BRI
Rabu, 05 Januari 2022 09:11 WIB
Penulis:redaksi
Editor:redaksi
LABUAN BAJO (Floresku.com) - Masyarakat Kampung Lambur, Desa Pangga, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat mengawali tahun baru 2022 dengan membajak sawah.
Kegiatan membajak sawah ini adalah kegiatan rutin yang selalu dilakukan oleh masyarakat Kampung Lambur setelah mereka mengikuti upacara pelepasan tahun yang lama dan memasuki tahun yang baru. Upacara ini disebut "teing hang" dengan tema "wali ntaung manga, silung ntaung weru" yang dilakukan di rumah masing-masing.
Makna di dalam upacara ini, yakni mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada Wujud Tertinggi yang dalam bahasa Manggarai disebut mori agu ngaran atas perlindungan dan penyertaannya selama satu tahun yang sudah dilewati.
Selain kepada wujud tertinggi, doa yang sama juga disampaikan kepada leluhur atau nenek moyang atas rejeki yang boleh diterima dan perlindungan yang telah mereka berikan selama satu tahun.
Selain ucapan syukur, di dalam upacara "teing hang" itu pula ada doa-doa dengan tema harapan. Semoga karya-karya pada tahun yang baru akan membuahkan hasil yang memuaskan dan selalu dilndungi oleh "Mori agu Ngaran" beserta leluhur.
Doa-doa dari seluruh warga kampung hampir sama, yaitu memuji dan memohon berkat dari empunya kehidupan yang disebut sebagai "mori agu ngaran". Doa-doa itu lebih khusus berkaitan dengan pekerjaan agar selalu diberikan rejeki yang melimpah. Untuk petani, doanya semoga benih-benih yang mereka tanam di kebun bertumbuh subur.
Hal yang paling utama dalam upacara ini adalah penyatuan seluruh kosmos, yaitu alam, manusia dan wujud tertinggi.
Setelah upacara "teing hang" itu, masyarakat Lambur memulai aktivitas di tahun baru dengan membajak sawah dan mulai menanam padi.
Proses membajak sawah masih sangat tradisional, yaitu dengan menggunakan kerbau.
Namun, para petani-petani itu sangat menikmati proses membajak sawah. Bagi mereka, membajak sawah dengan kerbau sangat mengasikan.
Secara sosiologis, proses menanam padi dengan pola tradisional memiliki keunggulan. Dengan pola tradisional, para petani begitu akrab dan saling berkomunikasi dengan penuh rasa kebersamaan.
Mereka begitu akrab membagi peran masing-masing dalam proses tanam padi, ada yang membajak sawah, ada yang membersihkan pematang sawah, ada yang mencabut bibit padi, dan ada yang berperan menanam padi.
Di sela-sela proses itu, para petani bersenda gurau, membicarakan hal-hal lucu, saling berdebat dan berakhir dengan tertawa.
Mereka sangat menikmati proses membajak sawah dan menanam padi meskipun lumpur melumur kaki dan tangan mereka. (Tedy N)