Cinta
Minggu, 03 November 2024 21:00 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
Manusia umumnya cenderung ingat diri dan kepentingannya. Setiap perbuatan baik yang dilakukan sadar atau pun tidak selalu dengan harapan mendapatkan balasan atau imbalan.
Mungkin orang merasa sia-sia atau percuma jika perbuatan baiknya tidak mendapat balasan apa-apa, kendati pun hanya berupa apresiasi dan ucapan terima kasih. Ia akan merasa kurang hati dan bahkan bisa sampai tersinggung dan marah.
Yesus menantang kita untuk melawan kecenderungan dan kebiasaan kita. Yesus menuntut agar kita melakukan suatu perbuatan baik tanpa mengharapkan apalagi menuntut balasan.
Itulah sebab Yesus berkata,"Bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.....karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau", (bdk Luk 14:13-14).
Orang yang mengundang kelompok miskin dan difabel ke pesta perjamuannya adalah orang yang berhati luhur dan tulus. Motivasinya adalah melayani dan menyenangkan mereka.
Sebaliknya, jika seseorang hanya mengundang sahabat, saudara, kaum keluarga atau tetangga-tetangga yang kaya sudah tentu ia mengharapkan undangan balasan ke depan. Seandainya itu tidak terjadi maka bisa putus hubungan kekeluargaan dan persahabatan.
Karena itu, Yesus minta kita agar bersikap rendah hati. Orang yang rendah hati dan tulus dalam tindakannya tidak mengharapkan balasan apa pun ketika melakukan sesuatu yang baik untuk menolong orang lain, khusunya orang yang miskin dan sangat membutuhkan.
Orang.yang rendah hati dan tulus berkenan di hadapan Allah dan menyenangkan banyak orang. Dan, orang baik, tulus dan rendah hati dalam hidup dan karya akan mendapatkan imbalan yang setimpal pada akhir zaman.
Atau dengan kata lain, orang baik dan tulus akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar. Semoga!!
Kewapante, 04 November 2024. ***