Soal Tudingan Luhut Berbisnis PCR, Begini Penjelasan Jubir Jodi Mahardi

Rabu, 03 November 2021 20:14 WIB

Penulis:redaksi

Editor:Redaksi

Menko Marves.JPG
Menko Marves Luhut B. Pandjaitan (www.maritim.go.id)

JAKARTA (Floresku.com) - Belakangan ini nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dikabarkan terlibat dalam bisnis tes PCR yang dikelola PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI). 

Melalui juru bicaranya, Jodi Mahardi, Luhut menegaskan dirinya tak pernah meraup keuntungan pribadi dari bisnis PCR GSI.

“Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa dirinya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), yakni bisnis di bidang test Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19,” ungkap Jodi Mahardi, Rabu, 03 November 2021.

Juru Bicara Menko Luhut, Jodi Mahardi, menerangkan bahwa partisipasi yang diberikan Luhut melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekannya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain untuk membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.

Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal.

"Kenapa bukan menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia adanya dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang kita sembunyikan di situ," tegas Jodi.

Seperti diketahui, pada masa-masa awal pandemi tahun lalu, Indonesia masih terkendala dalam hal penyediaan tes Covid-19 untuk masyarakat. Dia mengatakan, GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham.

PT GSI merupakan perusahaan yang bergerak di berbagai kegiatan, antara lain perdagangan besar alat laboratorium, farmasi, dan kedokteran. Lalu juga penelitan dan pengembangan ilmu kedokteran; penelitian dan pengembangan bioteknologi; aktivitas kesehatan manusia; aktivitas pelayanan kesehatan manusia lainnya; aktivitas pelayanan penunjang kesehatan; dan seterusnya.

GSI juga didirikan dengan tujuan aktivitas di luar bidang kehatan, seperti aktivitas konsultasi manajemen; perdagangan besar, bukan mobil dan sepeda motor; perdagangan besar khusus lainnya; dan sebagainya.

Pada aktivitas pelayanan kesehatan itu, GSI mendirikan GSI Lab yang menyediakan berbagai layanan screening dan tes diagnosis COVID-19, baik PCR maupun antigen. Adapun harga tes antigen di GSI Lab ialah Rp95 ribu, dan tes swab PCR baik same day maupun 24 jam ialah Rp275 ribu.

Jodi mengatakan pada intinya GSI merupakan bentuk kewirausahaan sosial. Sehingga, tak sepenuhnya pelayanan yang diberikan itu secara gratis. Oleh sebab itu, GSI juga bergerak dalam bisnis PCR dan antigen.

"Sesuai namanya, Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial, sehingga tidak sepenuhnya bisa diberikan secara gratis," ujar dia.

Menurut Jodi, Luhut diajak oleh grup Adaro, Indika, hingga Northstar. Perusahaan tersebut digadang sebagai inisiatif membantu penyediaan tes COVID-19 dengan kapasitas besar.

Total ada 9 pemegang saham dalam perusahaan yang diniatkan mengatasi masalah keterbatasan tes saat masa awal-awal pandemi.

Kesembilan pemegang saham GSI yang dimaksud Jodi adalah Yayasan Indika untuk Indonesia (932 lembar saham), Yayasan Adaro Bangun Negeri (485 lembar), Yayasan Northstar Bhakti Persada (242 lembar), PT Anarya Kreasi Nusantara (242 lembar), PT Modal Ventura YCAB (242 lembar), PT Perdana Multi Kasih (242 lembar), PT Toba Bumi Energi (242 lembar), PT Toba Sejahtra (242 lembar), dan PT Kartika Bina Medikatama (100 lembar).

Total ada 2.969 lebar saham. Jika dihitung berdasarkan persentase, PT Toba Bumi Energi memiliki 8,15 persen saham. Begitu juga dengan PT Toba Sejahtra, kepemilikannya 8,15 persen saham.

Dari 8,15 persen saham GSI yang dipegang PT Toba Sejahtra itu, berarti 0,80 persen di antaranya yang milik Luhut. Kemudian dari 8,15 persen saham GSI yang dipegang PT Toba Bumi Energi, Luhut paling banyak memiliki 0,08 persen. Berarti, Luhut hanya memiliki sekitar 0,88 persen saham GSI. 

Selain itu, menurut Jodi, Luhut dan rekan-rekan lainnya pernah mengumpulkan donasi untuk kemudian menyumbangkan fasilitas tes PCR kepada 7 fakultas kedokteran di Indonesia, antara lain Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Udayana, dan Universitas Sumatra Utara (USU). Bahkan, menurutnya nilai donasi tersebut mencapai lebih dari Rp60 miliar.

“Pak Luhut tidak pernah mau membuka hal-hal yang sifatnya sumbangan seperti ini. Tapi silahkan saja dicek. Ini terpaksa kami buka supaya bisa menjadi pelajaran, karena kita tidak ingin ke depan ketika ada orang-orang di negeri ini yang berniat tulus untuk membantu jadi berpikir dua kali karena takut mendapat tuduhan macam-macam seperti ini,” kata Jodi. (FH)