Literasi
Minggu, 26 Maret 2023 10:45 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MATALOKO (Floresku.com) - SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu, Mataloko menyelenggarakan kegiatan pelatihan jurnalistik bagi 193 siswa di ruangan musik SMA Seminari, Selasa (13/2) hingga -Jumat (17/2).
Kegiatan ini dinilai sebagai sebuah modal untuk masa depan dan relevan dengan tuntutan zaman.
“Kegiatan ini mesti menjadi suatu momen pengembangan keterampilan menulis sebagai investasi untuk masa depan,” jelas pastor yang akrab disapa RD Tinyo itu, penuh semangat.
Tiga tujuan pelatihan jurnalistik
Lebih jauh, RD. Tinyo menyatakan kegiatan pelatihan memiliki tiga tujuan utama. Pertama, meningkatkan keterampilan menulis.
Meskipun teknologi semakin berkembang, eksistensi menulis tidak akan pernah pudar. Keterampilan menulis tetap dibutuhkan, meskipun zaman terus berubah.
Keterampilan ini dapat dijadikan sebagai modal bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupan di masa depan.
Kedua, meningkatkan minat baca. Pada zaman sekarang ini, minat membaca turun drastis. Tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa membaca tidak menarik, apalagi membaca buku-buku tebal.
Namun sebenarnya, kegiatan ini amat dibutuhkan dalam upaya peningkatan kemampuan intelektual dan pola pikir yang sistematis. Jadi, para remaja, khususnya para seminaris, tidak boleh menganggap remeh kekuatan membaca.
Tambahan pula, membaca dan menulis harus berjalan beringinan. Tanpa membaca, keterampilan menulis tidak terasah dengan baik.
“Keasyikan menulis itu ada karena membaca,” kata RD. Nani Songkares saat mendampingi proses pelatihan.
Ketiga, meningkatkan kemampuan mengamati. Seorang penulis yang baik harus memiliki kemampuan observasi yang kuat. Dia harus bisa menangkap dan mendeskripsikan banyak hal secara teliti.
“Peristiwa itu banyak, tapi tidak semua peristiwa menjadi berita karena tidak ada yang melaporkan. Butuh orang yang bisa menangkap dan mendeskripsikan peristiwa, sehingga dapat menjadi berita,” tambah Nani.
Perihal memburu informasi, para seminaris dilatih untuk terampil menangkap informasi dari berbagai sumber, termasuk melalui wawancara.
Untuk itu para semniaris dilatih untuk menyusun pertanyaan, menyimak, dan merangkaikan semuanya dalam sebuah tulisan. Dengan demikian, kemampuan berpikir analitis dan sistematis dipertajam.
Pelatihan menulis dan calon imam
Kegiatan jurnalistik ini sangat relevan untuk para calon imam. Calon imam adalah pewarta kebenaran di masa depan.
Untuk menjadi pewarta yang baik, seseorang mesti memiliki kemampuan berbahasa yang baik pula, sehingga dapat mengungkapkan kebenaran secara jelas dan menarik.
Oleh karena itu kegiatan pelatihan jurnalistik menjadi sebuah investasi jangka panjang bagi para seminaris, dan sangat berguna untuk masa depan.
“Siapa tahu, akan lahir para pewarta sekalius penulis handal di masa depan yang mampu mewartakan kebenaran melalui tulisan,” kata Romo Nani di sela-sela pelatihan.
Dengan terus berlatih menulis, dia menambahkan, para seminaris akan dipermudah dalam menjalankan tugasnya di masa depan.
Memberi perhatian sejak lama
Kegiatan pelatihan Jurnalistik memang bukan hal baru di Seminari St Yohanes Berkhmans, Todabelu, Mataloko.
Mengingat pentingnya menulis bagi pewartaan di masa depan, para pembina Seminari St. Yohanes Berkhmans Mataloko telah memberikan perhatian pada pengembangan keterampilan menulis para siswanya sejak tujuh dekade silam.
Pada tahun 1950-an Seminari St Yohanes Berkhmans Mataloko sudah memiliki Majalah Dinding yang bernama BIAS.
Tahun 1960-an, ketika Pater Alex Beding, SVD menjadi salah seorang pembina Seminari lahir Florete, majalah Seminari yang bermutu dan dikenal secara cukup luas.
Belakangan Florete menjadi Seri Buku yang terbit setiap semester sekali. Seri Buku ini terbit bersamaan dengan Seri Buku Lastrawan (Ladang Sastra Berkhmawan) yang menampung tulisan-tulisan seminaris bernuansa sastra seperti puisi, cerpen, dan ulasan buku.
Tahun 2011 beberapa wartawan senior dari Kompas antara lain, Tony A. Widiastono dan Peter Gero, mengadakan pelatihan jurnalistik yang menghasilkan Mading bercorak ‘Kompas’ dengan berbagai rubrik.
Sejak saat itu, pelatihan jurnalistik terus dilaksanakan, bahkan menjadi program unggulan Seminari St Yohanes Berkhmans Mataloko.
Merdeka Belajar dan Jurnalistik
Merdeka Belajar diciptakan sebagai respon terhadap perkembangan zaman. Mendikbudristek, Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa kurikulum ini dibuat supaya siswa tidak lagi menjadi objek dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh karena itu, yang menjadi titik fokus adalah peserta didik. Artinya siswa sendirilah yang belajar sesuai dengan minat dan keinginannya, namun tetap difasilitasi oleh para guru.
Keseimbangan di antara kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler menjadi warna yang tampak amat jelas dalam kurikulum ini.
Selaras dengan kurikulum Merdeka Belajar, pelatihan Jurnalistik menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler bergengsi di SMA Seminari St. Yoh. Berkhmans Mataloko.
Kegiatan Jurnalistik memberi warna tersendiri bagi proses pengembangan diri pada siswa Seminari. Melalui kegiatan Jurnalistik para siswa Seminari dapat mengembangkan talenta dan mengaktualisasikan diri secara mandiri.
Harapan besar
“Harapan saya adalah para siswa dapat memaknai kegiatan ini secara benar dan menjadikan kegiatan ini sebagai pemicu supaya minat dan bakat siswa dapat tersalurkan. Akhirnya semoga pelatihan yang diberikan dapat berguna bagi para siswa untuk masa depannya,” ungkap Rm. Tinyo.
Kegiatan Jurnalistik diharapkan dapat menjadi wadah pengembangan minat dan bakat para seminaris. Wadah ini diharapkan dapat menstimulasi seminaris untuk lebih produktif dengan menulis.***
Kiriman Bertran Busa, siswa kelas XI SMA Seminari St Yohanes Berkhmans, Todabelu, Mataloko