Soal Proyek Jalan Hita - Nawor, Begini Penjelasan Sub-Kontraktor

Sabtu, 30 Oktober 2021 10:27 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

jlan.JPG
Proyek jalan Hita - Nawor yang menjadi sorotan publik. (Istimewa)

LABUAN BAJO (Floresku.com) - Hampir satu minggu, proyek jalan Hita - Nawor menjadi sorotan publik. Banyak yang menilai bahwa kualitas material proyek tersebut kurang bagus sehingga menyebabkan lumpur dan terjadi kemacetan. Ada juga yang bilang itu seharusnya pake sirtu bukan cadas.

Terhadap berbagai komentar tersebut, Sub-Kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut menyampaikan penjelasan terkait kronologinya.

Jimi, Direktur PT. Surya Sejati, perusahaan yang men-subproyek pengerjaan jalan tersebut menyampaikan kepada media ini bahwa awalnya proyek itu dikerjakan oleh perusahaan lain. Tetapi, dalam perjalanan waktu perusahaan pertama itu menawarkan kepadanya untuk mengambil alih proyek tersebut.

"Ceritanya, proyek itu sebelumnya dikerjakan oleh salah satu perusahaan. Pada bulan tujuh kemarin, perusahaan tersebut menawarkan kepada kita untuk ambil alih dan melanjutkan pekerjaan itu karena dia sudah tidak mampu. Jadi, kita disuruh ‘mensub’".

"Namun, saat itu dari Dinas sampaikan ke Baba Huling. Tau-taunya Baba Huling tidak mengerjakan juga,  hanya sedikit yang dikerjakannya".

"Terakhir, kita ditawarin lagi untuk menyelamatkan pekerjaan itu. Jadi, kita ‘ngesub’ ke dia untuk menimbun itu. Dan yang pasti dihubungkan dengan orang Dinas sama Konsultan untuk mengkonsultasikan sumber material. Untuk sumber materialnya dari Kake dan Hita. Saat itu sudah disepakati soal pecampurannya".

“Setelah itu kita langsung muat material. Nah, pada saat itu konsultan omong seperti ini, formulanya kita lihat pada saat kita uji coba di jalan. Nanti jika ada yang kurang kita tambahkan. Seandainya kurang batu, kita ttambahkan batu. Tetapi, sumber materialnya sudah disetujui oleh Bina Marga sama Konsultan,” jelas Jimi.

Jimi lanjut menjelaskan bahwa awal mula mengapa proyek ini jadi sorotan karena situasi pada saat itu terjadi kemacetan dan hujan sehingga material dihamparkan saja.

"Pada saat itu terjadi kemacetan. Namun, kita belum hampar. Karena kemacetan panjang, maka kami hamparkan saja. Ketika selesai hampar di situ pertama kali diinjak dan langsung jadi sorotan".

“Sebenarnya sih masih dalam proses penyempurnaan, tapi karena Dinasnya langsung takut karena diberitakan di media jadi kita disuruh buang semua materialnya. Sebenarnya itu diujicoba dulu. Oh, materialnya kurang yang ini, nanti kita tambahkan yang ini. Namun, karena mereka suruh buang, iya kita ikuti karena kita hanya sebagai sub. Akhirnya kami berhenti dan buang material yang sudah disepakati,”  kata Jimi itu.

Beberapa pertanyaan masyarakat bahwa proyek itu seharusnya pakai sirtu bukan cadas. Namun, Jimi menjawab bahwa itu masalahnya di anggaran.

"Ketika ada yang bilang, oh itu seharusnya pake sirtu bukan pake cadas. Iya masalah anggarannya - RABnya kita bukan disuruh pake sirtu.   Itu timbunan pilihan. Timbunan pilihan itu diambil yang lebih murah dari sirtu. Tetapi yang pasti cadas baguslah dicampur dengan batu. Karena jika ambil full sirtu RAB-nya tidak masuk".

"Kita sebenarnya masih meraba-raba. Berapa sih campuran antara batu dan cadas ini. Nanti kita lihat hasilnya pada saat dihamparkan di jalan. Kurangnya apa kita tambah. Namun, karena disorot media, buang aja materialnya. Iya, kita tidak bisa apa-apa. Kita'kan bukan kontraktor utama, tapi sub kontraktor", pungkas Jimi. (Tedy N).