Upaya Demfarm.id Ajak Millennial Menjadi Petani Kota

Senin, 21 Juni 2021 16:17 WIB

Penulis:Redaksi

PATER aMANS.JPG
Ilustrasi: Pater Amans Laka SVD bersama dua orang muda Puerto Esparanza, Misiones, Argentina memetik hasil kebun.

JAKARTA (Floresku.com) - Mayoritas generasi muda jaman sekarang tidak ada yang terbesit untuk bercita-cita menjadi seorang petani. Bahkan termasuk mahasiswa yang mengambil jurusan pertanian.

Hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) memperkirakan, lambat laun profesi petani akan menghilang pada 2063.

Pada 1976 rasio pekerja Indonesia dalam bidang pertanian mencapai hingga 65,8 persen dari total jumlah pekerja. Tapi lambat laun jumlahnya tinggal 28 persen pada tahun 2019. Berdasarkan kajian tersebut, dikatakan gelombang urbanisasi memicu alih fungsi lahan menjadi hunian perkotaan, sehingga dalam waktu enam tahun, lahan pertanian menyusut dari 7,75 juta ha di 2013 menjadi 7,45 juta ha di 2019.

Penyusutan akan diperkirakan semakin cepat terjadi karena pada 2045 penduduk yang tinggal di perkotaan diperkirakan mencapai 67,1 persen atau 68,3 juta orang. Dari data itulah, Bappenas menggunakan tren tersebut dalam perhitungan linear menghasilkan lenyapnya profesi petani di 2063.

Meski minat bertani semakin menurun, masih ada generasi milenial di Indonesia yang melirik bidang ini. Siti Soraya Cassandra misalnya, ia mendirikan Kebun Kumara sebagai kebun belajar yang sengaja ditumbuhkan di tengah kota. Tujuannya adalah untuk menyelaraskan gaya hidup masyarakat perkotaan dengan kebutuhan konsumsi sangat tinggi yang menuntut segala hal serba cepat dan instan.

“Dengan kita mendirikan kebun adalah mengingatkan kembali bahwa ada yang namanya sebuah proses. Ini yang sudah mulai terlupakan oleh masyarakat kota yang fokus pada hasil dan serba cepat,” ujar perempuan yang akrab dengan sapaan Sandra ini dalam sebuah wawancara dengan Nat Geo Indonesia.

Manfaat Menjadi Petani Kota

Menurut Sandra, berkebun dapat menghasilkan sesuatu yang sangat terbalik dari kehidupan di kota. Salah satu yang ia rasakan adalah belajar mengenai proses, bahwa sesuatu yang bermakna itu tidak instan.

“Belajar bahwa tidak semua yang kita semai itu tumbuh, tidak semua yang tumbuh itu berbuah, tidak semua yang berbuah itu sesuai dengan yang kita inginkan. Serta berhadapan dengan kenyataan ternyata cara kerja alam itu ada beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan oleh manusia. Ada satu hal yang tidak dalam ranah kita juga,” ujar Sandra.

Pengalaman paling menyenangkan menurut Sandra adalah ketika benih yang ia semai dapat bertumbuh dan panen. Dari hal tersebut, Sandra dan keluarga bisa dapat manfaat salah satunya, yaitu makan makanan organik secara gratis. Di mana kebanyakan orang kota membelinya di supermarket dengan harga yang bisa dibilang tidak terjangkau bagi sebagian orang.

“Kalau berkebun kamu bisa punya supermarket sendiri, apa yang kita butuhkan ada semua di kebun,” ungkapnya.

Namun menurut Sandra, ada hal yang lebih penting dari proses berkebun yang ia rasakan yaitu mengubah dirinya untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran. Sadar bahwa dirinya juga mempunya peran yang sangat penting untuk merubah alam dan kehidupan di sekitarnya. Serta menimbulkan empati terhadap petani yang menumbuhkan makanan yang kita makan.

“Dengan kesadaran itu kami berharap menimbulkan perilaku dukung produk lokal, dengan cara untuk beli sayur langsung dari petani, dan kita tidak lagi complain kenapa produk lokal lebih mahal dari produk impor karena kita tahu betapa susahnya menumbuhkan cabe misalnya,” imbuhnya.

Menumbuhkan Minat Menjadi Petani Kota

Sejalan dengan itu, untuk menumbuhkan minat menjadi petani kota, Demfarm.id sebagai portal pemberitaan fokus memberikan informasi mengenai info pangan, cara bercocok tanam, cerita petani inspiratif, dan seluk beluk dunia urban farming.

Khairunnisa Nurrahmah, Inisiator Demfarm.id menyebutkan website dengan konsep seperti ini diharapkan dapat membantu dalam mengedukasi masyarakat tentang bercocok tanam. Khususnya generasi milenial yang lebih banyak menghabiskan waktu berselancar di internet. Sehingga dapat menimbulkan minat generasi muda dalam bercocok tanam dan menjadi petani kota yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, namun bagi orang di sekitarnya.Bahkan bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Indonesia jika semakin banyak anak muda yang menjadi petani kota.

“Dengan adanya Demfarm.id semakin banyak generasi millennial yang tertarik menjadikan hobi berkebun menjadi profesi mereka dan mendapatkan penghasilan dari hasil perkebunannya. Sehingga ke depannya para petani muda dapat membantu ketahanan pangan di Indonesia,” katanya.

Bercocok tanam, lanjut Nisa, tak selalu membutuhkan lahan yang luas. Siapa saja bisa bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan terbatas yang ada, seperti teras rumah, balkon, atau pekarangan rumah.

“Demfarm.id bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin informasi terkait bercocok tanam, baik di kebun atau di lahan terbatas. Mulai dari pemilihan bibit tanaman hingga cara merawat dan pemberian pupuk,” katanya.

Sebagai informasi, Demfarm.id merupakan portal berita online yang menyajikan konten menarik seputar pertanian serta aktif mengadakan program-program yang mendukung industri pertanian. Salah satunya adalah program urban farming, dengan mengajak masyarakat untuk dapat memanfaatkan lahan terbatas untuk kebutuhan pangan, serta memberikan informasi bahwa tanaman baik untuk kebutuhan sehari-hari atau sebagai profesi dan usaha. (MAR)