flores
Senin, 20 Desember 2021 15:16 WIB
Penulis:redaksi
BORONG (Floresku.com)-Yayasan Bambu Lestari (YBL) Manggarai Timur (Matim) menggelar rapat evaluasi program pembibitan tanaman bambu bersama 17 perempuan pelopor misi 'Penyelamatan Bumi.'
Kegiatan tersebut bertujuan untuk meninjau kembali kinerja kerja sekaligus refleksi pencapaian target program pembibitan bambu yang dipimpin langsung oleh Josy Kasim dan Maria Wuda selaku fasilitator YBL MaTim.
Kegiatan berlangsung di Mbelar-Kobok, Kelurahan Ronggakoe, Kecamatan Kota Komba, Sabtu, 18 Desember 2021.
Heribertus mengucapkan terimakasih kepada YBL yang telah menerapkan program 'Misi Penyelamatan Bumi' lewat pembibitan tanaman bambu di wilayah kelurahannya. YBL sudah membuka lapangan pekerjaan, membuka wawasan berpikir, dan mendorong masyarakat agar mampu bekerja sama dalam kelompok.
"Saya selaku lurah mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Bambu Lestari YBL Provinsi NTT, YBL MaTim yang sudah percayakan kami masyarakat kelurahan Ronggakoe untuk boleh mengambil bagian mengadakan benih bambu. Sampai saat ini kami sudah memenuhi target 136 ribu anakan bambu," ungkap Heri
Heri mengajak ketujuhbelas perempuan menjadi pelopor untuk masyarakat kelurahan Ronggakoe umumnya. Ia berharap ibu-ibu mampu membangun komunikasi yang baik apabila ditemukan beberapa kendala dalam menangani pembibitan bambu.
Heri mengatakan, dengan melihat pencapaian target pembibitan bambu mencapai 95 persen kepada YBL, mesti perlu diadakan pabrik bambu setengah jadi di Matim.
"Kegiatan proses pembibitan tanaman bambu kita sudah mencapai 95 persen dan sudah memenuhi target. Sejak sosialisasi bulan Juni pasti ada suka duka, pasti ada riak-riak kecil dalam kelompok kita. Namun, tanpa kita sadari dengan bekerja sama, kita sudah menghasilkan 136 ribu anakan bambu yang sehat dan sesuai SOP YBL," ungkapnya.
Heri berharap agar etap membangun komunikasi yang baik. Apabila ditemukan masalah, harus saling bertanya supaya menemukan solusi. Selain itu, semoga program benih bambu tahun 2022 di kelurahan Ronggakoe ditingkatkan dan membuka pabrik bambu setengah jadi di MaTim. Kelurahan Ronggakoe siap menyediakan lahan untuk membangun pabrik bambu setengah jadi.
Salah satu fasilitator YBL MaTim, Josi Kasim menjelaskan bahwa rapat evaluasi program pembibitan bambu bertujuan untuk menggali kembali terkait beberapa hal yang sudah dilakukan sejak awal sosialisasi hingga pencapaian target saat ini.
"Kita melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing, sejak awal sosialisasi program pembibitan benih bambu, proses pemilihan bibit, pengisian bibit dalam polibag, perawatan hingga pencapaian target, menemukan kembali masalah, melihat kembali tujuan, manfaat, dan apa yang menjadi harapan kita," ungkap Josi.
Menurut Josi, yang bekerja dengan keringat dan air mata akan menuai hasil dengan sorak-sorai. Bangga dengan perempuan pelopor yang adalah ibu-ibu rumah tangga sudah bekerja sama dengan hati, mau mendengarkan, dan saling belajar hingga mampu bertahan sampai saat ini.
"Siapa yang bekerja dengan baik, pasti menuai hasil yang memuaskan. Tetap pertahankan semangat dan kompak," ungkapnya.
Josi mengatakan, dengan menanam dan melestarikan bambu artinya sudah menyiapkan alam yang sehat untuk generasi selanjutnya. Bambu mampu menyerap karbondioksida dengan baik, apalagi tanaman bambu di area mata air, dia mampu meningkatkan debet air bersih. Satu rumpun bambu mampu menyimpan 5000 ton air per tahun.
Lebih jauh, Meri Wudu yang juga fasilitator YBL merasa bangga dengan pencapaian target program pembibitan tanaman bambu di Kelurahan Ronggakoe.
"Saya bangga dengan ke 17 ibu-ibu pelopor tani bambu, sebagai seorang perempuan, saya tahu baik bagaimana susahnya bekerja mencari benih bambu dan merawatnya," ungkap Meri.
Mewakili kelompok tani bambu, Philipus Beni mengatakan sejak pertama kali mendengar program pemerintah yang bekerja sama dengan YBL, program pembibitan tanaman bambu pastinya membawa perubahan bagi alam dan mampu menyelamatkan generasi anak cucu dari masalah pemanasan global dan kekurangan air bersih.
Menurut Beni, program ini sudah melalui tahap kajian ilmiah. Ia pun mengisahkan zaman dahulu ketika masih banyak tanaman bambu, debit air melimpah ruah.
"Memang awalnya mustahil. Tetapi saya optimis, sebab program pemerintah tentu sudah melalui kajian ilmiah. Kegiatan ini sangat bermanfaat sekali sebab bisa menciptakan kembali hutan yang sudah rusak," ungkap Beni. (Filmon Hasrin)
12 hari yang lalu