Mencekam, Desa Mosi Ngaran di Matim Ditutup Setelah 100 Warga Terpapar Covid-19

Senin, 05 Juli 2021 21:54 WIB

Penulis:redaksi

covid 2.JPG
Salah satu jalan menuju Desa Mosi Ngaran di Kec. Elar Selatan yang ditutup dalam rangka PPKM Mikro yang ketat

MOSI NGARAN (Floresku.com) - Suasana Desa Mosi Ngaran langsung mencekam sejak Sabtu (3/7), setelah puluhan warga diketahui terpapar setelah menjalani rapid test oleh tim medis dari Satgas Covid-19 Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Data terakhir, hingga Senin (5/7) sudah 100 warga yang dipastikan terpapar Covid-19.

Pemerintah Kabupaten Matim langsung menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro secara ketat dalam kawasan Desa Mosi Ngaran, Kecamatan Elar Selatan, setelah 100 warga setempat terkonfimasi positif Covid-19.

"Desa Mosi Ngaran saat ini sudah ditutup total untuk akses masuk maupun keluar bagi siapapun setelah 100 warga desa terpapar Covid-19," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Manggarai Timur, Boni Sa,  sebagaimana ditulis kantor berita Antara, Senin (5/7).

Boni menjelaskan penutupan total di desa itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyebaran kasus Covid-19 setelah 100 orang warga terpapar.

Ia melanjutkan, 100 warga desa yang terpapar virus corona karena wilayah Desa Mosi Ngaran merupakan pintu masuk ke wilayah Kabupaten Manggarai Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Ngada.

'Sejak Sabtu (3/7) suasana kampung langsung menjadi sepi mencekam, setelah warga mengetahui bahwa banyak di antara kampung mereka sudah terpapar Covid-19," tulis Willy melalui aplikasi WhatsApp, Senin (5/7) petang.

Sehari sebelumnya,  minggu (4/7) facebooker Nai Cordianus menulis “Mohon, supaya ada yang peduli dengan warga masyarakat di Desa Mosi Ngaran, Kecamatan Elsel (elar Selatan, red)  karena jumlah arga terpapar Coivid-19, cukup besar. Dari 104 warga yang menjalani rapid test pada Sabtu, 3 Juli 2021,  70 di antaranya positif. ”

Sayangnya,  Cordianus menambahkan, “berdasarkan informasi dari tim medis yang menangani kegiatan rapid test di desa ini, bahwa mereka kekurangan alat rapid, sehingga tidak semua  semua warga mengetahui kondisi kesehatan mereka, apakah sudah terpapar Covid-19 atau belum. " (TO)