PBB
Senin, 08 November 2021 12:29 WIB
Penulis:redaksi
LABUAN BAJO (Floresku.com)- Polisi wanita (Polwan) Indonesia ternnyata tidak hanya jago kandang. Namun mereka juga bekiprah di dunia global. Setidak-tidanya ada tiga sosok Polwan RI yang dipercayakan menjadi polisi Perserikatan bang-Bangsa (PBB). Mereka adalah Sarining Pangestuti, Iis Mulyani dan Hikma Nur Syafa.
Sarining Pangestuti
Sarining Pangestuti (Sari) adalah Polwan asal Polda Lampung. Sari adalah satu-satunya perempuan pengemudi kendaraan lapis baja Polisi PBB.
Ia dipercaya sebagai driver kendaraan lapis baja Armoured Personel Carrier (APC) Phantom milk PBB pada misi internasional di Afrika yang direncanakan dilaksanakan pada September 2021 mendatang.
Melansir kompas.com Kabid Humas Polda Lampung, Komisaris Besar Zahwani Pandra Arsyad (Pandra) mengatakan, polwan berpangkat Brigadir Satu itu adalah satu-satunya polwan di Polda Lampung yang lolos menjadi anggota polisi PBB.
"Ini sebuah prestasi yang membanggakan, khususnya bagi jajaran Polda Lampung, salah satu anggotanya membawa nama Lampung ke dunia internasional," kata Pandra dalam keterangan pers, Selasa, 13 Juli 2021 lalu.
Pandra menambahkan, tugas yang diemban oleh Brigadir Satu Sari ini termasuk penting, yakni menjadi driver kendaraan lapis baja yang membawa pasukan memobilisasi.
"Saat ini ia sudah mahir dan mampu menguasai kendaraan lapis baja tersebut," kata Pandra.
Gadis berusia 24 tahun tersebut adalah anggota Unit Tindak Pidana Korupsi Satreskrim Polres Tulang Bawang.
Sari kini tergabung dalam kontingen Satuan Tugas Garuda Bhayangkara Formed Police Unit (FPU) 3 Minusca yang ditugaskan di Bangui, Afrika Tengah, pada September nanti.
Brigadir Lis Mulyani S. H
Selain itu ada pula Brigadir Iis Mulyani S.H belakangan menjadi sorotan. Ia adalah satu-satunya perwakilan polisi wanita (polwan) dari Polda Banten yang tergabung ke dalam pasukan khusus perdamaian dunia bentukan organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Melansir dari tribratanews.banten.polri.go.id, Iis ditugaskan untuk berjaga di wilayah Bangui, Republik Central Afrika Tengah bersama Kontingen Satuan Tugas Garuda Bhayangkara Formed Police Unit (FPU) 2 Minusca.
Sebelumnya, polwan dengan tiga orang anak itu telah menjalani serangkaian latihan sejak November 2019 lalu. Materi pelatihannya pun beragam, mulai dari pembekalan Bahasa Inggris dan Bahasa Prancis, pembekalan keahlian khusus seperti water treatment, driver practice, food and beverage, mekanik mesin dan komunikasi. serta kemampuan taktikal. Berikut kisah selengkapnya.
Iis mengatakan jika menjadi pasukan perdamaian dunia merupakan cita-citanya sejak lama. Menurutnya, semangat menjaga perdamaian merupakan bentuk pengabdian terbaik bagi bangsa dan negara.
Iis menjelaskan, selama bertugas di Afrika dirinya mendapat pengalaman yang luar biasa. Seluruh misi dijalankan secara profesional, tanpa adanya pemisahan antara polisi laki-laki dan perempuan.
"Saya punya mimpi ini sejak lama, dan ketika ada seleksi menjadi bagian dari pasukan PBB, saya langsung mendaftarkan diri. Pencapaian ini saya dapatkan berkat dukungan suami serta keluarga saya," ucapnya.
Sebagai satu satunya perwakilan polwan, Iis turut menceritakan pengalamannya saat dibaretkan oleh kadiv hubinter Polri Brigjen Pol Johanis Asadoma.
Dirinya mengaku senang bisa dipercaya dalam misi tersebut bersama keempat rekannya yakni Aipda Budi Kurniawan yang merupakan personel Sat Brimob Polda Banten, Bripka Triyantoro personel Sat Brimob Polda Banten, Bripka Agung Waliadi Irawan personel Sat Brimob Polda Banten, serta Brigadir Dwi Suryono personel Polres Lebak Polda Banten.
"Proses seleksi pasukan ini dilakukan di SDM Polri dan Pusdokkes Polri. Calon pasukan dipilih dari anggota Polri dengan kemampuan tertentu," kata Iis
Melansir Youtube Aris Mubaroq, sebagai Pasukan Taktis Ton Bravo, Iis kerap menjalankan aktivitas patroli bersama para polisi wanita di Afrika Tengah. Tak jarang ia bersama rekan-rekan polwan juga berinteraksi dengan warga asli setempat.
Iis mengakui jika dirinya banyak belajar dari para perempuan di wilayah konflik. menurut dia, perempuan di sana merupakan sosok yang tangguh dan tetap menjalankan tanggung jawabnya berada di tengah situasi yang rawan.
"Dalam kegiatan patroli di sana, banyak sekali ditemui perempuan-perempuan tangguh, dan perempuan-perempuan hebat yang memiliki tujuan hidup, tanpa meninggalkan perannya sebagai seorang ibu dan seorang istri," kata Iis.
Sebagai seorang istri dan ibu, tak dipungkiri rasa rindu kerap mendera ketika bertugas. Untuk itu Iis selalu menyempatkan diri berkomunikasi dengan suami dan ketiga anaknya di Indonesia saat bebas tugas.
Menurutnya, keluarga merupakan pendukung semangatnya dalam menjalankan misi ini kendati hanya bisa bertemu melalui sambungan komunikasi. Iis memiliki mimpi agar misi yang dijalaninya mampu diselesaikan dengan baik bersama pasukan garuda di sana.
September ini, sudah genap satu tahun dirinya mengemban tugas menjadi pasukan pengamanan di Afrika Tengah terhitung sejak 5 September 2020 lalu.
Briptu Hikma Nur Syafa
Lulus SMA pada 2012, Briptu Hikma Nur Syafa resmi menjadi polisi wanita (polwan) pada tahun 2013. Berangkat dari doa dan pengharapan sang ibu, karir perempuan 27 tahun ini terbilang mulus.
Namun siapa sangka, perempuan yang akrab disapa Ima ini, pernah dihadapkan pada pilihan sulit dalam berkarir. Sebelum menimba ilmu di Lembaga Pendidikan Polri Sekolah Polisi Wanita, Ima duduk sebagai mahasiswa jurusan pariwisata di Universitas Gadjah Mada (UGM).
“Waktu itu sudah kuliah. Ragu, mau lanjut ke polwan atau enggak,” ungkapnya, Jumat, 20 Agustus 2021.
Namun, sang kakak yang juga berprofesi sebagai polwan, turut memotivasi Ima. Akhirnya, bungsu dua bersaudara ini memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di UGM. Lantas memilih sebagai abdi negara dengan menjadi seorang Polwan.
“Waktu itu, pendidikan selama tujuh bulan di Jakarta tahun 2013, selesai bulan Desember,” kenangnya.
Pasca dinyatakan lulus, perempuan asli Bantul ini ditugaskan untuk pertama kali di Polda DIJ. Kemudian mendapat penempatan di Gunungkidul dengan masa tugas sekitar tiga tahun. Sempat jadi anggota Satuan Sabhara, Ima lantas dipindahkan ke Satlantas.
“Di sana, passion untuk mengabdi di lalu lintas makin tumbuh. Dari situ, sampai sekarang masih diberi amanah untuk jadi polisi lalu lintas,” bebernya yang kini bertugas sebagai anggota Satlantas Polres Bantul sejak 2017 itu.
Mulai dari sini, karir fans Dian Sastro ini mulai terpancar. Cita-citanya untuk dapat keluar negeri mulai digalinya kembali. Namun, dengan cara yang berbeda dari dunia pariwisata. Ima meloloskan namanya dalam daftar 14 polwan dari 140 polisi, untuk dikirim sebagai peacekeeper atau penjaga perdamaian Formed Police Unit (FPU) PBB.
“Itu awalnya nggak nyangka dan ini jadi pencapaian terbesarku,” ucapnya.
Tugas itu diembannya selama 15 bulan di wilayah Bangui di Afrika Tengah. Sebagai pasukan pertama yang baru dikirim di daerah ini, ternyata Ima dan rekan-rekannya pun mengalami kesulitan. Utamanya terkait bahasa.
“Ternyata di sana menggunakan Bahasa Prancis. Sementara kami basic-nya Bahasa Inggris. Akhirnya semua diwajibkan untuk sekolah bahasa Perancis,” paparnya.
Selain mendapat pembekalan bahasa, pasukan yang dikirim pun mendapat tempaan fisik. Alih-alih memberatkan, pengalaman selama di Bangui sebagai peacekeeper justri pikiran Ima. Meluaskan makna pengabdian bagi seorang polwan.
“Sekarang cita-cita pengen banget bisa sekolah di luar negeri. Pokoknya internasional,” sebutnya.
Perempuan yang kini aktif melakoni gaya hidup sehat dengan rajin olahraga dan menjaga asupan makan ini tetap ingin mengabdi. Namun ranahnya meluas, jadi internasional.
“Pengennya bisa mengabdi sampai ranah internasional. Setelah pikiran terbuka, aduh dunia ini luas banget. Kenapa tidak mengeksplorasi. Gimana keadaan orang di luar sana,” jelasnya. (Paul)