Pasien Rujukan dari Boru Dibuat Bingung di RS TC Hillers: Dokter Jantung Tak Ada, Komunikasi Rujukan Dipertanyakan

Rabu, 10 September 2025 22:20 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

rujukan.jpg
Herman Sinyo Tukan (65 tahun) pasien rujukan dari Puskesmas Boru flores Timur ditemani sang istri bingung ketika tiba di RS TC Hillers 'diabaikan' karena komunikasi yang tidak jelas antara kedua lembaga kesehatan tersebut. (Silvia)

MAUMERE (Floresku.com) – Herman Sinyo Tukan (65), pasien asal Boru, Flores Timur, mengalami pengalaman membingungkan saat dirujuk dari Puskesmas Boru ke RS TC Hillers Maumere. 

Rujukan dilakukan karena RSUD Larantuka disebut tidak memiliki dokter spesialis jantung. Namun setibanya di Maumere, keluarga pasien mendapati kenyataan berbeda.

“Kami tiba pagi tadi, langsung diarahkan ke IGD. Dari IGD, kami diminta ke poli jantung. Tetapi begitu sampai, dokter jantung tidak ada. Padahal di depan ruang poli tertulis jadwal praktik hari Senin, Rabu, dan Jumat,” kata sang istri kepada Floresku.com.

Seorang perawat yang melintas memberi informasi bahwa dokter spesialis jantung sedang berada di luar kota. 

Keluarga kemudian diarahkan ke bagian Humas di lantai tiga untuk mendapatkan kepastian. Namun di sana, mereka justru semakin bingung.

“Kami punya call center, jadi seharusnya kalau ada pasien rujukan pasti diinformasikan. Kasus seperti ini baru pertama kali kami temui,” ujar petugas humas.

 Keluarga pasien pun tidak mendapatkan solusi, selain diminta mengikuti jalur pendaftaran untuk diarahkan ke klinik jantung—padahal dokternya jelas tidak ada. Frustrasi dengan situasi itu, keluarga sempat berencana kembali ke Boru.

Namun baru beberapa meter meninggalkan halaman rumah sakit, Herman mendadak sesak napas. Seorang warga berinisiatif mencari kursi roda, lalu membawanya kembali ke IGD.

Seorang dokter IGD yang menangani Herman menegaskan kondisi tersebut termasuk emergensi. “Apakah pasien perlu rawat inap atau tidak akan kami lihat setelah pemeriksaan. Dugaan ada cairan di paru, jadi perlu rontgen. Kalau pulang, kami akan siapkan resep obat,” ujarnya.

Dokter itu juga menyoroti lemahnya komunikasi antar-fasilitas kesehatan. “Saya sering menemui pasien seperti ini—dirujuk tanpa ada komunikasi dengan pihak rumah sakit tujuan,” tegasnya.

Kini Herman sudah dipindahkan ke ruang rawat inap Flamboyan untuk penanganan lebih lanjut.

Kasus ini menyoroti lemahnya koordinasi dalam sistem rujukan pasien. Tanpa komunikasi yang jelas, pasien dan keluarga berisiko menjadi korban kebingungan birokrasi. 

Publik pun berharap kejadian seperti ini menjadi pelajaran agar fasilitas kesehatan benar-benar memastikan kesiapan sebelum pasien dikirim berjam-jam jauhnya demi layanan spesialis. (Silvia). ***