tugas pewartaan Injil tetapi juga terlibat dalam aksi menyejahterakan lewat pertanuan dan gerakan literasi.’
Kornelis menulis kalimat di atas setelah ‘ngobrol’ dengan Pater Marsel, yang adalah teman kelasnya sendiri selama menempun pendidikan di Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero dan STFK Ledalero, Maumere, mulai dari masa Novisiat hingga menjelang Kaul Kekal (1985-1992).
Marsel Wangu si 'Anak Ende'
Marsel Wangu sendiri adalah 'anak Ende'. Soalnya ia dilahirkan pada 9 September 1965 dari ayah dan ibunya yang berdomisili di Ende.
Setelah tamat dari Seminari Mataloko, tahun 1985, ia dan sejumlah temannya masuk Novisiat SVD Ledalero, Juli 1985.
Lalu, ia melanjutkan kuliahnya di STFK Ledalero. Tahun 1992 ia mengucapkan Kaul Kekal di Ledalero, dan setahun berikutnya, tahun 1993, ditahbiskan menjadi imam. Dua tahun berikutnya ia bersiap-siap menuju tanah misi, Togo.
Kepada sahabanya Kornelis, Marsel menceritakan, ketika begitu mendengar berita penugasan (benuming) dari Pater Provnisial Ende bahwa dirinya diutus keTogo dan Afrika Barat, batin Wangu bergolak.
“Awalnya, hati saya bergolak karena menolak. Tetapi setelah merenung saya pun setuju. Saya berpikir ini bagian salib yang harus saya pikul, Tuhan datang ke dunia bukan hanya untuk orang kaya dan benar saja, melainkan kaum miskin dan tertindas,” katanya.
Ke Tanah Misi Togo bermodalkan ‘semangat’
Marsel menambahkan, ia berangkat ke Togo bermodalkan semangat. “Saya tiba di Lome, ibu kota Togo, awal 1996. Dari situ saya menempuh perjalanan menuju Paroki Kante, sekitar 520 kilometer dari Lome.”
Saat tiba di Paroki tujuan, ia disuguhi air mineral dalam wadah colabasse, tempayan dari buah labu yang dikeringkan. Itu menjadi tanda ‘penyambutan’ bagi dirinya supaya melebut dalam kehidupan masyarakat lokal.
Setelah tahun kedua berada di Paroki Kante, Marsel mulai menyadari bahwa ia tak boleh hanya fokus mewartakan Injil. Ia harus berbuat sesutu, agar warga masyarakat setempat bisa keluar dari kemiskinan dan keterbelakangan.
“Prinsip saya, ora et labora, berdoa dan bekerja harus dilakukan seimbang,” demikian ujar pria kelahiran Ende, Flores, 9 September 1965 itu dengan tenang.
Memajukan usaha pertanian
Kemudian Marsel pun menceritakan ke pihak Keuskupan Dapaong mengenai pergulatan batinnya. Ia meminta dukungan dari pihak keuskupan. Tak lama keuskupan mengirim dua unit traktor ke parokinya.
Berbekal traktor Marsel terjun sendiri ke lahan pertanian milik umat usai misa pagi dan sarapan. Dia menyetir sendiri traktor milik paroki bergilir di lahan-lahan milik umat.
Ia juga membagikan bibit tanaman dan pupuk pestisida yang disedikan oleh pihak keuskupan.
Ketika panen, ia mengajarkan kepada umatnya untuk mengelola hasil panen itu. Sebagian panen disimpan untuk kebutuhan sehari-hari, dan sebagian lagi dijuan untuk biaya sekolah dan kegiatan sosial lainnya.
Dia pun mengajarkan cara membuat pupuk organik yang dipelajari di Ende asalnya ketika dia berlibut ke kampung halamannya, Ende.
Membangun kemampuan berliterasi
Selain pertanian, Marselinus konsen di kualitas generasi muda. Ia membuka perpustakaan di paroki untuk siswa SD sampai menengah.
Anak-anak didampingi membaca menulis berhitung di perpustakaan sederhana, yang sudah mahir dilibatkan membaca kitab suci saat misa Minggu.Membawa orang Togo keluar dari kemiskinan, ketidaktahuan, tekanan adat dan keterpurukan.
Pater Marsel begitu mencintai tanah misi Togo. Beberapa kali kongregasi SVD meminta dia pulang ke Indonesia, tetapi dia menolak.
“Karya misi di Togo sangat menantang, belum banyak umat yang berhasil, tetapi saat sebagian dari mereka sukses secara rohani dan jasmani. Saya yakin itu terjadi karena kuasa Tuhan,” pungkas Marsel. (MA/Katolikku.com) ***