Presiden Jokowi
Kamis, 19 September 2024 17:50 WIB
Penulis:redaksi
BOJONEGORO (Floresku.com) - Thengul adalah tarian khas Kabupaten Bojonegoro yang dipentaskan sebagai penyambutan atau tarian selamat datang.
Kesenian ini merupakan gambaran dari Wayang Thengul yang diperagakan oleh manusia, sebagai wujud apresiasi dan upaya melestarikan kesenian tradisi yang nyaris punah.
Makna Tari Thengul
Tari thengul berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur. Tarian ini terinspirasi dari wayang thengul, yaitu salah satu jenis wayang yang menggunakan boneka.
Tarian ini memiliki ciri khas gerakan badan dan wajah yang kaku, dengan mata penari yang melotot ke kiri dan kanan seperti boneka.
Tari thengul diiringi musik dan gebukan gendang bernada naik turun. Maknanya, penari tarian ini seakan mengajak penonton untuk masuk ke sebuah lelucon hingga tersenyum atau bahkan tertawa.
Ekspresi wajah yang ditampilkan oleh para penari cukup beragam, mulai dari tertawa, cemberut, hingga melotot, sehingga menambah kesan humor. Oleh karena itu, tari thengul cenderung berkarakter komedi.
Tari thengul biasanya dipentaskan pada rangkaian upacara, seperti khitanan dan pernikahan. Selain itu, tari thengul digunakan sebagai tarian penyambut tamu penting di lingkungan Kabupaten Bojonegoro.
Sejarah Tari Thengul
Pencipta tari thengul adalah Joko Santoso dan Ibnu Sutowo.
Tercatat, pertama kali tarian ini dipentaskan yaitu pada Festival Tari Tradisional dalam pekan Budaya dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur di tahun 1991. Sejak saat itu, tari thengul menjadi ikon budaya Bojonegoro.
Tarian ini diciptakan sebagai upaya pelestarian untuk mengangkat kembali kebudayaan wayang thengul yang dikhawatirkan punah dan hilang di generasi mendatang. tercipta pula beberapa tarian lain yang bersumber dari tarian ini seperti geyeran, tsindir thethengulan, serta golek thengul.
Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan kesenian ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia.
Pada tahun 2019, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mengadakan Thengul International Folklore Festival (TIFF), yang mendatangkan delegasi internasional dari negara Polandia, Bulgaria, Meksiko, dan Thailand.
Festival ini juga berhasil menyabet rekor MURI sebagai pemrakarsa dan penyelenggara Tari Thengul dengan peserta terbanyak, yaitu sebanyak 2.050 orang, yang berasal dari berbagai sekolah di lingkup Bojonegoro.
Lalu, di tahun yang sama, tarian ini menjadi salah satu penampil pada perayaan hari ulang tahun Republik Indonesia ke-74. Sebanyak 250 penari Thengul yang didatangkan langsung dari berbagai SD, SMP, dan SMA di Bojonegoro tampil di Istana Negara.
Gerakan Tari Thengul
Tari thengul biasanya diperagakan oleh 5 sampai 10 penari yang umumnya perempuan dengan iringan gamelan. Namun, tidak menutup kemungkinan tari ini juga dibawakan oleh laki-laki.
Gerakan pada tarian ini dapat diartikan sebagai karakteristik masyarakat Bojonegoro yang cekatan pada aktivitas sehari-hari.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, Seluruh anggota badan dan wajah digerakkan seperti wayang thengul yang kaku dan patah-patah.
Walaupun kaku, ekspresi wajah yang ditampilkan oleh penari cukup beragam, mulai dari tertawa, cemberut, hingga melotot.
Pertunjukan diawali dengan buka gender dan dilanjutkan slantem bersama oklik.
Kemudian penari keluar dengan jalan pinokio dan dilanjutkan dengan buka cluluk, jogetan, playon, guyonan dan kemudian ditutup dengan kayon.
Dalam iringan tari thengul, terdapat lirik ikonik yang berbunyi “Jogete durung bubar, ayo diteruske, jogete durung bubar”. Para penari pun semakin bersemangat dan berhentak-hentak menari setelah lantunan lirik tersebut diperdengarkan.
Tata Busana, Tata Rias, dan Tata Musik
Dulunya, busana tari thengul adalah kemben sebagai representasi dari wayang thengul.
Namun, dalam perkembangannya, selain kemben digunakan pula kebaya lengan pendek.
Hal ini dilakukan agar tata busana tarian ini lebih menjunjung norma kesopanan di masyakat Bojonegoro.
Sementara itu, bagian bawah busana menggunakan kain panjang bercorak.
Para penari tari thegul memiliki tata rias berupa bedak putih tebal, pipi merah, serta riasan hitam pada ujung dahi berbentuk lengkungan, serta lipstik merah.
Rambut para penari dibentuk menjadi konde. Tata rias tersebut membuat penampilan para penari semakin menyerupai wayang thegul.
Sementara itu, tata musik tarian menggunakan iringan pelok dan slendro.
Alat musik yang digunakan antara lain gendhing tenggoor, orek-orek, oklik, ithik-ithik, biola, dan gamelan laras. Dilantunkan pula tembang dan senggakan yang mengiringi pentas tarian ini.