dprd
Sabtu, 04 Februari 2023 08:24 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
MAUMERE (Floresku.com) -Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPRD Kabupaten Sikka, Philips Fransiskus, SS., menganggap media di Kabupaten Sikka, tidak berkualitas.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela aktivitas wawancara oleh empat wartawan dari media Timex, Lenterapos.id dan Floresku.com dengan Ketua DPRD Sikka, Donatus David, SH.
Wawancara berlangsung di ruang kerjanya terkait penyerahan dokumen Pansus Perumda Wairpuan ke Kejaksasaan Negeri Sikka, Jumat (27/1).
Di tengah penjelasan Donatus David SH., terkait penyerahan dokumen hasil Pansus tersebut, Philips yang saat itu duduk di dalam ruangan Ketua DPRD, Donatus David, SH., bersama anggota DPRD Sikka dari Fraksi PKB, Simon Subandi dan anggota DPRD Sikka dari Fraksi Hanura langsung menyeletuk.
“Semua menjadi telanjang, tetapi yang tugas mewartakan itu ada di mana?”ujar Philips.
Entah apa maksud pernyataan Philips tersebut, tetapi pernyataan Philips itu langsung ditimpali Donatus David dengan menyinggung topik Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara DPRD Sikka dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sikka beberapa hari sebelumnya yang membahas soal rekrutmen P3K Nakes.
David menyampaikan kalau sebelumnya ia sudah menghubungi salah seorang wartawan Kumparan Mario Sina untuk menanyakan berita terkait RDP tersebut.
“Saya kemarin sudah tanya Mario Sina koq tidak ada berita tetang RDP dengan BKD," ujar David.
Usai David mengutarakan hal itu, Philips kembali menimpali bahwa di matanya, media di Kabupaten Sikka itu nol (kosong, tak berkualitas, red).
“Saya minta maaf, hari ini saya (harus katakan) nol terhadap media. Nol! Prinsip media itu apa? Buat saya, nol!”ungkap Philips.
Pernyataan Philips itu langsung ditimpali oleh Simon Subandi dengan kata kata bahwa, "berita yang sebenarnya itu (adalah) berita yang tidak diberitakan".
Philips kemudian kembali menimpali bahwa menurutnya media hanya menuliskan satu lembaga dengan mengambil satu kejadian, lalu membuat generalisasi.
Philips bahkan secara tegas menantang untuk (beradu dengan) media di Sikka.
“Jadi, bagaimana media hanya menulis satu lembaga dengan mengambil satu kejadian lalu membuat generalisasi. Saya berani tantang untuk kelas media di Sikka. Saya tantang saya tidak lari,” tegas Philips.
Entah apa yang melatarbelakangi pernyataan Philips saat itu. Namun, sepertinya ungkapan itu adalah bentuk kritik lantaran tidak ada media yang memberitakan hasil RDP antara DPRD dan BKD Sikka meskipun hadir dalam RDP tersebut.
Atas penyampaian Philips tersebut, wartawan Lenterapos.id, Vianey Tinton spontan merespon bahwa hal itu akan menjadi bahan refleksi bagi media.
"Ini sebagai bahan refleksi untuk kami,” ujar Tinton datar sembari hendak meneruskan mewawancarai Donatus David.
Namun, lagi-lagi Philips menimpali bahwa dirinya siap menghadapi siapa pun.
“Kalau untuk saya tidak lari, Anda siapa, saya siapa? Saya tidak lari, karena saya orang yang siap menghadapi siapapun dengan semua data. Coba hari ini dibuka menyangkut dengan ini (data), Anda mau berani buka? jujur dong... Di mana anda?" Ini nol ini, yang soal ini BKD.”ungkap Philips berapi-api.
Atas pernyataan Philips itu, Vianey Tinton pun langsung menimpali bahwa kalau soal terkait rekrutmen Nakes, media sudah menulis.
Namun terkait RDP bersama BKD, Vianey Tinton mengatakan kalau dirinya tidak hadir.
Anggota DPRD Sikka dari Partai Hanura Wenseslaus Wege pun langsung menimpali bahwa kalau tanpa DPRD, maka persoalan rekrutmen P3K Guru dan Nakes tidak akan mungkin selesai.
“Kalau tanpa DPRD persoalan guru dan Nakes tidak akan mungkin selesai," ujar Wens.
Philips kemudian mengajak untuk mendudukan persoalan sesuai dengan posisi dan tupoksi masing-masing.
“Artinya begini, mari kita dudukan persoalan ini masing-masing dengan posisi dan tupopksi kita masing –masing,” ujar Philips.
Wawancara yang kemudian berjalan tidak kondusif itu berlanjut dengan perdebatan antara Philips dan Karel Pandu sebagai wartawan Timex.
Karel Pandu secara spontan merespon anggapan Philips yang saat itu mengatakan bahwa kualitas media di Sikka sangat rendah, sama dengan sampah bahkan lebih rendah dari sampah, sama dengan tai sapi bahkan lebh buruk dari tai sapi.
Menurut Karel, ungkapan itu tidak benar, karena media di Sikka juga mepunyai kontribusi bagi pembangunan di Sikka.
"Itu pernyataan terlalu kerdil. Tidak bisa begitu, media juga punya kontribusi bagi pembangunan daerah ini. Bahwa berita ditulis atau tidak, berita naik atau tidak itu urusan media itu sendiri. Memang wartawan dibayar oleh pemerintah atau daerah ini. Wartawan yang menjalankan tugasnya hanya taat atas pimpinannya,” tegas Karel.
Atas jawaban Karel ini, Philips pun berang. Dengan suara keras dia berkata: “Karel kau belum tahu saya, dengan orang lain kau boleh lakukan itu tetapi dengan saya jangan." tegas Philips.(Mardat)***
2 bulan yang lalu
setahun yang lalu