Kecamatan Alok Timur
Kamis, 03 Juli 2025 11:31 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MAUMERE (Floresku.com) — Warga Desa Watugong, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, menyuarakan protes keras terhadap dampak aktivitas tambang di wilayah mereka.
Debu yang dihasilkan dari kendaraan pengangkut material menjadi keluhan utama, terutama karena para sopir truk dinilai lalai menutup muatan mereka dengan terpal, menyebabkan polusi udara yang mengancam kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak dan lansia.
Petrus Novisius, warga RT 005, mengungkapkan betapa terganggunya kehidupan sehari-hari keluarganya akibat lalu-lalang truk tambang yang melintas persis di depan rumah mereka.
“Setiap saat kami harus tutup pintu dan jendela. Debunya luar biasa, kadang sampai masuk ke makanan. Kami bahkan terpaksa pindah aktivitas ke belakang dapur agar sedikit aman. Anak-anak pun saya larang bermain di depan rumah,” keluh Petrus.
Ia juga menyoroti bahaya lain: kecepatan truk yang tak terkendali. “Mereka kejar setoran, padahal ini lingkungan warga. Keselamatan kami terancam.”
Anak-anak Alami Gangguan Pernapasan
Dampak serius dari polusi debu ini dirasakan langsung oleh anak-anak di wilayah tersebut. Dua kader Posyandu Desa Watugong, Avelina Avoni Theresia Yani dan Elizabeth Fitrilia, mengaku prihatin dengan meningkatnya kasus gangguan pernapasan di kalangan balita.
“Kalau truk lewat, debunya langsung naik tinggi. Anak-anak sering batuk, ada juga yang sesak napas. Kami lihat sendiri setiap bulan saat timbang dan periksa anak. Ini bukan hal kecil,” ujar Avelina. Ia menambahkan, untungnya bak air minum warga sudah diberi penutup. “Kalau tidak, kami mungkin sudah minum air bercampur debu.”
Warga Merasa Jadi Korban
Ketidakpuasan warga semakin memuncak karena merasa bahwa mereka hanya menanggung beban dari aktivitas tambang, tanpa ada kompensasi atau perlindungan nyata.
“Pemerintah dan pengusaha tambang dapat untung, kami warga RT 005 dan RT 004 dapat debu, jalan rusak, dan udara kotor. Anak-anak dan lansia paling menderita. Ini tidak adil,” ujar Elisabeth, salah satu warga yang turut mengorganisir protes lingkungan di kampungnya.
Warga menilai bahwa selama ini aktivitas tambang berjalan tanpa pengawasan ketat dan tanpa memedulikan standar keselamatan. Jalan desa yang dilalui truk-truk berat juga rusak parah, menyebabkan guncangan hebat setiap kali kendaraan besar lewat.
Tuntutan Warga: Lindungi Hak Hidup Sehat
Melalui aksi protes dan pernyataan terbuka kepada pemerintah daerah, warga Desa Watugong menyampaikan sejumlah tuntutan tegas:
Menurut warga, debu bukan sekadar kotoran jalanan, melainkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. “Kalau ini terus dibiarkan, bukan lagi pembangunan yang kami lihat, tapi pembiaran terhadap penderitaan rakyat kecil,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah kabupaten maupun pengusaha tambang terkait keluhan warga.
Namun tekanan publik terus meningkat, dengan isu ini kini mulai ramai dibicarakan di media sosial dan grup-grup komunitas lokal.
Kondisi di Desa Watugong mencerminkan ironi klasik: atas nama pembangunan, hak-hak dasar masyarakat — seperti udara bersih dan lingkungan yang sehat — kerap terabaikan. Warga kini berharap agar suara mereka didengar dan tindakan nyata segera diambil sebelum dampaknya makin meluas. (Silvia). ***
sebulan yang lalu
4 bulan yang lalu