Kuliah Sambil Kerja, Anak Petani Ini Sukses Raih Gelar Sarjana

Senin, 20 November 2023 12:55 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

asarjana.jpg
Adrianus Kapa (Rofin S.W)

BATAM (Floresku.com) - Keterbatasan ekonomi kerap kali menjadi hambatan bagi seseorang untuk memupuk harapan dan menggapai cita-cita menuju masa depan yang lebih baik. Ini tentu sudah menjadi rahasia umum. 

Akan tetapi, tidak semua orang menyerah pada keadaan itu. Seorang anak petani asal Flores sudah membuktikannya.

Adrianus Kapa, putra dari pasangan Frumensius Kapa dan Katarina Kowe, adalah satu dari 343 mahasiswa Universitas Putera Batam (UPB) yang diwisuda Jumat (17/11). 

Dengan skripsi berjudul ‘Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Hak Korban Terhadap Pembayaran Restitusi yang Menjadi Tanggungjawab Pelaku Perdagangan Orang’, Adrianus lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora sebagai Sarjana Hukum (SH) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang cukup membanggakan.

Katarina Kowe, Ibunda Arnu (Foto: Dokpri)

Lahir dari keluarga sederhana, Arnus bersama kedua kakaknya, Tarsius Sera dan Karolina Feni, menghabiskan masa kecil mereka di Kampung Nangamboa, Desa Ondorea Barat, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Arnus kecil mulai mengenal dunia pendidikan dari salah satu taman kanak-kanak di kampungnya, TK Santa Maria. Pada usia tujuh tahun, ia masuk SDK Santo Aloysius Nangamboa. 

Setelah tamat SD, anak bungsu dari tiga bersaudara ini melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 5 Nangapanda kemudian masuk SMU Negeri 5 Nangapanda hingga lulus pada tahun 2017. Meski bukan tergolong siswa cerdas semasa sekolah, Arnus punya tekad yang kuat untuk terus belajar, apapun kondisinya.

Setelah menyelesaikan masa belajarnya di sekolah menengah atas, Adrianus mulai sadar bahwa keterbatasan ekonomi keluarga mungkin akan menjadi hambatan serius baginya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yakni universitas. Ia tahu bahwa penghasilan kedua orangtuanya jauh dari kata cukup, apalagi untuk biaya kuliah.  

Ia kemudian memutuskan menjadi petani dan pekerja serabutan sementara waktu termasuk mejadi kuli bangunan di beberapa tempat.

Satu tahun berlalu, Arnus tampak seperti putus asa. Penghasilan sebagai kuli bangunan sangat tidak menentu. Hasil pertanian juga tidak seberapa. Bagaimana bisa kuliah?

 Pertanyaan reflektif ini kerap kali muncul dalam benaknya dan tentu mengganggu jalan pikirannya. Ia nyaris tidak menemukan solusi.

Setelah melalui permenungan, entah siapa yang memengaruhinya, Arnus sempat memutuskan untuk merantau ke Malaysia lewat ‘jalur gelap’di Batam. 

Kita tentu tahu bahwa menjadi tenaga kerja non prosedural di negeri ‘Jiran’ itu sangat berisiko. Meski tanpa informasi yang cukup, menurutnya, di sana ada harapan besar karena bisa kerja apa saja dan mendapatkan gaji yang layak.

Konradus Gu, Ketua Sa Ate Batam (Foto: Rofin S.W).

 Apalagi seorang pamanya, Pius Riwu, sudah lama menjadi TKI di negara jajahan kolonial Inggris yang terkenal dengan menara kembar tersebut. Tekad Arnus sudah bulat.

Sesampainya di Batam, niat Arnus untuk ‘masuk’ Malaysia gagal karena mendapat penolakan dari pamannya, Pius Riwu, Yulius Lenda, Robertus Pango, dan semua keluarga besar Batam. Mereka malah menyarankannya untuk masuk kuliah.

Meski sempat merasa frustrasi, Arnus mengakui bahwa ini merupakan titik balik perjalanan hidupnya. 

Ia kemudian mencoba peruntungan mencari pekerjaan dan akhirnya diterima bekerja sebagai ‘security’ di salah satu perusahaan swasta. 

Sembari bekerja, atas saran keluarganya, ia memberanikan diri mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Putra Batam (UPB) kelas non regular (kelas karyawan). Setelah lulus seleksi ia memulai aktivitasnya sebagai mahasiswa baru.

Bekerja sambil kuliah memang bukan hal yang mudah. Tentu akan menguras energi dan waktu. Butuh semangat dan keseriusan. 

Berapa bulan setelah menjalani masa perkuliahan normal dengan biaya yang tidak sedikit, Arnus merasa perlu mencari pekerjaan baru dengan penghasilan yang lebih baik.  

Arnus adalah pribadi yang mandiri. Meski mendapat tambahan bantuan finansial dari keluarganya untuk biaya kuliah, ia tetap kukuh mencari penghasilan lebih agar tidak terlalu membebani keluarga. 

Ia kemudian bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan produksi madu. Tidak berhenti sampai di situ, ia juga bekerja sebagai karyawan pada salah satu perusahaan galangan kapal.

Bekerja pada perusahaan galangan kapal membuat Arnus merasa kelelahan. Ini adalah pekerjaan berat yang membutuhkan ketahanan fisik. 

Menjelang akhir semester ia sempat mengeluh, selain karena biaya kuliah, juga karena kondisi fisik yang kurang memungkinkan lagi untuk melakukan pekerjaan berat, apalagi ditambah jadwal kuliah yang makin padat. 

Namun, berkat kegigihan dan beragam motivasi dan nasihat yang ia terima dari keluarganya Arnus tidak patah semangat hingga berhasil menyelesaikan studi sarjananya tepat waktu.

 Ia punya keinginan kuat untuk membanggakan keluarganya, khususnya kedua orangtua.

Selama di Batam, Arnus juga aktif bergabung dalam beberapa organisasi, baik dalam kampus maupun yang di luar kampus, termasuk paguyuban dan beberapa komunitas. Dalam sambutan pada acara syukuran wisudanya bersama Komunitas Sa Ate dan Keluarga Besar Nagekeo Batam, Arnus dengan ‘gemetar’ meluapkan rasa haru dan kebahagiaanya.

“Selamat malam keluarga besar Sa Ate dan Nagekeo Batam. Terima kasih banyak sudah bersedia hadir dan berbahagia bersama saya pada malam hari ini. 

Siang tadi saya sudah diwisuda dan nama saya resmi diperpanjang menjadi Adrianus Kapa, S.H. 

Gelar sarjana ini adalah bentuk komitmen saya untuk membahagiakan semua orang yang sudah mendukung saya sampai pada titik ini, khususnya kedua orangtua, om, tanta, opa, oma, kakak, adik semua”.

Yulius Lenda, paman sekaligus yang mewakili keluarga Arnus, dalam sambutan singkatnya juga mengungkapkan rasa bangga kepada Arnus yang pantang menyerah. 

“Anak Arnus ini pribadi yang mandiri. Saya tahu betul, sejak awal dia di Batam sampai hari ini. Semoga kelak bisa menjadi ‘anak’ yang bermanfaat bagi semua orang”.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Sa Ate Batam, Konradus Gu, juga mengapresiasi keberhasilan Arnus meraih gelar sarjana. Menurut Abang Radus, sapaan akrab beliau, Arnus adalah orang ke delapan dalam komunitas dan yang pertama yang berhasil meraih gelar Sarjana Hukum.

“Arnus, profisiat ya. Semoga tetap semangat untuk belajar dan terus berjuang membahagiakan keluarga. Kami semua bangga, karena dalam perjalanan komunitas kita ini, kamu adalah sarjana hukum pertama. Tidak gampang memang kuliah sambil kerja. Semoga pengalaman dan keberhasilanmu bisa menginspirasi anak-anak muda yang lain”. (Rofin S.W). ***