Boleh Percaya, Boleh Tidak! Permukaan Air di Tiwu Ata Bupu Kelimutu Kembali Naik pada Hari Pelaksanaan Ritual 'Pati Ka' Leluhur

Jumat, 20 Agustus 2021 12:47 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

RITUAL PATI KA.JPG
Prosesi dalam ritual 'Pati Ka' Lellhur di Puncak Kelimutu, Flores (Yose/BKSDA)

ENDE (Floresku.com) – Kabar mengenai kembali naiknya permukaan air di  Danau atau Tiwu Ata Bupu, Kelimutu menarik perhatian warga, termasuk warganet atau neizen. Tak sedikit netizen dan warga  masyarakat adat di sekitar Kelimutu  yang meyakini  bahwa kejadian tersebut dengan ritual adat ‘Pati Ka’ yang dijalankan oleh para tetua adat Lio, pada Jumat 14 Agustus 2021.

Perihal ritual ‘Pati Ka’, Yosef Rangga, Humas BKSDA Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berbagi infomasi dan foto yang menarik, 

Jumat, pagi pukul 09:43 AM WIB, ketika berkomunikasi dengan redaksi media ini melalui aplikasi WhatsApp, Yosef menuturkan begini:

“Jumat kemarin (14 Agustus 20201, red) kami mengikuti prosesi ‘Pati Ka’ untuk leluhur di puncak Kelimutu. Saya bersama Pak Mulyo Hutomo,  Kepala Bagian Tata Usaha  BKSDA NTT ikut menyaksikan.” 

Menurut Josef, Bupati Ende, Djafar Achmad, karena kesibukan tertentu, baru tiba di puncak Kelimutu pada sore harinya, ketika acara ritual adat sudah selesai. Kami berpapasan dengan rombongan Bupati Ende, di Wolotolo, waktu kami dalam perjalanan pulang menuju Kota Ende.:

"Waktu masih di puncak Kelimutu saya melihat para mosalaki menggerutu. Mereka merasa kecewa karena Bapak Bupati tidak dapat hadir pada waktunya,” Yosef menambahkan. 

Josef kemudian mengirimkan sejumlah foto yang menggambarkan upacara adat ‘Pati Ka’ di puncak Kelimutu tersebut sebagai berikut.

Sementara itu, dalam artikelyang dirilis di https://kelimutu.id/web, Kepala Balai TN Kelimutu, Hendrikus Rani Siga menyatakan masyarakat Suku Lio masih menjunjung tinggi adat dan budayanya. 

“Kepercayaan yang masih kuat sampai dengan saat ini adalah bahwa perubahan di tiga Tiwu Kelimutu diyakini akan adanya bencana atau malapetaka yang akan terjadi. Seperti yang sempat dialami masyarakat Suku Lio pada gempa bumi dan tsunami pada tahun 1992.”

Hendrik menjelaskan, masyarakat adat Lio meyakinii bahwa sebelum terjadinya bencana tersebut, salah satu danau atau tiwu yang ada mengalami perubahan warna terlebih dahulu. 

Merujuk ke keyakinan masyarakat adat Lio tersebut, Hendrik menambakan, Balai TN Kelimutu secara rutin telah memfasilitasi acara pemberian makan arwah (Pati Ka) di Kelimutu. 

Pati Ka dilakukan oleh beberapa Mosalaki (pemangku adat) yang tergabung dalam Forum Komunitas Adat Kelimutu dengan tujuan untuk memanjatkan doa dan permohonan kepada arwah dan leluhur agar seluruh anggota masyarakat dan komunitas adat dapat terhindar dari segala marabahaya atau tolak bala.

Menurut Hendrik, terlepas dari kepercayaan akan ritual tolak bala yang telah dilakukan tersebut, hasil pengamatan secara visual oleh petugas TN Kelimutu menunjukkan bahwa saat ini kondisi permukaan air di Tiwu Ata Bupu telah mengalami peningkatan. 

Indikasinya adalah tidak terlihatnya lagi batu-batuan di dasar danau yang sebelumnya tampak pada saat terjadi penurunan permukaan air danau. Foto terakhir yang diambil pada tanggal 14 Agustus 2021 menunjukkan fakta dan mengkonfirmasi adanya peningkatan permukaan air di Tiwu Ata Bupu tersebut. 

Pihak Balai TN Kelimutu berharap permukaan air Tiwu Ata Bupu akan terus mengalami peningkatan sampai dengan ketinggian yang sama seperti kondisi pada tahun 2017 lalu. 

Yang menarik, walau Hendrik tak ingin mengaitkannya, fakta menjunjukkan bahwa permukaan air di Tiwu Ata Bupu Kelimutu terpantau naik kembali justru pada hari ketika para mosalaki adar Lio melaksanakan titual 'Pati Ka'  untuk para leluhur mereka. Boleh percaya, boleh juga tidak. Tapi begitulah kenyataannya!   (MAR)

BACA JUGA: https://floresku.com/read/kabar-gembira-permukaan-air-di-tiwu-ata-mbupu-kelimutu-kembali-naik