labuan bajo
Selasa, 08 Februari 2022 13:21 WIB
Penulis:redaksi
VIRUS Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sejak 2019 lalu menyerang babi di NTT termasuk babi di Kabupaten Manggarai Barat. Ada begitu banyak babi yang tewas, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Kondisi ini tentunya sangat meresahkan hati para pengusaha babi.
Sekitar dalam rentangan waktu satu tahun penuh, ASF sangat membabi buta menyerang babi dan mengancam ekonomi peternak babi, yaitu pada akhir Desember 2019 sampai pada akhir tahun 2020.
Kondisi kematian babi akibat ASF ini mulai menurun pada awal tahun 2021. Dan pada bulan Maret 2021 laporan terhadap kematian ternak babi akibat ASF di Manggarai Barat tidak ada.
Melihat kondisi semakin membaik, para peternak babi mulai konsen membangun usaha di bidang ternak babi. Sekitar akhir tahun 2021 sampai sekarang, peternak babi memburu bibit babi untuk dipelihara.
Namun, keseriusan para peternak dalam memelihara babi masih dililit rasa pesimisme, sebab ASF yang kian ganas menyerang babi beberapa tahun lalu itu masih terekam jelas dalam ingatan mereka.
Pihak Dinas Peternakan Manggarai Barat pada tanggal 17 Januari 2022 lalu melalui wawancara khusus dengan jurnalis Floresku.com di Labuan Bajo menegaskan bahwa peternak babi di Manggarai Barat tidak boleh pesimis, meskipun ASF belum ada obatnya sampai sekarang. Bahkan pihak Kementeriaan sampai saat ini belum berani mencabut suatu daerah di Indonesia bebas dari ASF.
Meskipun kondisi babi akhir-akhir ini membaik, para peternak harus tetap waspada dengan melakukan beberapa langkah konkrit yang memungkinkan babi tetap aman dan bebas dari ASF.
Dalam hal ini ada beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan.
Pertama, Biosekuriti. Upaya Biosekuriti ini sangat membantu para peternak babi dalam mencegah virus atau berbagai macam penyakit yang menyerang babi. Hal paling utama dari Biosekuriti ini yaitu, upaya sterilisasi lingkungan kandang. Menjaga kandang agar tetap bersih. karena itu persediaan air yang cukup menjadi hal yang utama.
Selain itu, lalu lintas ternak antar kabupaten dan kecamatan harus diawasi oleh pemerintah dalam hal ini tim kesehatan hewan dari Dinas Peternakan.
Salah satu contohnya, yaitu pemberdayaan masyarakat Sirimese, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat melalui kelompok usaha ternak babi yang sedang dijalankan oleh Yayasan Peduli Foundation di mana dalam usaha ini, pola Biosekuriti akan menjadi poin utama dengan petunjuk teknis dari dokter hewan khusus.
Sehingga, para peternak itu selalu optimis bahwa babi di kelompok mereka tetap aman.
Kedua, terapi Serum Konvalensen (SK). Pihak kementerian pada tahun 2021 lalu berusaha melakukan pengendalian penyakit ASF dengan cara terapi menggunakan serum konvalensen (SK). Termasuk melakukan pengujian terhadap Serum Konvalensen di Manggarai Barat.
Serum itu merupakan serum babi yang sudah ditulari ASF dan di kemudian hari sehat. Setelah sehat kemudian diambil serumnya. Maka, jadilah serum Konvalensen.
Serum Konvalensen ini akan disuntik kepada babi lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh babi. Persis ini yang dilakukan oleh tim Dinas Peternakan Mabar tahun lalu, sehingga laporan kematian babi menurun.
Oleh karena itu, upaya memperbanyak serum Konvalensen ini menjadi hal yang harus dipandang penting oleh Pemerintah Mabar agar para peternak babi di Mabar tetap semangat membangkitkan ekonominya melalui usaha ternak babi.
Dua hal di atas menjadi point penting dalam proses pencegahan berbagai penyakit yang muncul dan menyerang babi.
Oleh karena itu, para peternak babi harus optimis dalam menjalankan usaha ternak babi sembari mengikuti dan menerapkan pola Biosekuriti.
Selain itu, peran pemerintah dalam meningkatkan ekonomi masyarakat harus dibuktikan dengan mendorong perbanyak serum Konvalensen itu sebagai upaya siaga jika terjadi wabah baru terhadap ternak babi.
(Oleh: Tedy Ndarung, wartawan Floresku.com). ***
3 bulan yang lalu
7 bulan yang lalu