Tuhan
Minggu, 11 Agustus 2024 21:45 WIB
Penulis:redaksi
Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
ORANG selalu siapkan jalan yang bebas dari pelbagai hambatan dan gangguan. Entah berupa lubang atau batu atau hambatan lain.
Tetapi, sering kita jumpai batu di jalan. Dan, batu itu biasanya menjadi hambatan atau sandungan bagi orang yang melintasi jalan itu. Batu yang mengganggu atau menghambat itu disebut batu sandungan.
Yesus berbicara tentang batu sandungan ketika menyinggung tentang soal membayar pajak Bait Allah. Yesus menghendaki agar Petrus dan Diri-Nya membayar pajak sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi para penanggung jawab Bait Allah, (bdk. Mat 17, 27).
Bagi Yesus pajak punya tujuan luhur. Maka membayar pajak adalah sebuah kewajiban. Setiap warga atau anggota masyarakat punya tanggung jawab dan kewajiban untuk membayarnya.
Jika orang tidak membayarnya atau menyangkal membayarnya maka pasti akan menjadi batu sandungan. Artinya, dapat menghambat dan mengganggu rencana tertentu untuk kepentingan bersama.
Dalam kehidupan bernegara atau menggereja kita punya kewajiban dan tanggung jawab tertentu. Mungkin berupa pajak, iuran atau kewajiban lain. Semua itu penting dan berguna untuk kebaikan bersama.
Ketika ada warga atau umat yang menyangkal atau tidak mau menaatinya otomatis akan menghambat rencana bersama untuk kepentingan umum.
Orang yang tidak mau mentaati tuntutan dan kewajiban tertentu yang menjadi tanggung jawabnya merupakan hambatan dan batu sandungan.
Karena itu, dalam hidup sehari-hari, entah sebagai warga masyarakat dan negara atau sebagai umat Allah atau Gereja kita hendaknya selalu sadar dan bertanggungjawab.
Kita mesti merasa wajib untuk melaksanakan kesepakatan dan keputusan bersama, serta kewajiban-kewajiban tertentu untuk kepentingan umum.
Jika kita sungguh sadar dan setia melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab maka kita tidak mungkin menjadi batu sandungan dan membuat gusar siapa pun. Semoga!
Kewapante, 12 Agustus 2024