Lembata
Senin, 29 Januari 2024 10:02 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
JAKARTA (Floresku.com) - “Ia adalah seorang polisi petarung yang memegang teguh prinsip sebagai abdi hukum dan berani berkelahi melawan orang-orang yang mengganggu prinsip-prinsip yang menjadi peganggannya sebagai penegak hukum. Saat menjadi wakil saya sebagai Wakapolda Jawa Barat, ia mendoronga agar Polri dengan secara usaha swadaya membangun sendiri sarana dan prasana baik di lingkungan kepolisian,” demikian kesaksian yang disampaikan anggota Watimpres RI Mayjen Pol (Purn) Drs. Sidarto Danusubroto, S.H. terkait sosok almarhum Brigjen Pol drs’ Anton Enga Tifaona melalui tayangan video saat seminar nasional “Matahari Dari Timur Untuk Indonesia” di Auditorium Mutiara di Gedung PTIK Jakarta Selatan Sabtu (27/1) pagi.
Seminar dihadiri sekitar 350 orang termasuk para tokoh dari Lembata dan sejumlah mahasiswa PTIK.
Seminar nasional ini diselenggarakan oleh Forum Pahlawan Nasional bekerja sama dengan Yayasan Anton Enga Tifaona merupakan tindak-lanjut dari upaya masyarakat Pulau Lembata sejak 2021 lalu yang mengusulkan agar Anton Enmga Tifaona dapat ditetapkan untuk menjadi pahlawan nasional.
Saat pembukanan seminar, selain pihak keluarga, Pj Gubernut NTT Ayodhia G.L. Kalake, S.H., MDC ikut memberikan sambutan dengan menyatakan, “Kami, Pemprov NTT mendukung pencalonan Anton Enga Tifaona menjadi pahlawan nasional”.
Selain anggota Watimpres Sidarto, seminar nasional juga meghadirkan 4 narasumber lain yaitu pakar ilmu komunikasi Prof Dr Aloysius Liliweri, M.S., pakar manajemen inovasi Dr Agnes Avanti Fontana, pakar filsafat sekaligus sosiolog Pater Charles Berah SVD, danm sejarawan Bonnie Triyana, S.S..
Para nasaumber mencoba membedah sosok, peran, maupun sepak terjang almarhum Brigjen Pol Anton Enga Tifaona.
Aloysius “Alo” Liliweri mengaku terkesan dengan perjalanan hidup seorang Anton Tifaona. ”Beliau adalah seorang tokoh protagonis, tokoh pahlawan yang banyak berbuat baik. Ia banyak menggali kebermaknaan melalui peran utama dan karya-karya yang dibuatnya,” ujar Alo.
Agnes Avanti Fontana yang juga lektor kepala di Fakultas Ekonomi UI mengupas habis hal terkait manajemen talenta dan inovasi unggul pada sosok Anton Enga Tifaona.
“Pengusungan Anton Enga Tifaona menjadi pahlawan nasional dapat menjadi wake up call tentang pentingnya Pembangunan daerah yang inklusif yang memang harus digerakkan secara Bersama,” tukas Avanti.
Pater Charles Berah melihat sosok Anton Tifaona sebagai sebuah konteks yang membentuk teks. Konteks dalam hal ini adalah Lamalera, tempat Anton Tifaona kecil bersekolah di sekolah rakyar dulu dan teks tak lain adalah figur Anton Tifaona sendiri.
Menurut Pater Charles, “Ia berhasil keluar dari egosentrisisme dan masuk dalam sosiosentri. Itu yang membuat ia banyak berkarya untuk kehidupan dan masyarakat.”
Sedangkan Bonnie Triyana sebagai sejarawan lebih banyak membedah fase-fase sejarah yang terjadi di Indonesia yang mempengaruhi sosok dan pembentukan watak Anton Tifaona. Mulai dari kecil hingga masa tua. ”Rupanya perubahan dari masa penjajahan dan masa revolusi tak banyak berpengaruh pada Lembata, tempat masa kecil Anton Tifaona,” tutur Bonnie.
Sesi tanya-jawab dan interaksi dengan audiens dipadati dengan sharing pengalaman yang disampaikan orang-orang yang pernah mengenal Anton Tifaona. Termasuk Komjen Pol (Purn) Goris Mere dan Brigjen Pol (purn) Dr. Drs. Parasian Simanungkalit, S.H., MH.
Peserta seminar nasional juga menyampaikan dukungan pencalonan Enga Tifaona menjadi pahlawan nasional dengan membubuhkan tanda tangan di atas kanvas Nama Saat ini nama Anton Enga Tifaona telah diabadikan untuk Aula Kabupaten Lembata dan nama jalan di Lewoleba, Lembata.
Patung Anton Enga Tifaona juga sudah berdiri di Simpang Lima Wangatoa, Lembata. Penjabat Bupati Lembata juga telah menerbitkan Surat Rekomendasi No BU/860/1525/Dinsos-P2KB/VI/2022 tertanggal 10 Juni 2022 perihal dukungan Anton Enga Tifaona menjadi Pahlawan Nasional.***
7 bulan yang lalu
setahun yang lalu