flores
Jumat, 23 Juli 2021 13:57 WIB
Penulis:redaksi
Editor:Redaksi
BORONG (Floresku.com) - Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur akan membangun Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle atau disingkat TPS3R akan dibangun di Kabupaten Manggarai Timur, tepatnya di RT/RW 02/01, Kelurahan Kota Ndora, Kecamatan Borong.
Tempat pengolahan sampah tersebut dibangun guna mengurangi volume sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Mbo Lopi di Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba. Selain untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, pada lokasi tersebut juga nantinya akan diadakan mesin pencacah sampah.
Hal itu dikatakan Kabid Cipta Karya Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur, Ivan Mbula, Kamis, 22 Juli 2021, sebagaimana dilansir beberapa media lokal.
TPS3R Kota Ndora gunakan dana DAK Rp600 juta
Menurut Ivan, melalui TPS3R Kota Ndora, tidak hanya persoalan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah yang dapat dikurangi, namun juga dihasilkan produk-produk yang bernilai ekonomis dari sampah yang diolah nantinya.
“Di lokasi ini akan dibangun TPS3R. Hal ini dilakukan selain untuk mengurangi volume sampah di TPA, juga untuk memanfaatkan kembali sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis. Nanti, ada mesin pencacah dan pemilah sampah. Sampah yang tidak dimanfaatkan akan dibuang ke TPA, sedangkan sampah yang memiliki nilai ekonomis akan diolah lagi menjadi kompos atau kerajinan tangan. Sampah-sampah tersebut berasal dari rumah warga se-kota Borong,” jelas Ivan.
Ivan menambahkan, TPS3R di Kota Ndora merupakan pilot project Kabupaten Manggarai Timur. Kata Ivan, jika ke depannya TPS3R ini berjalan dan berkembang dengan baik maka besar kemungkinan di tempat lain juga akan dibangun TPS3R.
“Ini pilot project Kabupaten Manggarai Timur, sehingga jika nantinya TPS3R ini berjalan sesuai harapan maka akan dibangun TPS3R di tempat lain di Matim. Yang kelola TPS ini adalah KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Dan ini merupakan program Kementrian PUPR melalui Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur. Ini program. Bukan proyek. Dalam pelaksanaannya kita tetap dampingi secara kontinu,” ungkap Ivan.
Sementara itu Pejabat Pembuat Komtmen Sanitasi (PPK) Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur, Marianus Antonius Ompor mengatakan pagu anggaran untuk membangun TPS3R senilai Rp.600.000.000,00 (Enam Ratus Juta Rupiah).
“Ini dana DAK. Total anggarannya senilai 600 juta. Di dalam dana 600 juta tersebut, selain digunakan untuk bangun fisik gedung pengolahan sampah juga untuk pengadaan mesin pengolah, pencacah dan kendaraan roda tiga sebagai kendaraan operasional nantinya. Lalu tahap pencairan dananya berdasarkan juknis DAK yakni 25 persen dari pagu yang dianggarkan dengan waktu kerja 130 hari kerja,” papar Marianus.
Sementara itu, Ketua KSM TPS3R, Penga Kornelis mengatakan rencana pembangunan TPS3R di wilayahnya pada awal sosialisasi ada pro dan kontra di masyarakat. Hal itu disebabkan penilaian masyarakat yang memandang dampak pencemaran lingkungan dari aktivitas TPS3R tersebut.
“Saat sosialisasi memang ada protes dari warga. Karena menurut mereka, nanti ada pencemaran lingkungan dari aktivitas pengolahan. Namun, ketika dijelaskan secara rinci terkait teknik pengolahan sampah tersebut, perlahan warga yang kontra tersebut menerima dan menandatangani pakta integritas. Jadi saya rasa TPS3R ini sangat bermanfaat. Karena nanti yang bekerja di sini adalah warga sendiri,” papar Kornelis.
Keluhan warga Rongga tentang TPA Mbo Lopi
Pro kontra warga tentang rencana TPS3R Ndora sebetulnya juga bercermin pada pengalaman sebagian warga Manggarai Timur, khususnya warga di Keluarahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, perihal TPA (tempat pembuangan akhir) Mbo Lopi.
Pemda Kabupate Manggarai Timur, terkesan tidak mengelola TPA Mbo Lopi secara profesional, sehingga menyebabkan polusi yang mengganggu warga di sekitarnya.
Warga Kambe-Kisol, Kelurahan Tanah Rata misalnya mengeluhkan perihal bau busuk yang menyengat dari truk-truk sampah yang melawati perkampungan mereka dari Kota Borong.
“Kami betul-betul merasa seperti dihina. Warga Kota Borong yang hasilkan sampah, tapi sampah dan bau busuknya melawati kampung kami dan dibuang di wilayah kami. Setiap kali truk sampah lewat, kami harus menutup hidung supaya tidak mencium bau busuk,” ujar Hilarius Kota, kepapda media ini.
Padahal, lanjut pria yang akrab disampa Lery itu, sebelum ada TPA Mbo Lopi, wilayah kami tidak pernah mengalami polusi udara seperti sekarang.
Beberapa waktu lalu, lewat akun face book-nya, Irenius Lagung warga Kampung Watunggung, Kelurahan Tanah Rata berkomentar dengan nada keras, “ TPA Mbo Lopi itu product politik yg gagal. Narasi kegagalan itu erat kaitannya dengan cakrawala berpikir kaum kita yang hanya sebatas jangkauan Wolo Ndeki dan Lando. Banyak di antara kaum kita yang menutup mata pada pesona Semeru, Kerinci. Kalaupun coba menjangkau cakrawala yg lebih luas hasil akhirnya tetap mentok di Wolo Komba...Tapi saya yakin suatu saat - cepat atau lambat - akan ada gugatan class action masyarakat adat untuk TPA.”
Facebooker lainnya, Kanisius Nani juga mengeluhkan, “TPA sampah unorganik Mbo Lopi, Kelurahan Tanah Rata , Kecatamatan Kota Komba - Matim mestinya di kelolah menjadi pupuk. sedangkan sampah organik tidak dibuang di sana. dan segera dicarikan tempat lain selain Mbo Lopi khusus untuk sampah-sampah organik ini. … saat ini di TPA Mbo Lopi ada cukup banyak sampah plastik yang diterbangkan angin dan banyak lalat. Banyak petani di sekeliling Mbo Lopi antara lain: Leko pau, Koe Wae, Mbo Ndei mengeluh tentang lalat dan sampah plastik ini. Harapan rakyat Rongga dari Kelurahan Tanah Rata umumnya lebih khusus lagi para petani di sekitar TPA Mbo Lopi, agar Pemda Matim harus kembali kepada konsep awal TPA Mbo Lopi itu. Apabila Pemda Matim tidak memperhatikan keluhan ini maka cepat atau lambat rakyat Rongga akan bersatu dan menutup kegiatan TPA sampah unorganik Mbo Lopi itu.”
Sementara itu, perihal rencana pembangunan TPS3R di Kota Ndora, facebooker, Yohanes Jani (22/7) berkomentar, “Bikin habis dana, (sebab) Kabupaten Matim bukan daerah produksi sampah. Harus hitung berapa ton hasil sampah keluarga yang mengakibat polusi udara. Masih ada (urusan yang) lebih penting. (TPS3R di ) Manggarai Timur belum saatnya. (Kalau) ada pihak swasta yang mau tanam (berinvestasi) di bidang sampah silakan. Tetapi, kalau program pembangunan itu dari dana masyarakat, saya rasa tidak perlu dilakukan oleh pemerintah, nanti mubasir. Kota Kupang yang produksi sampah setiap harinya kurang lebih 5 ton, fasilitas TPS3R terkesan mubasir karena jarang digunakan.” (MLA)
12 hari yang lalu