MBG Berulat: Skandal atau Bukan Skandal?

Jumat, 26 September 2025 19:46 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

menu-mbg-di-smk-jambi-yang-ditemukan-ada-ulatnya-1758798426081_169.jpeg
Menu MBG Berulat di SMK Jambi (Istimewa)

“Keriuhan remeh temeh sering kali  menjadi tirai yang menutupi  mata publik akan suatu persoalan serius yang sedang terjadi.” NN.

Oleh: Maxi Ali Perajaka.*

MAUMERE diguncang heboh dua hari berturut-turut. Kamis (25/) siang, video viral memperlihatkan nasi dan tahu berulat di program Makan Bergizi Gratis (MBG) SMK Yohanes XXIII.

 Kamis (25/0) malam  dan berlanjut ke Jumat (26/9), kontroversi baru muncul: kata skandal di judul berita eNBeIndonesia, “Skandal MBG di Maumere, Siswa Dapati Nasi dan Tahu Berulat”, memicu laporan ke Polres Sikka. 

Konon, sebelum menurunkan berita, PY, jurnalis eNBeIndonesia.com  berusaha menemui FSS, pemilik dapur  MBG,. 

Mula-mula,  ia bertemu dua sopir pengantar makanan yang mengatakan FSS di rumah Namun rumah tampak  sepi. PY lalu menanyakan kepala dapur, yang menyebut Ibu S sedang istirahat. 

Akhirnya, setelah bertanya lagi dan mendapatkan jawaban simpang siur, PY menghubungi FSS lewat WA. Melalui WA, FSS menjawab kalau dirinya sedang tidak enak badan.

Malamnya, PY mendapat panggilan Polres Sikka. Pasalnya, pada Pukul 21.30 WITA, FSS bersama keluarga mendatangi SPKT, karena nama baiknya tercoreng oleh berita PY di eNBeIndonesia.com.  karena membuat judul berita dengan kata “skandal”.  FSS meminta  klarifikasi PY, dan menuntut berita itu direvisi. 

Meski demikian, perhatian publik jangan sampai teralihkan oleh kata. Sebab, entah hanya kebetulan, pada hari yang sama (Kamis, 25/9) setidaknya ada tiga media —di kota berbeda—menggunakan istilah “skandal” untuk menyoroti MBG. 

Media online, eNBeIndonesia.com yang berkantor di Kota Depok Jawa Barat,  “Skandal MBG di Maumere, Siswa Dapati Nasi dan Tahu Berulat”

Sementara itu mediapolisinasioanl.net  dari Bandung merilis berita dengan judul:  “Skandal MBG di SMKN 2 Kota Jambi: Makanan Berulat, Siapa yang Bertanggung Jawab?” dan kanal YouTube KompasTV Jember memberi judu: “Skandal MBG! Terus Berulang Bisa Dipidana? Diskusi Panas Bersama Gerindra, Pakar dan Orang Tua Siswa”. 

Fakta ini menunjukkan satu hal jelas,  bagi media yang mewakili suara publik menilai kejadian MBG berulat adalah masalah serius, bukan sekadar permainan kata.

Kata “Skandal”: Definisi dan Makna

“Skandal” berasal dari bahasa Latin scandalum, berarti jebakan atau batu sandungan yang menimbulkan kekecewaan dan kemarahan akibat pelanggaran moral atau hukum. 

Menurut KBBI, skandal adalah perbuatan memalukan yang menurunkan martabat seseorang atau institusi. 

Oxford Dictionary menambahkan, skandal adalah perilaku atau kejadian yang dianggap salah secara moral atau hukum dan menimbulkan kemarahan publik.”

Singkatnya, skandal memiliki dimensi. Pertama, perbuatan memalukan atau salah secara moral/hukum; Kedua, merendahkan martabat individu atau institusi; Ketiga, publikasi dan reaksi publik; dan Keempat, berdasarkan fakta, dugaan, atau keduanya

Jika diukur dengan kriteria ini, MBG berulat jelas memenuhi syarat skandal.

MBG Berulat: Kenyataan Pahit

Memberikan makanan berulat bukan sekadar kesalahan teknis, tapi kelalaian moral dan kesalahan profesional. 

Anak-anak yang seharusnya menerima makanan bergizi kini menelan risiko nyata: belatung dan larva lalat membawa bakteri, virus, dan parasit yang bisa menimbulkan diare, muntah, infeksi, alergi, bahkan komplikasi serius.

Selain itu, perilaku ini merusak kinerja dan reputasi pengelola dapur, mencoreng citra yayasan, dan menyalahi kebijakan pemerintah berdasarkan Perpres Nomor 83 Tahun 2024. Skandal MBG adalah gabungan dari kelalaian, risiko kesehatan, dan pelanggaran moral.

Protes terhadap Media: Pengalihan Fokus

Protes FSS terhadap kata “skandal” terlihat  seperti upaya mengalihkan isu. Sebab, siapa pun pasti paham bahwa fokus yang benar dalam kasus ini bukan pada istilah ‘skandal’ di media, tetapi pada kualitas MBG yang tidak memenuhi standar kesehatan.

Terkait program MBG, bagaimanapun publik perlu memantau dan menyoroti perihal kebersihan dan keamanan makanan; bahan baku yang higienis; dan tanggung jawab pengelola terhadap kesehatan siswa

Jadi, heboh dan kemarahan publik selama dua hari terakhir, bukan karena frasa ‘Skandal MBG berulat’ di eNBeIndonesia.com,  tetapi pada para siswa SMK Yohanes XXIII Maumere yang berisiko terinfeksi, karena menelan MBG berulat yang disajikan dapur mili FSS.

Melalui judul berita ‘skandal MBG berulat’, media bukan sekadar mencari sensasi publik. Sebaliknya, melalui berita itu mereka ingin memberi  alarm bagi pengelola atau dapur MBG harus bekerja profesional. 

Kata “skandal” hanyalah cermin dari kenyataan pahit bahwa MBG berulat dapat 

membawa ancaman  atau risiko kesehatan yang berbahaya seperti: penyakit pencernaan (diare, muntah, mual); infeksi parasit dan bakteri; juga reaksi alergi dan komplikasi ekstrem. Bahkan, pada anak-anak dan remaja yang sistem kekebalanl tubuhnya renta, MBG berulat dapat berujung pada kematian. (Bdk. Halodoc.com).

Solusi: Legowo dan Tanggung Jawab

Lalu, apa yang seharusnya publik harapkan? Dalam kasus ini, publik tentu saja berharap agar pengelola MBG bersikap rendah hati, legowo: mengakui kesalahan, bertindak cepat, dan memperbaiki kualitas makanan. Bukan, berusaha menafsir makna kata ‘skanda’ sebagai upaya media dan publik mencoreng nama baiknya. Sebab, tanpa kata ‘skandal’ dipakai dalam berita media, nama baik dan citra dapur sudah dengan sendirinya tercoreng oleh sajian MBG berulat.

Diharapkan,  dari sikap legowo itu muncul komitmen untuk memastikan bahan baku memenuhi standar gizi;   memperbaiki prosedur kebersihan dan pengolahan makanan; dan meningkatkan pengawasan sistem delivery MBG

Artinya, dengan sikap legowo dan jujur, citra dan reputasi dapur FSS bisa dipulihkan, kepercayaan publik dikembalikan, dan MBG menjadi program yang sebenarnya membanggakan masyarakat dan pemerintah. ***