babi
Jumat, 10 Desember 2021 08:52 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
RUTENG (Floresku.com) - Pandemi Covid-19 dan virus flu babi hingga kini masih menjadi momok yang menakutkan warga masyarakat. Namun hal itu sepertinya tidak berlaku untuk Mensi.
Di tengah pademi Covid-19 ia tetap giat menjalankan tugasnya sebagai penyuluh Keluarga Berencana (KB), tentu saja dengan mematuhi protokol kesehatan. Dan, di tengah maraknya berita virus flu babi, ia tetap tekun menjalani kegemarannya, beternak babi.
Malah, belakangan ini pria kelahiran Wae Mbleng, Desa Benteng Kuwu, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai itu semakin giat dan bersemangat menjalankan usaha sampingan yang ditekuninya sejak lama.
Saat didatangi jurnalis media ini di kediamannya, pada Kamis 09 Desember 2021, Mensi didapati sedang berada di belakang rumah dan terlihat berdiri tegap di hadapan sederetan kandang babi yang terbuat dari beton, campuran semen dan pasir.
Sementara itu, tangan kanannya terlihat memegang dedaunan pisang. Rupanya, itu adalah waktu yang tepat bagi Mensi untuk memberi makan beberapa induk babi peliharaannya.
"Maaf adik, saya tidak tahu kalau engkau datang ke sini", ungkapnya dengan sedikit kaget saat menyadari kehadiran jurnalis media ini.
"Tadi, waktu pulang dari tempat kerja dan ganti pakaian, saya langsung ke sini untuk kasih makan babi sekalian mau cek belasan ekor anak babi yang baru lahir tiga minggu yang lalu adik. Mari adik", sambung Mensi sembari mengarahkan jurnalis Floresku.com untuk datang melihat secara langsung beberapa induk babi yang dipeliharanya.
Di sana, sembari mengamati babi yang ada di dalam kandang, jurnalis Floresku.com mencoba menggali pengalaman dan motivasi awal di balik kegemaran Mensi memelihara babi.
Dengan tenang dan santai, Mensi mengatakan bahwa berternak babi adalah usaha sampingan yang ditekuni dan digemarinya sejak tahun 2015.
Meski sebagai usaha sampingan, Mensi mengakui bahwa berternak babi sudah sangat membantu ekonomi keluarganya. Paling tidak, dengan memelihara babi, ia bisa membiayai sekolah dari kedua anaknya yang kini sudah duduk di bangku SMP dan SMA.
“Sebagai usaha sampingan, saya mulai pelihara babi itu sejak tahun 2015. Saat itu saya pelihara enam ekor induk babi. Awalnya memang terasa susah sekali. Apalagi saya juga bekerja di tempat yang lumayan jauh,” ujar Mensi memulai kisahnya.
“Namun, saya mencoba menikmatinya saja. Dan bersyukur bahwa rasa lelah saya juga akhirnya terbayar ketika enam ekor induk babi ini beranak. Pokoknya, panen banyaklah. Dan, saya bersyukur karena dari hasil penjualan anak babi tersebut, beban ekonomi keluarga bisa diperkurang, termasuk ongkos (biaya, red) sekolah anak saya,” jelas Mensi.
"Jadi, sebagai sharing dengan engkau adik, bahwa saya ongkos sekolah dua orang anak saya sampai sekarang mereka duduk di bangku SMP dan SMA itu juga dari hasil pelihara babi ini," ungkap Mensi sembari menghisap cerutu yang diapiti oleh kedua jari tangan kirinya.
Bagi saya, masih kata Mensi, berternak babi itu sangat membantu sekali. Apalagi kalau sudah hidup berkeluarga.
"Yang ada sekarang saja jumlahnya ada 19 ekor anak babi. Kalau diuangkan Rp 1 juta per ekor, berarti nilainya sudah Rp 19.000.000. Itu sudah menutupi biaya sekolah dari kedua anak saya dalam satu tahun pembelajaran adik", imbuhnya.
Mengakhiri pembicaraannya, Mensi menyampaikan ajakannya agar jangan pernah malu untuk bekerja apa saja dalam bidup selama itu membawa sesuatu yang bernilai dan tidak merugikan orang lain.
"Sebetulnya, pelihara babi juga adalah aset terbesar yang dimiliki seseorang dalam hidup. Semakin lama dipelihara, semakin mahal harganya. Berbeda kalau kita pelihara kendaraan, semakin lama disimpan maka harganya juga semakin menurun. Karena itu jangan pwrnah malu dan gensi untuk pelihara babi", pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Mensi adalah seorang pegawai penyuluh KB yang kini bertugas di salah satu wilayah di Kabupaten Manggarai Barat.
Di samping rutinitas menjalankan tugas sebagai penyuluh Keluarga Berencana, Mensi juga memiliki kegemaran dalam hal berternak babi. (Jivansi) ***