Investor
Selasa, 12 Desember 2023 15:27 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
Oleh: Dr Hendrawan Saragi*
BAGAIMANA sejarah dunia dalam mengatasi kemiskinan kota?
Pada abad 19 kota terbesar saat itu adalah kota London, populasinya sekitar 1 juta pada tahun 1801 dan 90 tahun kemudian sudah menjadi 5.6 juta orang.
Pada tahun 1860 London merupakan ¼ dari seluruh penduduk di dunia dan menjadi kota yang secara politik mengglobal. Dan pada saat itu juga menjadi kota yang dipenuhi dengan kemiskinan.
Jutaan orang hidup di tempat yang sangat padat dan tidak baik sanitasinya. Ada kesenjangan, orang- orang kaya yang tinggal di Westminster dan kelas bawah yang sangat banyak dan tinggal tidak terlalu jauh dari kota besar itu.
Remah- remah makanan yang jatuh menjadi di santapan yang sangat lezat bagi orang- orang yang kelaparan di London. Banyak anak-anak yang mati, terluka karena mesin pemintal kapas, mengumpulkan makanan dari sungai Thames yang kotor.
Ada gereja, ada orang- orang saleh berdoa, ada minuman enak (gin) pada saat itu. Rumah pegadaian tumbuh pesat, orang kelas bawah tidak punya uang untuk membeli makanan, melarat, dan banyak juga yang sakit. Kemisikinan terbesar di dunia pada masa itu ada di London.
Bisa dibaca bukunya Charles Booth yang berjudul Life and Labour of The People of London.
Kondisi tempat- tempat yang sangat kumuh ini dan khususnya di Manchester menginspirasi Engels dan Karl Max menulis Communist Manifesto di tahun 1848.
Kemiskinan yang terjadi di perkotaan inilah yang membuat gerakan- gerakan sosial terjadi dan sampai sekarang argumen- argumen dan semangat mengentaskan kemiskinan banyak berdasarkan semangat apa yang sudah ditulis oleh Engels dan Marx.
Dikatakan bahwa kita harus memperhatikan city and region, tetapi masalah kemiskinan tidak bisa diatasi, sistem ini hanya untuk mengumpulkan kekuasaan terpusat di tangan seseorang.
Apa solusi yang dilakukan pada masa itu?
Dan pada jaman itu, tidak ada negara yang menyediakan perumahan untuk masyarakatnya, yang menyediakan rumah adalah kelompok-kelompok gereja.
Pada tahun 1889 dibentuklah organisasi pemerintah London yang dikenal dengan Modern City Planning Organization yang mulai menaruh perhatian kepada ruang dan sosial dengan menaruh manusia sebagai ‘subject’ pembangunan itu sendiri dalam menangani kemiskinan.
Dan paradigma ini berkembang, di tahun 1960 ada buku berjudul "Man Struggling for Shelter in Urbanising World" oleh Charles Abrams bahwa ada permasalahan krusial yang terkait dengan populasi penduduk di negara berkembang seperti Afrika, Mexico, Asia dan Eropa Timur yang berakibat pada kemiskinan yang sangat membahayakan.
Bagaimana masyarakat ini bisa hidup, apakah akan terulang lagi seperti di tahun 1800? Mereka pergi ke kota dan berjuang untuk mencari tempat tinggal, mendapatkan gaji sedikit, tingkat pengangguran tinggi, harga tanah dan pembangunan naik, terjadi inefisiensi karena bahan- bahan tidak lebih murah, dan produksi tidak berjalan dengan baik, dan negara tidak punya sumber daya untuk menyediakan kebutuhan dasar masyarakatnya.
Buku ini menjadi panduan bagi dunia bagaimana menghadapi krisis kemiskinan. Lalu berkembanglah inovasi dengan menempatkan manusia sebagai pelaku dari pembangunan tersebut.
Apa yang sebaiknya dilakukan para Capres 2024 dalam mengatasi kemiskinan di perkotaan?
Pertama, di kota ada banyak lotere kehidupan, jadi jangan melarang orang desa datang ke kota atau wilayah yang maju.
Mereka ke kota bukan karena mereka bodoh, atau akan diperbudak oleh para pemegang modal, melainkan mereka ke kota karena mereka merupakan orang yang rasional.
Kesempatan di kota itu lebih banyak untuk bisa mendapatkan uang dan hidupnya bisa lebih sejahtera, jika dibandingkan dengan tinggal di desa.
Di kota banyak lotere kehidupan, misalnya ada orang yang pergi dari desa ke kota, lalu ketemu dengan pria yang kaya. Di kota, dia bisa menemukan banyak kemungkinan bertemu pria yang kaya. Sehingga orang pergi ke kota juga pergi untuk lotere, bukan hanya untuk kerja atau sekolah.
Orang miskin itu jangan dipisahkan dengan orang kaya, karena orang kaya ini ada lotere, yaitu mereka butuh orang untuk menyapu halaman, mencuci, memasak, supir dan lain- lain.
Juga kebiasaan untuk hidup sehat bisa menular dari orang kaya, makan makanan sehat dan berolahraga serta kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya dapat memotivasi mereka.
Juga kemiskinan di perkotaan lebih diperhatikan dalam demokrasi karena di dalam pemilihan para politikus menaruh perhatian pada wilayah yang padat penduduknya.
Di desa hanya tinggal sedikit penduduk yang tinggal sehingga tidak begitu signifikan dalam pemilihan.
Kedua, transformasi kemiskinan dimulai dari manusianya, artinya memang manusialah yang penting untuk bisa mengatasi kemiskinannya.
Dia harus dilatih dan diberdayakan sehingga dia bisa menghidupi sendiri. Kita sudah tidak lagi hidup seperti manusia goa, yang hidup di dalam goa, yang tidur dengan berbagai mineral berharga seperti: emas, minyak, uranium, tembaga dan lain-lain-namun tidak bisa mengolahnya karena otaknya belum berkembang.
Manusia berinovasi terus untuk mengatasi permasalahan yang ada. Perlu diingat bahwa untuk melatih orang-orang maka diperlukan juga ilmu pengetahuan.
Manusia goa tidak bisa mengolah sumber daya alam yang melimpah, apa yang ada di bawah tanah dia tidak bisa olah karena dia "kept doing things as stone aged level."
Orang miskin adalah orang yang tidak punya produk dan tidak menerima gaji. Jika punya produk dan menerima gaji maka tidak akan menjadi miskin.
Agar berproduksi maka perlu diperbanyak kampus-kampus yang mendidik orang untuk berproduksi seperti program studi eknomi, teknik, dan juga kedokteran.
Terakhir, penciptaan ekonomi dengan membangun banyak pabrik lebih penting daripada memberikan uang secara berkesinambungan kepada masyarakat karena tidak ada produksi yang dihasilkan.
Hal yang membuat masyarakat menjadi kaya dan tidak miskin adalah bekerja/berproduksi dan menabung. Pemberian uang ini dikatakan bisa meningkatkan konsumsi dan roda ekonomi menggeliat. Tetapi itu adalah hasil belanja pemerintah.
Pemerintah meminjam uang atau ambil uang dari pajak, dari hal- hal yang produktif yang dikerjakan masyarakat, kemudian diberikan kepada masyarakat.
Perekonomian meningkat adalah hasil dari menabung, tabungan orang dipakai untuk kegiatan ekonomi.
Bantuan-bantuan perlu untuk masa darurat, untuk mengurangi rasa sakit, misalnya masyarakat menerima 600 ribu rupiah sebulan yg dipakai untuk keperluan konsumsi, tetapi kan tidak menyembuhkan kemiskinan.
*Peneliti Ekonomi dan Pengembangan Wilayah, tinggal di Jakarta.
2 bulan yang lalu
4 bulan yang lalu