HIMAPEN Jabodetabek Gelar Talk Show Potensi Ekonomi Waduk Lambo

Senin, 30 Mei 2022 15:25 WIB

Penulis:redaksi

himanp.jpg
Talk Show HIMAPEN tentang Potensi Ekonomis Waduk Lambo, Sabtu, 28 Mei 2022. (HIMAPEN)

JAKARTA (Floresku.com) - Himpunan Mahasiwa dan Pemuda Nagekeo (HIMAPEN) Jabodetabek menyelenggarakan kegiatan talk show yang bertajuk “Pengembangan Ekonomi Masyarakat Desa melalui Waduk Lambo : Peluang dan Tantangan” pada Sabtu, 28 Mei 2022, pukul 10.00 WIB – 13.00 WIB.

Talk Show yang berlangsung secara daring ini dihadiri oleh 120 peserta, terdiri dari 96 orang peserta video conference zoom dan 15 peserta pemuda dan mahasiswa Nagekeo yang ada di Jakarta, yang hadir secara tatap muka di Super Sunday Cafe, Pasar Minggu Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta bersama  Hillon Goa (Konsultan Ekonomi) dan Yosef Juwa Dobe Ngole (Sesepuh Nagekeo Jakarta). 

Nara sumber dalam talk show ini adalah  Dokter. Johanes Don Bosco Do, M. Kes (Bupati Nagekeo), Marselinus Ajo Bupu (Ketua DPRD Nagekeo),  Marselinus Ado Wawo (Ketua IKBN Jabodetabek), dan Hillon I. Goa (Pakar Ekonomi).

Talk show dimulai dengan opening speech yang disampaikan oleh Sdr. Januarius Timoteus Loy, sebagai Ketua Umum HIMAPEN Jabodetabek, yang menjelaskan bagaimana latar belakang sehingga dapat teragendakan talk show.

 Januarius terlebih dahulu menjelaskan bagaimana keberadaan pemuda dan mahasiswa Nagekeo yang tergabung dalam HIMAPEN Jabodetabek.

Menurut dia, organisasi HIMAPEN  adalah lahturahmi antara pemuda dan mahasiswa Nagekeo yang ada di Jabodetabek sekaligus menjadi wadah untuk pengembangan intelektual. 

Januarius menyebutkan bahwa selain untuk pengembangan intelektual, HIMAPEN Jabodetabek turut serta dalam memantau dan mengikuti isu yang berkaitan dengan pengembangan dan pembangunan di Nagekeo. 

“Hal tersebut menjadi salah satu latar belakang terselenggaranya agenda talk show ini,” ujarnya

 Latar belakang lain disebutnya adalah keinginan HIMAPEN melihat dan mempersiapkan bagaimana peluang dan tantangan yang akan dihadapi guna pengembangan ekonomi masyarakat dengan adanya Waduk Lambo tersebut. 

Sebagai pembicara pembuka Bupati Don  mengatakan bahwa “dihitung dari dimensi waktu, waduk kita ini (Waduk Lambo) sudah agak terlambat mulainya, karena teken kontrak untuk mengerjakan itu dimulai sejak Agustus 2021 yang lalu, baik dari pekerjaan fisik maupun kontrak untuk ganti untung. 

Saat ini baru dilakukan pekerjaan fisik dan juga pembayaran ganti untung bagi masyarakat yang sudah melengkapi persyaratan baik dari BPN maupun lembaga keuangan dari kementrian. 

"Saat ini sudah mulai pengerjaan di titik nol dari akses jalan masuk sampai dengan daerah di mana bantalan bendungan dibangun”, jelas Bupati Don.

Bupati mengatakan bahwa pertanyaan Waduk ini (Waduk Lambo) ini untuk apa, ya untuk masyarakat. Bukan hanya masyarakat kita di Nagekeo. Tetapi kita sebagai lumbung beras untuk NTT. Dan ini juga menopang kedaulatan pangan di Negara ini”. 

Berbicara pada kesempatan berikutnya,Ketua DPRD Nagekeo Marselinus Ajo Bupu  mengatakan bahwa “dalam pengerjaan Waduk Lambo ada tiga hal yang perlu saya sampaikan. Pertama, sabar dan tekun. Pemerintah pusat sampai pemerintah daerah, bersama bapak Bupati, kami sangat sabar. Sabar dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat yang terdampak dengan adanya Waduk Lambo. 

Juga tekun, kami sangat tekun coba mentelusuri dari suku-suku untuk mendengar secara langsung apa yang menjadi harapan masyarakat waduk lambo. Ternyata apa yang dibicarakan di luar sangatlah berbeda. Pada prinsipnya mereka tidak keberatan dengan pembangunan waduk lambo. Karena mereka sangat menyadari akan hal-hal positif dari waduk lambo, yang penting hak-hak mereka dapat terjawab.” 

Ditambahkan lagi oleh bapak Bupati mengatakan bahwa pertanyaan Waduk ini (Waduk Lambo) ini untuk apa, ya untuk masyarakat. Bukan hanya masyarakat kita di Nagekeo. Tetapi kita sebagai lumbung beras untuk NTT. Dan ini juga menopang kedaulatan pangan di Negara ini”. 

Ia juga menekankan agar warga  menggunakan uang tanah (hasil ganti untung) pertama-tama harus meganti tanah. Uang tanah harus pergi beli tanah, jangan beli yang lain-lain. Janganseperti di Jawa Timur misalnya, warga yag dapat uang ganti untung dari proyek pembangunan  langsung antri membeli mobil. 

"Uang tanah harus ganti tanah dulu. Baru sisanya untuk investasi SDM, untuk anak-anak kalian itu dipastikan memperoleh pendidikan dan pelatihan”, tandnya.

Narasumber ketiga, Marselinus Ado Wawo, Ketua Ikatan Keluarga Besar Nagekeo (IKBN) Jabodetabek mengusulkan kepada pemerintah daerah Nagekeo agar Waduk Lambo menjadi trigger untuk pengusaha-pengusaha lokal. 

“Jangan sampai subkontraktor datang dari luar Flores. Biarlah anak-anak kita di Nagekeo ini menjadi pengusaha-pengusaha ketika Waduk Lambo ini dibangun. Warga lokal jangan menjadi penonton”, usul Marselinus.

Untuk maksud itu, sambungnya, warga harus melatih diri untuk menjadi pengusaha.

Marselinus berharap  supaya Waduk Lambo ini juga menjadi trigger pembenahan seluruh infrastruktur irigasi di Mbay. 

"Semoga dengan pembenahan irigasi, masyarakat-masyarakat kita di Nagekeo dapat meningkatan kehidupan merkea baik dari segi sosial maupun ekonomi”, ujarnya.

Marselinus menambahkan bahwa “kita harus menjadi lumbung pangan. Jadi lumbung pangan ini, bukan hanya padi semata, tetapi juga berupa kacang kedelai, kacang hijau, jagung dan macam-macam. Dan ini pemerintah daerah harus meletakkan dasar yang kuat dengan Perda-Perda yang ke depan dapat bersinambung yang mungkin ada Bupati yang baru, untuk meneruskan bagaimana menejewantahkan seluruh program-program pangan bekerja sama dengan pusat dan FHO juga.”

Pembicara keempat, Hillon Goa,  mengatakan bahwa Waduk Lambo adalah karunia Tuhan. Karunia Tuhan yang harus  dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat Nagekeo semuanya, bukan hanya korban saja, yang dekat-dekat dengan waduk itu.

Menurut dia, waduk tersebut harus menjadi  kesempatan untuk mentranformasi ekonomi dan sosial. 

“Jangan hanya bikin waduk hanya untuk irigasi. Melalui waduk kita dapat kembangkan sampai 18 atau 20 kepentingan. Artinya, Waduk Lambo harus dimanfaatakn sebagai  air baku, irigasi, listrik, peternakan, parawisata,” jelasnya.

Ia mengajak agar  pemerintah dan warga Nagekeo untuk memikirkan peluang yang lebih luas yakni untuk penghijaun, peluang belajar untuk ahli teknologi (dalam pembangunan waduk), budidaya perikanan, sumber daya hayati, konservasi tanaman khusus, konservasi hewan,  dan transportasi air. 

'Dalam bidang pendidikan, Waduk Lambu harus menjadi kesempatan untuk mengembangkan merdeka belajar di mana anak-anak bisa  belajar banyak hal di  langsung Waduk. Mereka bisa belajar tentang pemancingan, olahraga air, spot foto, pusat ekonomi rakyat, pertunjukkan budaya  dan banyak hal lan berkaitan dengan peluang wisata",  katanya.

Berkenaan dengan itu Hillon menyarankan,  pertama, harus ada komitmen bersama. Kedua,  Waduk  harus dikelola secara professional. 

"Artinya harus ada otorita yang mengelolanya. Nggak bisa pakai dinas-dinas aja pak. Dinas-dinas itu punya kepentingan masing-masing. Irigasi berbenturan dengan pertanian, pertanian berbenturan dengan perikanan, perikana berbenturan dengan parawisata. Harus dikelola secara professional dengan membentuk suatu badan otorita khusus untuk Waduk Lambo”, ujarnya.

Ketiga,  harus ada sense of urgency  atau rasa kedaruatan atau rasa kebutuhan. Keempat, standard performance harus ditingkatkan”. 

Selain sejumlah pandangan dan gagasan tersebut di atas,  muncul banyak pertanyaan dan harapan dari para peserta zoom. Mereka  mengharapkan terealisasinya apa yang menjadi pembahasan dalam HIMAPEN talk show ini. 

Dalam kata penutupnya,  Januarius, Ketua HIMAPEN Jabodetabek mengatakan bahwa untuk menjawabi pertanyaan-pertanyaan yang tersisa, HIMAPEN Jabodetabek akan mengagendakan talk show berikutnya berkaitan dengan pembangunan  di Nagekeo.  (SP/Silvia). ***