Didukung Pemprov, YBL Genjot Budi Daya Bambu di Roa dan Rateroru

Senin, 11 April 2022 22:08 WIB

Penulis:redaksi

Editor:redaksi

vbl.jpg
Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat dan Koordinator YBL Ende Anita Yuyun sedang bertukar pikiran tentang pembudidayaan bambu. (Gusti T.)

ENDE  (Floresku.com)– Yayasan Bambu Lestari (YBL) akan menggenjot pembudidayaan tanaman bambu di sejumlah daerah. Desa Roa dan Rateroru di Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, NTT, menjadi dua dan sejumlah desa yang mendapat perhatian besar.

“Kami senang pemprov NTT selalu mendukung. Hari ini, Pak Gubernur melihat langsung salah satu program pembibitan bambu di Roa,” ujar koordinator YBL kabupaten Ende Anita Yuyun di sela-sela kunjungan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat di Roa, Senin, 11 April 2022.

Anita menjelaskan, penanaman dan pembibitan bambu merupakan program kerja sama antara Dinas Pemberdayaan masyarakat Desa (DPMD) Provinsi NTT dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari.  

Melalui PKK Provinsi NTT, PKK di 7 kabupaten di Flores terlibat aktif. Di Ende, ada 3 desa yang menjadi sasaran program, yaitu desa Nggesa Biri, kecamatan Detukeli, dan Desa Rateroru serta Desa Roa di kecamatan Detusoko.

“Tahun lalu, mama-mama PKK di 3 desa ini berhasil membibitkan 400 ribu bibit bambu dan mendapatkan insentif sebanyak Rp 1 miliar yang ditransfer langsung ke rekening mama-mama,” jelas Anita.

Anita optimistis, budi daya bambu adalah pilihan yang tepat. Bambu menjadi salah satu tumbuhan hutan bukan kayu yang memiliki manfaat ekologi dan ekonomi yang luar biasa dan lebih baik dari kayu. Secara ekologis, bambu mampu menghasilkan oksigen yang cukup dan mempunyai daya serap karbon yang sangat  tinggi, sehingga menjdi salah satu solusi untuk mengurangi pemanasan global. Selain itu bambu mampu mengembalikan kondisi tanah kritis menjdi subur. “Dalam satu rumpun, bambu mampu menyimpan air sebanyak 5.000 liter di dalam tanah,” urai Anita.

Sementara, secara bisnis, bambu mampu menggantikan kayu, apalagi produktivitas kayu saat ini mulai menurun. Bambu juga memiliki dampak yang berkelanjutan dengan nilai jual yang tinggi. Salah satu produk bambu yang saat ini menjanjikan adalah bambu laminasi yang bisa dijadikan papan dan balok.

“Kami di YBL bermitra dengan CV Indo Bambu yang memproduksi bambu menjadi bambu laminasi dan strip bamboo,” ungkap Anita.

Dalam kunjungan ke Roa kali ini, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menegaskan,  NTT akan menjadi pusat bambu pertama di Indonesia dan kedua dari Tiongkok. Tahun ini, pemprov akan memantau penanaman bambu di sepanjang sungai, di sumber mata air dan juga di lahan kritis dan kawasan perhutanan sosial.

“NTT berkomitmen membentuk 20 desa bambu dan juga industri bambu berbasis masyarakat dengan membangun pabrik. Dukungan dari Pemda setempat sangat diharapakn agar cita cita memiliki industri bambu dan pabrik bambu setengah jadi ini bisa terwujud,” harap gubernur Viktor.

Sinergi antara Pemprov dan LSM YBL di desa Roa dan Rateroru ini diapresiasi oleh sejumlah pihak. Koordinator kelompok studi Ende Bergerak, Agustinus Tetiro berharap, sinergi yang baik ini harus efektif membawa dampak ekonomi, ekologis dan kultural bagi masyarakat di sejumlah desa di sekitar desa Roa dan Rateroru.

“Sejumlah desa di kecamatan Detusoko bagian barat memiliki banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan. Semoga ke depan, banyak pihak bisa terlibat membantu masyarakat menemukan berbagai inovasi yang bisa menggerakkan ekonomi desa di sana,” ujar Agustinus.