Buktikan Diri WNI Legal, Massa Penolak Proyek Geothermal Wae Sano Angkat KTP Saat Berdemo

Jumat, 04 Maret 2022 22:33 WIB

Penulis:redaksi

ktp.jpg
Warga Wae Sano, angkat KTP untuk buktikan bahwa mereka WNI yang patut mendapat keadilan. (www.floresa.com)

LABUAN BAJO (Floresku.com) - Warga Wae Sano mengangkat Kartu Tanda Penduduk (KTP) masing-masing saat melakukan aksi demonstrasi menolak hadirnya proyek Geothermal di kampung mereka. Aksi ini dilaksanakan di Labuan Bajo, Jumat, 4 Maret 2022.

Koordinator aksi, Frans Napang kepada media ini menyampaikan bahwa tujuan dari aksi simbolik mengangkat KTP pribadi dari masing-masing masyarakat yaitu, ingin menunjukkan kepada mata publik bahwa kami yang menolak adalah warga negara Indonesia yang legal dan berhak untuk bersuara serta berhak untuk mendapatkan keadilan.

"KTP itu tanda apakah orang tertentu legal atau liar di Negara tercinta ini. Karena alasan itu, makanya kami berinisiatif untuk mengangkat KTP masing-masing untuk menunjukkan kepada mata publik bahwa kami ini anggota masyarakat yang legal dan resmi di Negara ini", tegas Frans.

"Oleh karena itu, kami berhak untuk bersuara, mencari keadilan dan memiliki keadilan itu", katanya.

Selain itu, Frans juga memaparkan bahwa tujuan lain yang lebih penting dari aksi angkat KTP itu, ingin mengumumkan kepada seluruh elemen yang mengikuti perkembangan hiruk-pikuk isu geothermal Wae Sano bahwa jumlah masyarakat yang mengikuti aksi bukan "hanya segelintir orang", melainkan banyak orang.

"Tujuan lain dari angkat KTP itu, ingin mengumumkan kepada semua orang yang mengikuti perkembangan proyek geothermal Wae Sano bahwa kami yang menolak bukan "hanya segelintir orang" seperti yang disebutkan oleh pihak tertentu", ujar Frans.

Ia juga sangat menyayangkan cara berpikir dari oknum-oknum tertentu yang menggunakan frasa "segelintir orang" terhadap masyarakat Wae Sano. Karena bagi Frans ketika frasa itu digunakan, maka artinya seolah-olah manusia satu dua orang tidak ada nilainya sama sekali.

"Sangat disayangkan banyak orang yang menggunakan frasa 'segelintir orang' untuk kami yang berseberangan pendapat dengan mereka. Itu artinya orang itu tidak ada nilai rasa kemanusiaannya sama sekali. Apalagi jika itu keluar dari mulut pengambil kebijakan, semoga saja tidak", tutup Frans. (Tedy N).