Unika St Paulus Ruteng
Minggu, 07 November 2021 10:21 WIB
Penulis:redaksi
Editor:Redaksi
RUTENG (Floresku.com) - Program Studi Sarjana Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik St. Paulus Ruteng melaksanakan webinar dengan tema “Melawan Stigma dan Mengenali Tanda Gejala Resiko Bunuh Diri,” pada Sabtu 06 November 2021.
Hadir sebagai pembicara dalam webiner tersebut, Dr. Heni Dwi Windarwati, dan Ns. Angelina Roida Eka.
Dr. Heni salah satu pembicara dalam memaparkan data permasalahan kesehatan jiwa pada mahasiswa dan remaja pada masa pandemi Covid-19.
Baginya, di Indonesia ada tidaknya gejala fisik selama wabah covid-19 secara signifikan berkaitan dengan masalah psikologis, antara lain penurunan energi, gejala somatik, mood depresi dan pikiran depresi, penggunaan zat psikoaktif, gejala psikotik dan PTSD.
Data WHO tahun 2020 merilis masalah kesehatan jiwa pada remaja, dimulai pada usia 14 tahun, tetapi sebagian besar kasus tidak terdeteksi dan tidak diobati.
"Secara global, depresi adalah penyebab utama dan kecacatan di kalangan remaja", jelas Dr. Heni
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa bunuh diri merupakan penyebab utama kematian ketiga pada usia 15-19 tahun.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Heni juga memaparkan tentang penyebab perilaku bunuh diri di antaranya; faktor Biologik yang mencakup predisposisi genetik, respon stres fisik yang berlebihan, menurunnya serotonim, gangguan metabolisme lemak (kolesterol).
Faktor psikologik yang ditandai dengan mekanisme koping yang maladaptif, ketidakberdayaan, keputusasaan, merasa sendiri, tidak berharga, merasa bersalah, berpikir negatif. Faktor sosial yang ditandai sikap isolasi diri, gangguan dalam berhubungan sosial atau hubungan yang tidak harmonis.
Lebih jauh, Dr. Heni menyampaikan beberapa cara untuk mencegah stres dan mencapai jiwa yang sehat; seperti pelihara kesehatan, rencanakan masa depan dengan lebih baik, hindari membuat keputusan besar sekaligus, ubahlah sesuatu yang dapat diubah dan terimalah sesuatu yang tidak dapat diubah, berbuat sesuai minat dan kemampuan dan berfikir positif.
"Paling penting untuk mengatasi sikap stres ini adalah dengan menyadarkan diri sendiri. Meningkatkan hal-hal positif dengan cara berpikir positif", tutupnya. (Jivansi). ***
2 tahun yang lalu