WS Keluhkan Kejanggalan Kwitansi Biaya Perawatan, Dirut RSUD Ruteng: 'Kami Sudah Undang Dia untuk Beri Jawaban'

Jumat, 11 Februari 2022 22:20 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

rsud ruteng.jpg
RSUD Ben Mboy, Ruteng (Istimewa)

RUTENG (Floresku.com) -  Manajemen RSUD (Rumah Sakit Daerah) Ben Mboy Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT diduga memanipulasi kwitansi pembayaran dari WS, salah seorang warga asal Manggarai Timur yang sebelumnya menjalalani perawatan pada rumah sakit tersebut.

Hal ini diakui oleh WS dalam pesan Whatsapp yang diterima Floresku.com, pada Jumat 11 Februari 2022 siang. Sebagaimana ditulis WS, dirinya mengetahui hal tersebut saat ia kembali mengecek kwitansi pembayaran yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.

"Io neka rabo (ia minta maaf), ini masalah besar e mas. Pihak rumah sakit banyak manipulasi data di kwitansi pembayaran terakhir. Jadinya beban membengkak ke pasien," tulis WS.

"Tahu persisnya tadi saat semua berkas dibuka,' lanjut WS dalam pesan Whatsappnya.

Lebih lanjut, WS menguraikan sejumlah kejanggalan yang ditemukannya pada kwitansi yang ada bahwa dirinya keluar dari rumah sakit tanggal 6 Februari 2022. Namun, dalam kwitansi pembayaran, masih ada beban biaya yang dikenakan kepada dirinya di tanggal 7 Februari 2022. 

Tidak hanya itu, kejanggalan lain yang ditemukannya yaitu pada transfusi darah yang didapatinya sebanyak 2 kantong. Namun di kwitansinya 3 kanting.

"Semua data saya kantongi. Bayangkan, tanggal 6 aku sudah keluar dari Rumah Sakit (RS) tapi di kwitansi pembayaran masih ada beban biaya yang dikenakan ke saya di tanggal 7. Padahal saya keluar tanggal 6. Kemudian, saya dapat transfusi darah sebanyak 2 kantong tapi di kwitansinya tulis 3 kantong," tulis WS.

Lebih jauh, WS mengisahkan, pada tanggal 6 Februari 2022, dirinya pulang sekitar pukul 10 dan disertai dengan uang jaminan 1 juta rupiah. 

Dan besoknya (7/02) lanjut WS, istrinya datang kembali ke ruma sakit hanya untuk melunasi pembayaran yang ada sementara dirinya di rumah saja.

Soal biaya obat, tulis WS, dirinya membeli di area rumah sakit dan juga di luar rumah sakit. Dan itu dibayar cash per harinya.

"Saya beli obat ya 600-an perhari," tulis WS.

Sedangkan yang dipersoalkan, tulis WS adalah biaya administrasi, mulai dari ruangan ongkos, transfusi, pengambilan darah vena setiap hari dan lain-lain.

"Dan di tanggal 7 sayav sudah tidak ada di rumah sakit. Kok ada beban di kwitansi itu? Aneh," tulis WS.

Lebih jauh, WS menulis bahwa manajemen rumah sakit melalui seorang ibu yang diketahui bernama Ibu Ona memang sudah pernah menemui dirinya. Namun, itu hanya bahas persoalan lain. Tidak termasuk persoalan tanggal 7.

"Pihak manajemen memang sudah pernah ketemu saya yaitu ibu Ona, utusan pihak manajemen, tapi waktu itu hanya bahas pesoalan lain tidak temasuk persoalan tanggal 7," tutup WS dalam pesan Whatsappnya.

Secara terpisah, Direktur Rumah Sakit Umum Darurat (RSUD) Ruteng, dr. Oktavianus Yanuar Ampur, Sp. B saat dikonfirmasi media ini Via Whatsapp pada Jumat (11/02) malam mengungkapkan bahwa pihaknya telah menghubungi WS untuk menjawabi keluhannya di rumah sakit. 

Bahkan, pihaknya juga telah membèrikan surat undangan kepada WS untuk bertemu dan memberi

 penjelasan."Malam  kraeng.. seperti kami sampaikan ke media yang lain pun..poli lami hubung kraeng hitu ga kudut wale lame (lami) keluhan diha le  rumah sakit..poli teing surat undangan ..tabe (Malam Kraeng. Seperti yang kami sampaikan kepada media yang lain, kami telah menghubungi dia untuk memberi jawaban terkait keluhannya di rumah sakit. Surat undangan telah kami serahkan juga. Salam)," tulis dr. Oktavianus. (Jivansi). ***