Yesus
Senin, 04 Oktober 2021 19:29 WIB
Penulis:redaksi
Editor:Redaksi
Oleh RD Julias Cesar
RESING: Renungan Singkat
Senin Pekan Biasa XXVII
"Kepedulian"
Yunus 1:1-17.2:10
Lukas 10:25-37
Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari seseorang yang beriman atau orang baik adalah kepedulian. Namun sekadar peduli dengan seseorang tidak selalu mencukupi, kita perlu belajar bertindak secara efektif agar kepedulian kita sungguh menjadi sebuah ungkapan rasa kemanusiaan kita yang paling dalam dan hakiki.
Lukas Penginjil menceritakan kembali perjumpaan seorang ahli Taurat dengan Yesus. Ahli Taurat itu berpura-pura meminta petunjuk dari Yesus untuk bisa memperoleh hidup abadi yang seolah-olah sangat ia rindukan.
Kepada Yesus, ia katakan: "Guru yang baik, apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang abadi?" Yesus dengan tangkas meminta si ahli Taurat untuk merujuk kembali pertanyaannya ke dalam Kitab Taurat, yakni mengingat dan membaca kembali.
Namun ahli Taurat ternyata masih saja mau berkelit dan ngeyel dengan Yesus. Maka untuk pembenaran dirinya, ia bertanya singkat: "Siapakah sesamaku itu?" Yesus menjawab pertanyaan itu dengan bercerita kembali kisah orang yang pernah dirampok dan dianiaya dalam sebuah perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho, dan kemudian ditolong oleh seorang Samaria yang baik hati.
Kepedulian yang ditunjukkan oleh orang Samaria menjadi inti dari pewartaan Yesus. Oleh karena itu, secara singkat pertanyaan tentang siapakah sesamaku, patut dijawab bahwa dia adalah orang yang telah bertindak peduli pada sesama, sebab kepedulian mencerminkan kemampuan seseorang untuk berbelaskasih.
Sebaliknya orang yang kurang peduli atau bahkan tidak mau peduli dapat ditemukan dalam diri orang yang sedang berjalan lewat atau berjalan terus, seperti seorang imam dan seorang dari suku Lewi. Orang yang tidak peduli adalah orang yang tidak iba hati, orang yang tidak berbelaskasih ketika melihat sesamanya sedang menderita sakit, dirampok, dianiaya dan yang mengalami kekerasan dalam hidup.
Dalam kehidupan sosial, kita dituntut untuk memiliki kecerdasan sosial dalam wajah peduli dan berbelaskasih. Hal ini amat dibutuhkan agar terhindar dari sikap anti sosial. Kita belajar dari cara hidup si Samaria yang berani mengambil resiko baik secara hukum, sosial, ekonomi dan religius untuk mengabdikan dirinya dalam semangat kemanusiaan dengan cara peduli dan berbelaskasih. Amin.
Salam sukacita kasih dan salam bahagia selalu dari RD. Cesar Reda
Amapu Benjer - GBU*