Yesus
Senin, 14 Agustus 2023 13:51 WIB
Penulis:redaksi
RUTENG (Floresku.com) - Pastor paroki Katedral Ruteng, RD Geby Harim memimpin Misa atau Perayaan Ekaristi Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada Senin 14 Agustus 2023.
Perayaan syukur yang digelar di Gereja Katedral Ruteng, Kabupaten Manggarai ini dihadiri oleh Bupati Manggarai Hery Nabit, Ketua DPRD Manggarai Matias Masir, perwakilan dari Kejari Manggarai, Aparat Sipil Negara (ASN) Lingkup Pemda Manggarai, para pelajar dan sejumlah umat Keuskupan Ruteng.
RD Geby Harim dalam khotbahnya mengatakan, kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahun adalah bukti nyata dari penyelenggaran kasih Tuhan bagi umatNya. Karena itu, masih kata RD Geby Harim, melalui momen perayaan syukur ini, setiap orang diajak untuk menghidupi spirit kewarganegaraan surgawi.
"Pointnya adalah ketaatan mutlak terhadap kehendak Allah yang nyata dalam sikap ketaatan terhadap para penguasa dan negara," cetus RD Geby Harim.
Lebih lanjut, dengan bertolak dari bacaan Kitab Sirakh 10:1-8, mantan pastor paroki St. Klaus Kuwu tersebut mengatakan, penguasa bukanlah pemilik kekuasaan yang mutlak.
Kekuasaan absolute, kata RD Geby, ada pada Allah; di dalam kekuasaan Tuhan terletak kuasa atas bumi.
Penguasa dikaruniai martabat untuk memimpin sesuai dengan kehendak Allah untuk kesejahteraan semua rakyatnya. Oleh karena itu setiap penguasa siap membuka diri untuk mendengarkan suara Tuhan dalam setiap tugas dan pengabdiannya.
"Kerendahan hati menjadi modal kunci bagi para penguasa sehingga selalu diperkaya oleh arahan ilahi. Cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan bukan sekedar kehendak manusia tetapi terutama karena kehendak Allah sendiri. Itulah sebabnya maka tugas para penguasa merupakan tugas yang luhur dan mulia di hadapan Allah," ungkapnya.
Dikatakannya, pesan dari bacaan pertama tersebut adalah para penguasa yang telah mendapatkan legitimasi Tuhan (melalui sumpah jabatan sesuai agama yang diyakini) dan legitimasi rakyat (pemilihan langsungoleh rakyat) maka mempertahankan dan menjaga ketertiba rakyat, kota yang sejahtera merupakan salah satu buah dari kearifan pemimpinnya.
"Pemerintah dalam tugasnya adalah perpanjangan tangan Tuhan dalam mengemban tugasnya. Sebagai Allah melimpahkan susu dan madu, berkat dan karunia bagi umatnya maka penguasa atau pemerintah pun harus memenuhi hak-hak dasar rakyatnya," cetus RD Geby Harim.
Lebih jauh, RD Geby Harim mengatakan bahwa dalam bacaan kedua ( I Petrus 2:13-17), Petrus mengajak kita untuk menghayati hidup sebagai hamba Allah.
Hidup sebagai hamba Allah, kata RD Geby Harim, tampak dalam sikap saling menghormati, menjaga kewibawaan pemerintahan dan kekuasaan. Arah hidup sebagai hamba Allah bukan untuk mencari popularitas/pencitraan, tetapi terutama untuk kemuliaan Allah.
"Dalam konteks bacaan ini, kemerdekaan dimaknai sebagai melakukan tindakan kebajikan untuk kebahagian sesama. Dan tidak boleh menyalagunakan kemerdekaan untuk melakukan tindakan kejahatan atau perbuatan tercela. Sebab, kemerdekaan yang sah adalah menjadi warga Negara yang taat, patuh dan setia kepada Negara dan kekuasaan," ungkapnya.
Bagi Rasul Petrus, demikian RD Geby Harim, kemerdekaan adalah adanya sikap saling menghormati dan saling menghargai diantara penguasa dan rakyat dan sebaliknya, adanya sikap solider dan keberpihakan.
"Rasul Petrus menekankan bahwa kemerdekaan yang benar adalah ketenangan batin dalam menghayati hidup sebagai warga Negara," tegasnya.
Pada bagian akhir khotbahnya dengan bertolak dari injil Matius 22:15-22, RD Geby Harim mengungkapkan bahwa injil ini ingin menghubungkan otoritas ilahi dan otoritas manusiawi.
Dalam konteks injil, ujarnya, hal ini berkaitan dengan kekuasaan Romawi atas bangsa Yahudi, yaitu bahwa pajak dipungut untuk membiayai kehidupan Negara, terutama untuk membiayai kehidupan militer demi menjaga keamanan negara.
"Ada kewajiban membayar pajak kepada pemerintah romawi. Yesus dalam situasi dilematis antara 'ya' atau 'tidak'. Kalau Yesus bilang 'ya' maka Yesus dianggap melawan sentimen orang Yahudi yang tidak mau membayar pajak. Dan kalau bilang 'tidak' maka Yesus dianggap melawan kekaisaran Romawi, terutama dalam membayar kewajiban. Di sini jawaban Yesus sangat luar biasa, Dia tahu akan kewajibannya. Yesus ingin menegaskan bahwa otoritas ilahi dan otoritas sipil mesti saling menghormati," pungkasnya.
Jurnalis media ini mencatat, perayaan ekaristi yang dimeriahkan oleh paduan suara Korpri Kabupaten Manggarai itu berjalan lancar dan aman.
Semua umat terlihat begitu antusias dan penuh penghayatan mengikuti perayaan ekaristi yang dimulai pada pukul 08.00 Wita tersebut. (Jivansi). ***
9 bulan yang lalu