sopir truk
Jumat, 12 November 2021 15:46 WIB
Penulis:redaksi
MAUMERE (Floresku.com) - Matahari makin menukik tepat di ubun-ubun kepala. Teriknya terasa garang dan gusarkan para warga yang nampak sibuk berkelintaran disetiap sudut-sudut bangunan dan etalase milik para pedagang yang kadangkala menyeka wajahnya lantaran diguyur keringat.
Beginilah suasana di area Pasar Alok Maumere, Ibukota Kabupaten Sikka. Terasa terpanggang dalam perapian iklim.
Pasar Alok terletak di Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka. Lantaran ramai pengunjung dan berukuran terbesar, Pasar Alok dinobatkan sebagai pasar induk di Kota Maumere.
Mundurrrrr kiri....mundur lagi", lantang seorang konjak, memandu sopir truk pertanda sesaat lagi muatan bawang akan dibongkar.
Mobil-mobil truck dipenuhi muatan bawang merah dan bawang putih yang beratnya berton-ton. Kendati jumlahnya banyak, tetap akan ludes diserbu pengunjung.
Setiap hari, banyak warga yang berkeriap disana. Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, suasana di Pasar Alok pun demikian halnya.
Para pembeli begitu serius menawarkan harga barang hingga sesaui harapan. Sebaliknya, para penjual agak bersikukuh lantaran tak mau rugi.
Kedatangan media floresku.com disambut hangat Ibu Nurleni seraya tersenyum ramah. Saat menggali beberapa informasi perihal perbandingan harga holtikultura, Nurleni tak sungkan menyahutnya.
"Sejak tiga bulan lalu hingga saat ini harganya stabil. Bawang merah perkilo Rp.25.000, bawang putih Rp.25.000.", papar Nurleni.
Etalase Nurleni menyajikan Dagangan seperti bawang merah, bawang putih, cabai, kentang, dan beberapa jenis holtikultura lainnya yang diperolehnya dari Bima dan Makasar.
Saat ditanya, Nurlena berdalil harga semua jenis hortikultura luar daerah lebih terjangkau jika dibandingkan dengan yang ditawarkan petani lokal. Agar dagangan cepat laku serta menghindari kerugian, etalasenya dipenuhi aneka horti luar.
"Namanya juga berdagang pasti takut rugi. Apa lagi kalau tidak laku. Barang yang saya jual pasti rusak", ujarnya sambil cekikilan.
Selain itu, saat presensi semua jenis hortikultura membanjir, baik yang dihasilkan petani lokal maupun luar wilayah, ikut berpengaruh terhadap omset harian. Hal itu terjadi lantaran banyak pedagang yang ikut berkeriap memenuhi seluruh sudut-sudut pasar. Akibatnya, penawaran lebih mendominasi permintaan.
"Lebih baik harganya mahal supaya banyak yang tidak jualan. Banyak pedagang sudah pasti mempengaruhi jualan", katanya. (Paul K).
7 hari yang lalu
20 hari yang lalu